Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Jalan Sepajang Malam
14
Suka
24,509
Dibaca

Tentu saja aku sadar bahwa aku sudah mati, dan yang berjalan di sampingku adalah Kematian itu sendiri. Dia tidak jauh berbeda dengan yang selama ini kubayangkan. Wajahnya setua pohon-pohon di belantara dan rambutnya dipenuhi uban sehalus gerimis. Badannya kurus, tapi tidak kering. Aku mencari matanya di balik kacamata berbingkai perak yang gagangnya sudah sedikit berkarat, tapi tidak menemukan apa pun, selain gurat lelah di pelipisnya. Di bibirnya terselip sebatang rokok separuh terbakar. Dia tidak banyak bicara. Seolah menyampaikan sepatah kata saja mampu menghabiskan seluruh energinya. 

“Aku tak menyangka kau merokok juga,” kataku.

Dia mengambil rokoknya, lalu memandangnya lama. Akhirnya aku melihat matanya—tua dan getir. Bukankah dia sudah ada sejak permulaan waktu? 

“Entahlah. Menurutmu, bagaimana aku mampu melakoni pekerjaan sesunyi ini tanpa merokok?” Dia mengambil kotak rokok di saku kanannya, lalu menepuknya lembut sampai sebatang rokok menyembul. “Kau mau?” tawarnya. "Ambil, lah."

Aku menolaknya. Namun, dia tahu aku mau. Lagipula, aku sudah mati, jadi tidak perlu menahan diri. Tak ada yang bisa membunuhku—lagi. Saat aku menerima tawarannya, dia terkekeh, lalu menyulut rokokku dengan ujung rokoknya. Suara desis terdengar empuk saat aku mengisapnya. Asap putih mengepul kental begitu aku mengembuskannya. Rasanya lebih nikmat dari yang kuingat.

“Omong-omong, ada angkringan di dekat sini. Kopinya enak. Mau mampir?” dia tiba-tiba bicara dan aku mengiyakan saja. Setelah setengah jam berjalan seolah tanpa tujuan, akhirnya kami tiba di tempat yang dia maksud—sebuah tenda terpal dengan lampu oranye seredup kunang-kunang. Begitu kami memasuki ruangan, seorang pria mengantarkan dua cangkir kopi, lengkap dengan pisang gorengnya. Setelah menaruh rokok di ujung meja, aku menyesap kopiku. 

Bau tanah mulai merayap di udara dan tetes air jatuh di permukaan tenda. Angin mengubah hujan yang tadinya gerimis, menjadi deras. Aku mengintip sebentar. Di luar, halimun memanjat pohon-pohon dan kabut memamah batu-batu. Dingin menjilat-jilat kulit. Aku merapatkan jaket, lalu mengancingkannya. Setelah membuang lelatu di ujung rokok, aku mengisapnya lagi.

Ketika hujan menderas, seraya menutup kepala dengan tangan, beberapa pelanggan buru-buru memasuki tenda. Mereka memesan secangkir kopi, sama seperti kami. Aku tidak tahu, apakah mereka pernah hidup atau tidak, atau mungkin adalah Kematian itu sendiri—seperti dia yang kini duduk di sampingku. Rekanku menumpahkan kopinya ke pisin, lalu menyesapnya dengan sangat hati-hati. Ketika dia mendekatkan ujung piring ke bibir, tangannya bergetar

Hujan mengaburkan seluruh jalan. Tenda mulai ramai. Mungkin sebentar lagi asap rokok dan obrolan tak berarti memenuhi tempat ini. Mungkin malam ini akan berlangsung selamanya. Tanpa rumah untuk pulang.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (4)
Rekomendasi dari Drama
Flash
Jalan Sepajang Malam
Rafael Yanuar
Novel
Sekata Lampau dari Sangkala
Eva Cristyani Tarigan
Novel
Kehilangan paling indah
Padpn
Novel
Gold
KKPK Me and My Cute Cat
Mizan Publishing
Novel
Rahasia Hati Seorang Wanita
Sarah Teplaka
Flash
Bronze
Suara Adzan Memanggil
Herman Sim
Novel
Gold
Big Magic
Bentang Pustaka
Novel
Gold
Turtles All The Way Down
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Yang Hilang Takkan Kembali
afafraaa
Novel
FILANTROPI Putih-Abu
Nada Lingga Afrili
Novel
Maaf Aku Meniduri Ranjangmu
Aji Najiullah Thaib
Novel
Gold
The Ghost In My School
Mizan Publishing
Novel
Keep Your Lamp Burning
rismas
Novel
YANG BULAN SAKSIKAN
Raden Maesaroh
Novel
My Dear Red Class
Alima Rose
Rekomendasi
Flash
Jalan Sepajang Malam
Rafael Yanuar
Flash
Dompet Natal
Rafael Yanuar
Flash
Ternyata Aku Masih
Rafael Yanuar
Novel
Sampai Jumpa Besok
Rafael Yanuar
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Novel
Gerimis Daun-Daun
Rafael Yanuar
Flash
Lukisan Rendra
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Flash
Lari!
Rafael Yanuar
Cerpen
Kisah Rubah
Rafael Yanuar
Flash
Ding Dong, Bioskop, dan Kafe
Rafael Yanuar
Flash
Secangkir Teh
Rafael Yanuar
Cerpen
Sofia
Rafael Yanuar
Flash
Dunia dalam Tas
Rafael Yanuar