Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
SERAT-SERAT SUARA
6
Suka
6,696
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Setiap ada dinding, di tempat yang dikunjunginya, kini Perempuan itu pasti akan menempelkan telinganya. Rapat-rapat, hingga dingin dindingnya terasa melekat di pipi.

"Di sini, ya, persis di sini. Masih terdengar langkah kedatanganmu, tadi."

Matanya berkedip, dan napasnya menghirup pelan, lantas ia embuskan udara lewat mulutnya. Agar dengan saksama mendapati suara yang ingin sekali didengarkannya lagi.

"Kita pernah janjian di tempat ini."

"Oh ya?" seorang Lelaki kemudian seperti lupa, berusaha mengingat.

"Yang aku tahu kamu suka kopi di kafe ini, kamu suka duduk memandang keluar jendela, kamu suka memainkan jarimu mengetuk mejanya, dan kamu suka....."

"Tapi aku tak suka waktu yang berjalan, berlalu begitu saja."

Lelaki itu menunjuk jam dinding persis di atas meja resepsionis.

"Tak perlu mendengar detik jarum jam, cukup dengarkan suara kita!"

"Bahkan ketika di sini bising?"

"Sekalipun riuh dan sedang ramai."

Perempuan itu meminta untuk memelankan percakapannya. Tangannya melambai, seolah mengajak bergegas menghampiri.

"Sini, lakukan seperti apa yang kuperbuat barusan!" 

Lelaki itu enggan, karena ia tahu itu seperti kurang kerjaan.

"Kamu malu ya?"

"Kemarin di stasiun, kamu menempelkan telingamu di pilar. Di mal, kamu menempelkennya di lift, di bioskop kamu menempelkannya di kursinya, di..."

"Ssstt.. coba dulu!" Perempuan itu sedikit protes karena Lelaki itu bukannya menurut, malah ngomel.

"Baiklah, baiklah!" sedikit terpaksa, Lelaki itu beranjak bangkit dari kursi.

"Ni aku tempelin telingaku." 

Mula-mula lelaki itu kikuk, karena akibat ulah mereka berdua beberapa pengunjung merasa aneh melihat tingkah mereka.

Dalam hitungan beberapa detik kemudian, Lelaki itu tiba-tiba setengah berteriak, "Hah?" lantas mengangguk ke arah Perempuan di sampingnya.

"Aku mendengar..."

"Ya," Perempuan itu memotong seolah memintanya untuk tak usah terkejut.

"Kamu mendengar kan, serat-serat suara kehadiran kita tak pernah benar-benar hilang?"

"Semuanya terserap, semuanya meresap dan akan memanggil kita untuk kembali kelak." Lelaki itu pun tersadar, hanya ada secangkir kopi dan sebuah kursi yang kosong sebenarnya dari tadi.***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Rekomendasi dari Romantis
Flash
SERAT-SERAT SUARA
Faisal Syahreza
Novel
Cahaya di Ujung Pantura
Fatmawati
Novel
Bronze
Penantian Dua Tahun
Nita Tesalonika
Novel
Bronze
Pria dan Gadis
Parasari
Novel
R2 : AKU • DIA
PinkGreen_0718
Flash
Bronze
Pergi Tanpa Ucapan Selamat Tinggal
Sohibul Wahidin
Novel
Bronze
Gengstar of Balliant High School
Nadia Fitri Muliawan
Novel
Bronze
PENGGODA DALAM RUMAH
Ammi Poo YP
Novel
Gadis Pesantren
Fitria Sawardi
Novel
Gold
Setelah Kamu Pergi
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Ikatan Tak Dirindu
Biru Tosca
Flash
Bronze
Cerita Kita Tidak Untuk Dibagikan
Melia
Cerpen
Keabadian yang Kau Inginkan
Faristama Aldrich
Novel
Gold
Caramel Macchiato
Bentang Pustaka
Cerpen
Bronze
PEREMPUAN BERGAUN PENGANTIN
sri wintala achmad
Rekomendasi
Flash
SERAT-SERAT SUARA
Faisal Syahreza
Flash
ES AIRMATA BAHAGIA
Faisal Syahreza
Flash
PELUKAN SETENGAH ABAD
Faisal Syahreza
Flash
JAS REMBULAN
Faisal Syahreza
Skrip Film
Yang Lupa Diajarkan Cinta
Faisal Syahreza