Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Namaku adalah Rumah
7
Suka
7,982
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Berpuluh-puluh tahun yang lalu, kondisiku masih kukuh nan megah. Aku pernah dihuni oleh sepasang suami istri yang baru menikah. Bertahun-tahun kemudian sepasang suami istri itu memiliki tiga orang anak. Di setiap paginya si ibu rumah tangga selalu membangunkan anak-anaknya untuk sekolah, dan yang aku ingat keluarga kecil itu sangat harmonis serta penuh kasih sayang.

Dan ketika ketiga anak mereka telah beranjak remaja, keluarga itu tidak lagi menjadi pemilikku. Sempat tidak berpemilik selama lima bulan, aku merasakan kesepian karena tidak ada hal yang bisa aku amati. 

Tapi kesepianku telah berakhir tepatnya pada tanggal 23 April 1989. Aku memiliki penghuni baru, tidak jauh berbeda dari pemilik sebelumnya. Pemilik baruku adalah keluarga kecil yang juga harmonis hanya saja anak terakhir mereka begitu nakal, malah sang anak pernah membuat jendela yang menjadi bagian dalam diriku pecah karena terkena bola yang anak itu tendang.

Dan seiring berjalannya waktu keluarga itu juga pindah, entah pindah ke mana tapi yang jelas aku cukup sedih karena sudah pasti aku akan kesepian lagi seperti sebelumnya.

Tiga bulan menunggu, aku mendapatkan penghuni baru. Awalnya keluarga itu memang terlihat baik-baik saja seperti keluarga pada umumnya. Namun, saat malam hari ketika para manusia terlelap tidur ada hal mengerikan terjadi.

Salah satu anak mereka adalah pelaku pembunuhan berantai. Ya, anak itu telah membunuh semua anggota keluarganya tanpa terkecuali dan aku adalah saksinya.

Setelah kejadian itu, bertahun-tahun lamanya aku berharap sembari menunggu penghuni baru. Namun, sayang. Aku menunggu hal yang amat sia-sia. Aku tidak memiliki penghuni baru lagi dan untuk kesekian kalinya aku harus bertemu dengan kesepian yang paling aku benci.

Bertahun-tahun tidak berpenghuni, kondisiku menjadi kacau, tidak terawat dan tidak sekukuh dulu. Karena hal itu banyak manusia yang menyangka jika aku adalah rumah yang mengerikan. Seandainya suaraku bisa di dengar oleh manusia, apakah mereka akan kasihan padaku?

Karena keberadaanku yang sudah tidak diharapkan, beberapa hari lagi aku akan dilenyapkan.

"Sayang banget ya, Mah. Padahal rumahnya masih bagus tapi harus dirobohin."

"Iya, Dek. Kalau di renovasi pasti rumahnya makin bagus."

"Iya, Ma. Tapi sayang rumahnya udah angker."

Begitu sekiranya percakapan yang sering aku dengar dari para manusia yang melewatiku. Omong-omong, teruntuk manusia yang pernah menjadi penghuniku, aku ingin mengucapkan terima kasih karena telah memilihku menjadi tempat kalian untuk menghabiskan waktu juga melewati banyak hal selama bertahun-tahun lamanya, dan terima kasih pula atas kebaikan kalian yang telah memperbaiki bagian dalam diriku yang pernah rusak.

Dan terakhir selamat tinggal semuanya, aku sudah cukup bahagia menjadi tempat berteduh untuk keluarga kecil kalian.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Namaku adalah Rumah
Bluerianzy
Cerpen
Bronze
Harga Mati untuk Gusdur.
Siddfen
Novel
MetaMorphoo
Zaeni Dwi Octa Pitaloka
Novel
Starlight
Dawn Solace
Novel
Gold
Pangeran Kelas
Coconut Books
Novel
Cerita Kopi
Annisa Diandari Putri
Flash
Berdoa yang Sederhana Saja
Sulistiyo Suparno
Novel
Pejuang Konten
Marlina Lin
Novel
Bronze
Terbang ke Dasar Laut
Yesno S
Novel
Unperfect Marriage
Elisabet Erlias Purba
Novel
Bronze
Sembuh Utuh
Afifahsty
Novel
Bronze
Cagliari: Hentakan Cinta di Segala Musim
Riskaninda Maharani
Novel
Bronze
Kattok Mencari Dalang
Gusty Ayu Puspagathy
Flash
1 2 3 ... 10
iam_light.blue
Flash
Aku Mencintaiku
SITI NUR AISYAH
Rekomendasi
Flash
Namaku adalah Rumah
Bluerianzy
Novel
Bronze
Unconditional Love
Bluerianzy
Flash
Hantu di bawah tempat tidur
Bluerianzy
Novel
Bronze
Can I?
Bluerianzy
Novel
Bronze
Violet Athalea
Bluerianzy
Flash
Sepiring Karedok untuk orang tersesat
Bluerianzy
Skrip Film
Bunga Matahari
Bluerianzy