Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Religi
Dompet Natal
12
Suka
7,445
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Hujan mengembun di jendela pada pagi Natal yang sejuk. Daniel terjaga dengan perasaan heran ketika menemukan sebuah dompet di bawah bantalnya. Dompet itu dibungkus kotak tembus pandang bermotif cemara dan tidak berkerut sekalipun ditindih kepalanya semalaman. Secarik kertas terselip di dalamnya. Dia membukanya. Selamat Natal, Daniel. Semoga Tuhan memenuhi harimu dengan damai sejahtera. Hanya itu yang tertulis. Dia mengambil dompet itu, lalu membolak-baliknya, ternyata sama dengan dompet yang hilang pada Misa Malam Kudus kemarin—dompet tua yang sudah dimilikinya hampir lima belas tahun. Dengan bingung, dia bangkit berdiri untuk memeriksa pintu—dikunci. Jendela—rapat dan digerendel. Daniel mengambil ponsel, lalu memencet sederet nomor. 

"Halo, Ma."

"Halo, Daniel."

"Selamat Natal ya, Ma. Sekali lagi, maaf, Daniel baru bisa pulang akhir tahun nanti."

"Selamat Natal juga. Tidak masalah. Yang penting kamu baik-baik saja. Jangan lupa makan, ya. Kamu tumben sudah bangun jam segini?"

Daniel melihat jam, ternyata baru pukul 05.00.

"Iya, ya. Maaf menelpon pagi-pagi benar. Mama juga. Jangan lupa makan. Papa di mana, Ma?"

"Papa masih tidur. Mau Mama bangunkan?"

"Tak perlu, Ma. Omong-omong, Mama dan Papa kemarin tidak ke kos-kosan Daniel, 'kan?"

Mamanya tertawa, lalu berkata, "Tidak. Ada apa?"

Daniel menjelaskan semuanya, dan mamanya hanya menjawab singkat, "Mungkin keajaiban Natal. Mungkin Santa Claus benar-benar ada."

"Mana mungkin!"

Meski begitu, Daniel bingung bagaimana dompet itu bisa ada di sana.

Dia berbincang cukup lama dengan mamanya sebelum memutuskan mengakhirinya. Dia lalu teringat Lulu, perempuan yang sudah dikencaninya sejak kuliah, tapi tidak. Lulu tidak mungkin datang ke indekosnya hanya untuk menyelipkan sebuah dompet, lalu pergi lagi. Apalagi, kekasihnya tengah berlibur di Singapura bersama keluarganya. Sebenarnya, Daniel juga diajak, tapi dia menolak dengan dalih pekerjaan, padahal tidak ada yang harus diburu-buru. Dia hanya suka merayakan Natal sendirian. Sayangnya, setelah menghadiri Misa, dompetnya hilang. Meskipun sudah mencarinya di pelataran, dia tidak menemukannya. Isinya tidak seberapa, tapi dia malas mengurus surat kehilangan untuk mengganti kartu-kartu penting yang dia simpan di dalamnya.

Akhirnya, dia mengabaikan rasa penasaran, lalu bertelut untuk menunaikan doa pagi. Dia mengucap syukur kepada Tuhan atas mukjizat indah yang sudah diterimanya. Setelah itu, dia pergi mencari sarapan di sebelah indekosnya. Seperti biasa, aku mengikutinya dari belakang.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Selamat Natal, Daniel!
Rekomendasi dari Religi
Flash
Dompet Natal
Rafael Yanuar
Flash
Dompet Kulit di Stasiun
Binar Bestari
Novel
Bronze
Ajari Aku Syahadat Cinta
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Gold
Perempuan Suamiku
Noura Publishing
Novel
Bronze
Jilbab (Love) Story 2
Redy Kuswanto
Novel
Gold
Dari Delft Hingga Madinah
Noura Publishing
Flash
Kenapa Harus Jin Botol?
Mufidah Raihana
Novel
Bronze
Menderas Rindu
Nurul Lathiffah
Cerpen
Bronze
Terang bulan
artabak
Novel
Gold
Secangkir Teh dan Sepotong Ketupat
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Kumpulan Cerpen Islami
silvi budiyanti
Novel
Ayat yang Tak Terucap
DMRamdhan
Novel
Selepas Hujan
Makrifatul Illah
Novel
Surat Cinta untuk Aisha
Mandanisa0112
Novel
Gold
Pemimpin yang Tuhan
Bentang Pustaka
Rekomendasi
Flash
Dompet Natal
Rafael Yanuar
Novel
Gerimis Daun-Daun
Rafael Yanuar
Cerpen
Perempuan Berambut Perak
Rafael Yanuar
Flash
Rafa Pergi ke Surga
Rafael Yanuar
Cerpen
Kisah Rubah
Rafael Yanuar
Cerpen
Gubuk Kecil di Kota Kuning
Rafael Yanuar
Cerpen
Racau
Rafael Yanuar
Cerpen
Selembar Dunia
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Flash
Lari!
Rafael Yanuar
Flash
Sepayung Berdua
Rafael Yanuar
Flash
Ternyata Aku Masih
Rafael Yanuar
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Novel
Perjalanan Semusim
Rafael Yanuar