Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Di depan makam isterinya dan para pelayat berbaju hitam, Samudera berkoar bahwa kehidupannya sudah dirancang sedemikian rupa sehingga ia mengalami berbagai musibah dan kesialan yang bertubi-tubi. Tahun lalu sang ayah mati karena tersengat kabel listrik di kandang sapi, bulan lalu sang ibu mati karena terjatuh ke lubang bekas galian tambang, dan hari ini giliran sang isteri yang mati karena tersedak biji nangka.
“APALAGI KALAU BUKAN REKAYASA!” teriak Samudera. Para pelayat yang melihatnya hanya merasa kasihan, ada juga yang menahan tawa melihat wajah amarah Samudera yang mirip topeng Bapang dengan mata melototnya.
Rupanya rasa berang Samudera tak berhenti di makam isterinya, ia pergi ke jalanan dan membentangkan spanduk besar yang bertuliskan bahwa ia hidup dalam sebuah dunia rekayasa. Aksi anehnya itu menarik media masa sampai ia diundang ke sebuah acara Talk Show. Samudera membeberkan fakta jika selama ini kronologi hidupnya amatlah tragis dan serba kebetulan bak sinetron. Sejak kecil ia dipungut sepasang suami-isteri yang ternyata adalah mantan pembunuh bayaran, memacari seorang gadis yang ternyata adalah adik sebapaknya, bertemu ibu kandung yang ternyata adalah majikannya, lalu menikahi seorang wanita yang ternyata adalah seorang pria! (tentu saja Samudera langsung menceraikannya dan menikahi wanita tulen yang ternyata adalah cinta pertamanya dimana mereka pernah bertabrakan di lorong sekolah lalu buku-buku mereka terjatuh lalu mereka berlutut mengambilnya lalu tangan mereka tak sengaja bersentuhan lalu mereka saling pandang lalu mereka jatuh cinta!)
“SEMUA ITU GAK MUNGKIN KEJADIAN DI DUNIA NYATA!” teriak Samudera yang mulai mengamuk di studio, semua orang bingung sampai datang adik sebapaknya (si mantan kekasih) yang berhasil menenangkan Samudera. Sang adik membawa Samudera pulang lalu membaringkan tubuh lelahnya di kasur.
“Udah Bang, ikhlaskan saja apa yang sudah terjadi. Ini semua adalah takdir dari yang diatas. Abang terima saja ya?” ucap sang adik dengan lembutnya.
“DUNIA INI GAK NYATA DEK! SEMUANYA PALSU!”
“Udahlah, Abang cuma perlu terapi, besok kita ke psikiater ya?”
Samudera terdiam.
“Gak perlu, aku cuma butuh tidur...”
Samudera merasa lelah, dan perlahan kesadarannya pun menghilang. Ia telah tertidur lelap.
“Bang, Bang? Udah tidur?”
Sang adik ipar mengibaskan tangan, mencubit, lalu menampar wajah Samudera.
“Oke dia udah tidur.”
Dan dunia nyata pun baru dimulai setelah Samudera tertidur.
“DIA UDAH TIDUR GUYS. DIA UDAH TIDUR!” teriak sang adik. Lalu dari balik tembok dan langit-langit, keluar para ‘Kru’ yang selama ini menyiapkan ‘segalanya’.
“Gimana akting saya barusan?” tanya sang adik kepada seorang Pemimpin Kru.
“Oke, bagus. Dari pelayat di makam sampai orang-orang di acara Talk Show. Semuanya natural. Penonton kita pasti tambah banyak. Oh ya, jangan lupa acara penghargaan nanti malam.”
Lalu malamnya para aktor dan aktris sinetron real life ‘Kehidupan Samudera’ menghadiri sebuah acara penghargaan bergengsi. Berjejer di sana, orang tua angkat Samudera, orang tua kandungnya, istri tulen, hingga isteri prianya. Bertepuk tangan, ketika sang adik mendapatkan piala sebagai aktris terbaik.
“Terima kasih, tapi piala ini untuk real aktor di luar sana, Bang Samudera, i love you Bang!”
Lalu ditayangkan di sebuah TV besar, Samudera yang sedang tertidur dengan air liur yang menetes. Semua orang yang ada di sana pun terbahak-bahak menertawakannya.