Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Beb, please dooong," Adit terus memohon. "Maafin aku, ya?"
"Enggak!" Prita memalingkan wajahnya.
"Pliiiss..!" Lalu Adit mengeluarkan ponselnya. "Kamu mau apa? Cokelat? Boneka? Jalan-jalan?"
"Aku maunya putus," jawab Prita.
***
Beberapa hari yang lalu...
"Beb,"
"Hmm?"
"Kita jalan-jalan, yuk, pas malming. Gimana?" tanya Prita.
"Hmm... Boleh. Tapi ada syaratnya,"
"Aaapa?"
"Kamu harus fokus di kelas. Jangan kayak kemarin. Gak dengerin penjelasan Bu Vina malah nulis-nulis namaku di buku paket," omel Adit. "Jadi ketahuan Bu Vina, kan."
"Iya, maaf," Prita memanyunkan bibirnya. "Lain kali gak gitu lagi, deh. Janji!" bujuk Prita lalu mengacungkan jari kelingkingnya.
"Oke," Adit menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Prita. "Janji kamu aku pegang, ya," Ia mencolek hidung Prita lalu tersenyum lebar. Ia senang menjahili pacarnya.
"Adit!" panggil Mora dari kejauhan lalu berlari menghampiri Adit. "Eh, ada Prita," Mora tersenyum pada Prita. Prita hanya membalas dengan senyum paksa.
"Ada apa, Mor?" tanya Adit.
"Ini ada yang mau gue tanyain," Lalu Mora menunjukkan beberapa file pada Adit.
Prita terlihat sebal melihat mereka berdua berdekatan. Ia merasa Mora menyukai Adit. Dimana ada mereka, Mora selalu tiba-tiba muncul. Tidak hanya di sekolah, bahkan di mall atau tempat wisata yang mereka datangi. Namun, Adit selalu meyakinkan Prita bahwa mereka hanya sebatas teman dan sebagai Ketua dan Wakil Ketua Osis saja.
"Beb, aku ke toilet dulu, ya," ucap Prita.
"Oke, nanti kita ketemu di kelas aja, ya. Bentar lagi juga bel."
***
"Mora masih ngejar si Adit?" tanya seorang perempuan sambil berkaca di toilet. Prita yang masih di dalam bilik toilet pun menyimak.
"Lu lihat aja tadi Mora berduaan sama Adit," ucap perempuan yang lain. "Gue udah gak ngerti lagi sama Mora. Udah berkali-kali gue bilangin jangan ngejar. Masih aja begitu. Whatsapp nya Adit aja disadap sama dia. Gila gak, tuh?"
"Brak!" Prita membuka pintu bilik dengan keras lalu bergegas menghampiri Adit. Kedua perempuan itu langsung panik dan mengikuti Prita.
"Adit!" Prita berteriak. "Mora nyadap Whatsapp kamu!"
"Hah? Ini ada apa sih?" Adit keheranan.
"Tanya aja si Mora!"
"Sadap apaan? Enggak, kok," Mora menggelengkan kepalanya dan berkeringat dingin.
"Beb, jangan asal nuduh gitu, dong. Kan, gak ada bukti," ucap Adit. Prita sudah mulai mengeluarkan air matanya.
"Gue saksinya!" Tiba-tiba Tara muncul. "Sorry, Mor, gue harus ungkapin semuanya."
"Tadi Prita denger pembicaraan gue sama Nita di toilet," lanjut Tara. "Emang bener Mora udah nyadap Whatsapp elu karena Mora suka sama elu."
Bel tanda masuk berbunyi. Prita langsung berlari ke kelas sambil mengusap air matanya.
***
"Aku maunya putus!" ucap Prita. "Aku tuh capek denger kamu belain dia terus."
Tiba-tiba Mora datang menghampiri mereka. Prita melengos melihatnya. Saat Prita hendak pergi, Mora menarik lengan Prita, "Ta, gue ke sini mau minta maaf sama kalian. Gue udah kelewatan. Kalian jangan putus hanya karena gue."
Prita pun berkata, "Mor, elu boleh suka sama Adit. Itu hak semua orang untuk menyukai seseorang. Tapi kalo udah pake sadap dan selalu deketin Adit padahal lu tahu dia punya pacar, itu keterlaluan."
"Udah, udah," Adit menengahi. "Kita baikan aja, ya?" Adit mengusap rambut Prita dan memeluknya. Prita pun membalas pelukannya.