Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Religi
Layang-Layang
9
Suka
7,046
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Suara benang putus meretas kesunyian di sore yang muram itu. Anak itu menangis, tapi segera melupakan penyebabnya. Dia kibas air mata, lalu berlari menghampiri ibunya yang menunggu di sudut lapangan. Dia menggenggam payung hitam dengan tangan kanannya. Tak lama kemudian, mereka menghilang di sudut jalan, dan kita tak akan melihatnya lagi.

Mendung membuat langit menjadi seperti lapisan dalam pada cangkang kerang. Angin berembus masai. Burung-burung terbang pulang. Hujan pun turun, menciptakan noktah hitam di permukaan aspal. Roda-roda kendaraan melindas genangan hingga menciptakan renjisan di celana pejalan kaki. Di langit, sehelai layang-layang berputar-putar tanpa kendali. Tak ada yang mendengar teriakannya, tak ada yang memperhatikannya melambaikan tangan. Begitu hujan turun dengan deras dan rapat, Bumi bagai kehilangan penghuni.

Kini, setelah tak ada lagi yang dapat dia lakukan untuk menyelamatkan diri, layang-layang itu hanya ingin pergi sejauh mungkin dari benang yang dipegang erat-erat—dan akhirnya putus—oleh anak kecil yang mudah menangis itu. Karena tak ingin dicari, dikejar, atau ditangkap, dia belajar terbang kepada seekor burung. Dengan sayapnya yang patah, meski harus menahan perih tak terperi, dia melambung di atas pohon, tiang lampu, dan kabel listrik. Dia berserah kepada angin saat letih menguasainya. Dia lenyap, muncul, naik, lalu turun. Setelah melewati sawah-sawah yang menguning, dia memandang takjub setapak yang sunyi.

Saat langit makin pekat, dia biarkan tetes-tetes air meleleh di tubuhnya. Dia biarkan panah-panah gerimis melubangi kulitnya. Dia biarkan rasa sakit pelan-pelan menyublim di jantungnya. Dia biarkan derita mendamaikannya. Karena tak lagi menarik—hanya rangka bambu yang hampir tak terlihat, dia tak perlu khawatir anak-anak akan mengejarnya. 

Akhirnya, cita-citanya tercapai, tak ada yang mempedulikannya, tak ada yang mencarinya. Dia bisa berkelana sesuka hati, meski sesekali harus meminta bantuan angin yang penyabar saat hampir menghantam tanah.

Dia terbang tanpa kenal lelah, meski tubuhnya tinggal belulang belaka. Dia melayang di atas desa dan kota, lalu memandang lirih bangunan-bangunan rumah ibadah yang beraneka ragam. Dia melewati perbatasan bangsa-bangsa, melampaui benua, menyeberangi lautan, lalu tanpa sadar menembus ruang dan waktu.

Layang-layang patah itu berjalan ke hari kemarin, bepergian ke masa lampau. Dia telusur jejak ziarah yang masih berdarah. Dia pandang iring-iringan yang begitu ramai. Dia dengar suara pecut yang tajam, tapi tak jua berhenti. Dia temukan para perempuan yang menangis tanpa mampu membendung isak. Dia pandang Mata itu, seperti Petrus di pagi yang baru saja. 

Dia jatuh di bukit Golgota; menjadi satu di antara tiga.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Terima kasih, Kak.
Tanpa dialog, tetap asik juga
Rekomendasi dari Religi
Flash
Layang-Layang
Rafael Yanuar
Cerpen
Bronze
Sepersekian Tahun yang Lalu
Nisa Amalia
Novel
Bronze
Hidayah Aisyah
Rinaha Ardelia (Seorin Lee)
Cerpen
Insyaallah Mualaf
Teguh Santoso
Novel
Gold
Takdir Allah Tak Pernah Salah
Mizan Publishing
Novel
Gold
Islam Sejati, Islam dari Hati
Noura Publishing
Novel
Bronze
Bekas: Membangun Cinta di Surga
Khairul Azzam El Maliky
Flash
CAHAYA & SHABIR
Xielna
Flash
Terkabulnya Doa
Yooni SRi
Cerpen
Bronze
Titipan Rindu
Rinz Sugianto
Novel
Gold
Pajak Itu Zakat
Mizan Publishing
Novel
Bronze
MarriedZONE!
HANA
Novel
Aku dan Syawal
Siti Sarah Madani
Novel
Gold
Shopaholic Insyaf
Mizan Publishing
Skrip Film
Akasah
Ariska Delpi
Rekomendasi
Flash
Layang-Layang
Rafael Yanuar
Flash
Janji Santiago
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar
Novel
Sampai Jumpa Besok
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Cerpen
Toko Buku Kecil di Kaki Bukit
Rafael Yanuar
Cerpen
Selembar Dunia
Rafael Yanuar
Flash
Aku Tak Ingin Mati Seperti Ini
Rafael Yanuar
Flash
Sepayung Berdua
Rafael Yanuar
Flash
Ding Dong, Bioskop, dan Kafe
Rafael Yanuar
Flash
Dunia dalam Tas
Rafael Yanuar
Flash
Kekasih Hujan
Rafael Yanuar
Flash
Dompet Natal
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar