Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Titik Elaborasi
8
Suka
14,225
Dibaca

Sabtu malam.

Muti menempati meja No.5 di sebuah kafe—sendirian, karena dia tanpa sengaja tiba setengah jam lebih awal. Lima menit kemudian, terdengar suara pintu kafe terbuka dan seseorang menghampiri mejanya.

Adam.

Muti bisa dengar suara detak jantungnya sendiri saat ia melihat Adam tersenyum ke arahnya. Dia tidak berubah; hanya terlihat lebih... dewasa.

"Hai," sapanya, dan duduk di hadapan Muti. "Kok kamu yang sampai duluan di sini? Padahal aku udah dateng lebih awal, lho. Bahkan... aku pikir kamu enggak bakalan dateng."

Muti tersenyum tipis. "Tenyata tadi enggak macet, makanya cepet sampainya."

Adam tersenyum. Suara detak jantung Muti semakin kencang dan gendang telinganya seperti akan meledak.

"Gimana kabar kamu?"

"Baik," tipikal jawaban diplomatis—boring. "Kamu tau dari mana alamat e-mail personal aku?"

"Dari... Rian," jawab Adam, mengamati ekspresi Muti. "Please, jangan marah sama dia, aku yang maksa. Tadinya aku minta nomor HP kamu, tapi dia enggak ngasih dan kasih alamat e-mail kamu."

"Pantesan aja Rian belakangan ini jadi baik banget. Ternyata gara-gara ini, toh."

"Please, jangan marah sama Rian."

Muti hanya terdiam. Dan Adam berusaha untuk mencairkan suasana lagi.

"Aku masih enggak nyangka kita bisa ketemu lagi," ucapnya. "Setelah berapa lama, ya? Lima? Atau enam tahun?"

"Tujuh tahun, Adam," balas Muti dengan nada datar. "Terakhir kali kita ketemu itu udah tujuh tahun yang lalu." Dan itu adalah hari pas kita putus, Muti tidak bisa melanjutkan kalimatnya langsung di hadapan Adam.

Suasana pun menjadi semakin canggung.

***

Waktu kelas 11 SMA, Muti dan Adam mulai berpacaran dan Rian, sahabat mereka, yang jadi mak comblangnya. Tidak sulit bagi Muti untuk menyukai Adam yang baik dan pintar itu. Yang sulit adalah memercayai bahwa Adam juga ternyata suka kepadanya.

Hubungan keduanya baik-baik saja hingga akhirnya tibalah badai di semester terakhir mereka kuliah. Ayahnya Muti meninggal dan Adam dapat beasiswa S2 ke Jepang. Karena kondisinya kacau, maka Muti pun memutuskan Adam secara sepihak, sebulan sebelum dia berangkat ke Jepang.

Juga menutup semua kontak di antara mereka.

Dan itu berlangsung selama 7 tahun, hingga akhirnya seminggu yang lalu, Adam mengiriminya e-mail dan meminta bertemu.

***

"Jadi awkward, ya," Muti berkomentar.

Adam menggaruk kepalanya. "M-maaf, ya."

Muti menggelengkan kepalanya. "Enggak, aku yang minta maaf," seketika air mata sudah di pelupuk matanya. "Aku... maaf. Untuk semuanya."

Adam menggelengkan kepalanya, tersenyum. "Kenapa kamu minta maaf, Mut? Aku yang harusnya minta maaf. Aku baru berani untuk ketemu dan minta maaf secara langsung sama kamu setelah tujuh tahun ini. Maafin aku, ya."

Air mata Muti pun menetes.

"Bertahun-tahun aku enggak bisa ngelupain kamu, Mut. Aku enggak bisa move on."

Dada Muti semakin bergemuruh.

"Maafin aku ya, Muti."

"Aku minta maaf juga, Dam."

Adam tersenyum. Muti juga. Lirih, namun agak lega.

***

Muti masih duduk di meja No.5—sendirian, matanya sembab—dan menyeruput kopinya yang kini sudah dingin.

Dia memandangi kursi kosong di hadapannya, kemudian amplop berwarna putih di atas meja.

Muti menertawakan dirinya dalam hati. Dia menggendong tasnya, bangkit, dan meninggalkan meja juga uang tip di atas amplop putih tersebut—undangan pernikahan Adam dengan pacarnya yang bernama Rissa.

Selamat tinggal Adam. Semoga... berbahagia.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (5)
Rekomendasi dari Drama
Skrip Film
JANJI RIO
ranti ris
Flash
Bronze
Kangen
Eva yunita
Flash
Titik Elaborasi
Chika Manupada
Cerpen
Bronze
Kemeja Ayah
AndikaP
Novel
Bronze
Jerat Luka Di Lembah Duka
Tirabella
Cerpen
Bronze
Aku Hanya Ingin Menulis
AkuOsa
Novel
The Royals
Berthy Adiningsih
Novel
Bronze
Rupiah Untuk Agus
Bond Monosta
Novel
Kreator & Kacamata - The Anthology
Kosong/Satu
Flash
Setia
R Fauzia
Cerpen
Bronze
Arunikaku
kar.
Cerpen
Bronze
Istana Biru
Dimarifa Dy
Flash
EMPAT KATA
Januard Benedictus
Cerpen
Bronze
Waktu Yang Berharga
Kokonoka
Novel
Bronze
Our Promise
Mufara324
Rekomendasi
Flash
Titik Elaborasi
Chika Manupada
Skrip Film
Bakti Ayah Belia (Screenplay)
Chika Manupada
Flash
Imaji Estetika
Chika Manupada
Novel
Bronze
Dersik
Chika Manupada
Flash
Sulung
Chika Manupada
Flash
Binar Mentari
Chika Manupada
Novel
Bronze
Bersua
Chika Manupada
Flash
Bunga Tidur
Chika Manupada