Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Jalan Sepajang Malam
12
Suka
12,528
Dibaca

Tentu saja aku sadar bahwa aku sudah mati, dan yang berjalan di sampingku adalah Kematian itu sendiri. Dia tidak jauh berbeda dengan yang selama ini kubayangkan. Wajahnya setua pohon-pohon di belantara dan rambutnya dipenuhi uban sehalus gerimis. Badannya kurus, tapi tidak kering. Aku mencari matanya di balik kacamata berbingkai perak yang gagangnya sudah sedikit berkarat, tapi tidak menemukan apa pun, selain gurat lelah di pelipisnya. Di bibirnya terselip sebatang rokok separuh terbakar. Dia tidak banyak bicara. Seolah menyampaikan sepatah kata saja mampu menghabiskan seluruh energinya. 

“Aku tak menyangka kau merokok juga,” kataku.

Dia mengambil rokoknya, lalu memandangnya lama. Akhirnya aku melihat matanya—tua dan getir. Bukankah dia sudah ada sejak permulaan waktu? 

“Entahlah. Menurutmu, bagaimana aku mampu melakoni pekerjaan sesunyi ini tanpa merokok?” Dia mengambil kotak rokok di saku kanannya, lalu menepuknya lembut sampai sebatang rokok menyembul. “Kau mau?” tawarnya. "Ambil, lah."

Aku menolaknya. Namun, dia tahu aku mau. Lagipula, aku sudah mati, jadi tidak perlu menahan diri. Tak ada yang bisa membunuhku—lagi. Saat aku menerima tawarannya, dia terkekeh, lalu menyulut rokokku dengan ujung rokoknya. Suara desis terdengar empuk saat aku mengisapnya. Asap putih mengepul kental begitu aku mengembuskannya. Rasanya lebih nikmat dari yang kuingat.

“Omong-omong, ada angkringan di dekat sini. Kopinya enak. Mau mampir?” dia tiba-tiba bicara dan aku mengiyakan saja. Setelah setengah jam berjalan seolah tanpa tujuan, akhirnya kami tiba di tempat yang dia maksud—sebuah tenda terpal dengan lampu oranye seredup kunang-kunang. Begitu kami memasuki ruangan, seorang pria mengantarkan dua cangkir kopi, lengkap dengan pisang gorengnya. Setelah menaruh rokok di ujung meja, aku menyesap kopiku. 

Bau tanah mulai merayap di udara dan tetes air jatuh di permukaan tenda. Angin mengubah hujan yang tadinya gerimis, menjadi deras. Aku mengintip sebentar. Di luar, halimun memanjat pohon-pohon dan kabut memamah batu-batu. Dingin menjilat-jilat kulit. Aku merapatkan jaket, lalu mengancingkannya. Setelah membuang lelatu di ujung rokok, aku mengisapnya lagi.

Ketika hujan menderas, seraya menutup kepala dengan tangan, beberapa pelanggan buru-buru memasuki tenda. Mereka memesan secangkir kopi, sama seperti kami. Aku tidak tahu, apakah mereka pernah hidup atau tidak, atau mungkin adalah Kematian itu sendiri—seperti dia yang kini duduk di sampingku. Rekanku menumpahkan kopinya ke pisin, lalu menyesapnya dengan sangat hati-hati. Ketika dia mendekatkan ujung piring ke bibir, tangannya bergetar

Hujan mengaburkan seluruh jalan. Tenda mulai ramai. Mungkin sebentar lagi asap rokok dan obrolan tak berarti memenuhi tempat ini. Mungkin malam ini akan berlangsung selamanya. Tanpa rumah untuk pulang.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
indah dan profesional banget gaya penulisannya. Sayang ada beberapa kata yang mungkin tidak dipahami oleh orang awam, pun saya. 💀💀💀💀💀1/2/💀💀💀💀💀 alias 4.5/5 dari saya. 🤗🙏
Keren Kak 👍⭐
Can
lumayan. soalnya aku suka misteri thriller
Wow akhirnya terlihat, Kak...
Rekomendasi dari Drama
Novel
Don't Put The Sugar on Your Cheeks
Bellaanjni
Flash
Jalan Sepajang Malam
Rafael Yanuar
Novel
Bronze
Bukan Darah Daging
Novia Sakura
Novel
Bronze
Sepasang Satria Piningit
Anggrek Handayani
Novel
Bronze
Odik Teros
Yesno S
Novel
Menunggu Di Bandara El Tari
DENI WIJAYA
Flash
Tolong Lihat Aku
Yutanis
Flash
Penyesalan dalam Duka
Alifian Afas Sawung Aji
Novel
Frobly-Mobly
ulfina
Novel
Bronze
Galaunya Seperempat Abad
MonicaLo
Flash
Jangan Maafkan Aku
Deasy Wirastuti
Flash
Bronze
Taman Sore
eko s
Skrip Film
MUSKIL (Script)
Seto Yuma
Flash
Sebentar, Nak, Ada yang Belum Pulih
Atsuka D
Novel
Bronze
Surat Yang Tak Terbalas
Lail Arrubiya
Rekomendasi
Flash
Jalan Sepajang Malam
Rafael Yanuar
Flash
Lari!
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Cerpen
Racau
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar
Cerpen
Kunang-Kunang di Jendela
Rafael Yanuar
Flash
Secangkir Teh
Rafael Yanuar
Cerpen
Sofia
Rafael Yanuar
Cerpen
Hujan yang Arif Tahu Kapan Harus Turun
Rafael Yanuar
Flash
Rafa Pergi ke Surga
Rafael Yanuar
Flash
Ding Dong, Bioskop, dan Kafe
Rafael Yanuar
Flash
Dunia dalam Tas
Rafael Yanuar