Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Religi
Layang-Layang
9
Suka
6,826
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Suara benang putus meretas kesunyian di sore yang muram itu. Anak itu menangis, tapi segera melupakan penyebabnya. Dia kibas air mata, lalu berlari menghampiri ibunya yang menunggu di sudut lapangan. Dia menggenggam payung hitam dengan tangan kanannya. Tak lama kemudian, mereka menghilang di sudut jalan, dan kita tak akan melihatnya lagi.

Mendung membuat langit menjadi seperti lapisan dalam pada cangkang kerang. Angin berembus masai. Burung-burung terbang pulang. Hujan pun turun, menciptakan noktah hitam di permukaan aspal. Roda-roda kendaraan melindas genangan hingga menciptakan renjisan di celana pejalan kaki. Di langit, sehelai layang-layang berputar-putar tanpa kendali. Tak ada yang mendengar teriakannya, tak ada yang memperhatikannya melambaikan tangan. Begitu hujan turun dengan deras dan rapat, Bumi bagai kehilangan penghuni.

Kini, setelah tak ada lagi yang dapat dia lakukan untuk menyelamatkan diri, layang-layang itu hanya ingin pergi sejauh mungkin dari benang yang dipegang erat-erat—dan akhirnya putus—oleh anak kecil yang mudah menangis itu. Karena tak ingin dicari, dikejar, atau ditangkap, dia belajar terbang kepada seekor burung. Dengan sayapnya yang patah, meski harus menahan perih tak terperi, dia melambung di atas pohon, tiang lampu, dan kabel listrik. Dia berserah kepada angin saat letih menguasainya. Dia lenyap, muncul, naik, lalu turun. Setelah melewati sawah-sawah yang menguning, dia memandang takjub setapak yang sunyi.

Saat langit makin pekat, dia biarkan tetes-tetes air meleleh di tubuhnya. Dia biarkan panah-panah gerimis melubangi kulitnya. Dia biarkan rasa sakit pelan-pelan menyublim di jantungnya. Dia biarkan derita mendamaikannya. Karena tak lagi menarik—hanya rangka bambu yang hampir tak terlihat, dia tak perlu khawatir anak-anak akan mengejarnya. 

Akhirnya, cita-citanya tercapai, tak ada yang mempedulikannya, tak ada yang mencarinya. Dia bisa berkelana sesuka hati, meski sesekali harus meminta bantuan angin yang penyabar saat hampir menghantam tanah.

Dia terbang tanpa kenal lelah, meski tubuhnya tinggal belulang belaka. Dia melayang di atas desa dan kota, lalu memandang lirih bangunan-bangunan rumah ibadah yang beraneka ragam. Dia melewati perbatasan bangsa-bangsa, melampaui benua, menyeberangi lautan, lalu tanpa sadar menembus ruang dan waktu.

Layang-layang patah itu berjalan ke hari kemarin, bepergian ke masa lampau. Dia telusur jejak ziarah yang masih berdarah. Dia pandang iring-iringan yang begitu ramai. Dia dengar suara pecut yang tajam, tapi tak jua berhenti. Dia temukan para perempuan yang menangis tanpa mampu membendung isak. Dia pandang Mata itu, seperti Petrus di pagi yang baru saja. 

Dia jatuh di bukit Golgota; menjadi satu di antara tiga.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Terima kasih, Kak.
Tanpa dialog, tetap asik juga
Rekomendasi dari Religi
Novel
KETIKA MALAIKAT MENANGIS
Rizal Azmi
Flash
Layang-Layang
Rafael Yanuar
Novel
Gold
Menjejak Amerika
Noura Publishing
Novel
Bronze
Di Balik Kerudung Delizta
Nunung Hartati
Novel
Gold
Perempuan Suamiku
Noura Publishing
Novel
SAYAP-SAYAP DOA
Fendi Hamid
Novel
Gold
Iblis Tidak Butuh Pengikut
Bentang Pustaka
Flash
Inun
Muhammad Yunus
Novel
Muara Cinta di Titik Semula
Faiz el Faza
Flash
Barata dan Bahubali
Vitri Dwi Mantik
Novel
Gold
Ada Pelangi di Balik Hujan
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Cita Cinta Khadijah
fitrihaida
Novel
Seribu Langkah Menggapai Surga
Alin rizkiana
Novel
Bronze
romantisme pergerakan
Didin Emfahrudin
Novel
Gold
Love & Happiness
Mizan Publishing
Rekomendasi
Flash
Layang-Layang
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Novel
Perjalanan Semusim
Rafael Yanuar
Flash
Rafa Pergi ke Surga
Rafael Yanuar
Cerpen
Tujuh Belasan di Desa Dukun
Rafael Yanuar
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Flash
Lukisan Rendra
Rafael Yanuar
Flash
Aku Tak Ingin Mati Seperti Ini
Rafael Yanuar
Flash
Dompet Natal
Rafael Yanuar
Flash
Mencari Kacamata
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar
Flash
Ternyata Aku Masih
Rafael Yanuar
Flash
Janji Santiago
Rafael Yanuar
Flash
Lari!
Rafael Yanuar