Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
SERAT-SERAT SUARA
6
Suka
6,759
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Setiap ada dinding, di tempat yang dikunjunginya, kini Perempuan itu pasti akan menempelkan telinganya. Rapat-rapat, hingga dingin dindingnya terasa melekat di pipi.

"Di sini, ya, persis di sini. Masih terdengar langkah kedatanganmu, tadi."

Matanya berkedip, dan napasnya menghirup pelan, lantas ia embuskan udara lewat mulutnya. Agar dengan saksama mendapati suara yang ingin sekali didengarkannya lagi.

"Kita pernah janjian di tempat ini."

"Oh ya?" seorang Lelaki kemudian seperti lupa, berusaha mengingat.

"Yang aku tahu kamu suka kopi di kafe ini, kamu suka duduk memandang keluar jendela, kamu suka memainkan jarimu mengetuk mejanya, dan kamu suka....."

"Tapi aku tak suka waktu yang berjalan, berlalu begitu saja."

Lelaki itu menunjuk jam dinding persis di atas meja resepsionis.

"Tak perlu mendengar detik jarum jam, cukup dengarkan suara kita!"

"Bahkan ketika di sini bising?"

"Sekalipun riuh dan sedang ramai."

Perempuan itu meminta untuk memelankan percakapannya. Tangannya melambai, seolah mengajak bergegas menghampiri.

"Sini, lakukan seperti apa yang kuperbuat barusan!" 

Lelaki itu enggan, karena ia tahu itu seperti kurang kerjaan.

"Kamu malu ya?"

"Kemarin di stasiun, kamu menempelkan telingamu di pilar. Di mal, kamu menempelkennya di lift, di bioskop kamu menempelkannya di kursinya, di..."

"Ssstt.. coba dulu!" Perempuan itu sedikit protes karena Lelaki itu bukannya menurut, malah ngomel.

"Baiklah, baiklah!" sedikit terpaksa, Lelaki itu beranjak bangkit dari kursi.

"Ni aku tempelin telingaku." 

Mula-mula lelaki itu kikuk, karena akibat ulah mereka berdua beberapa pengunjung merasa aneh melihat tingkah mereka.

Dalam hitungan beberapa detik kemudian, Lelaki itu tiba-tiba setengah berteriak, "Hah?" lantas mengangguk ke arah Perempuan di sampingnya.

"Aku mendengar..."

"Ya," Perempuan itu memotong seolah memintanya untuk tak usah terkejut.

"Kamu mendengar kan, serat-serat suara kehadiran kita tak pernah benar-benar hilang?"

"Semuanya terserap, semuanya meresap dan akan memanggil kita untuk kembali kelak." Lelaki itu pun tersadar, hanya ada secangkir kopi dan sebuah kursi yang kosong sebenarnya dari tadi.***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Bronze
Maaf Jika Kau Bukan Cinta Pertamaku
Amela E
Novel
SEPTEMBER
Mona Cim
Flash
SERAT-SERAT SUARA
Faisal Syahreza
Novel
A Star Between Us
Pojin Marble
Novel
Gold
Honestly Hurt
Bentang Pustaka
Novel
Sabina's Dream
Jennifer Halim
Novel
Gold
#Berhentidikamu
Mizan Publishing
Novel
Kali Ini Aku Akan Hidup Bebas dan Enak!
Chelsea
Novel
Gold
TABLE FOR TWO
Bentang Pustaka
Novel
Gold
Kido Vs Yura
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
Kekasih Diam-Diam
Sulistiyo Suparno
Novel
Bronze
Lembayung di Ujung Mendung
SY. Nala
Novel
Tersurat Takdir
Firdha Ayutia
Novel
Bronze
Kota Kecil Di Ujung Barat
Alek Wahyu
Novel
Gold
147 Letters
Mizan Publishing
Rekomendasi
Flash
SERAT-SERAT SUARA
Faisal Syahreza
Flash
JAS REMBULAN
Faisal Syahreza
Flash
ES AIRMATA BAHAGIA
Faisal Syahreza
Skrip Film
Yang Lupa Diajarkan Cinta
Faisal Syahreza
Flash
PELUKAN SETENGAH ABAD
Faisal Syahreza