Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Religi
Layang-Layang
9
Suka
6,962
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Suara benang putus meretas kesunyian di sore yang muram itu. Anak itu menangis, tapi segera melupakan penyebabnya. Dia kibas air mata, lalu berlari menghampiri ibunya yang menunggu di sudut lapangan. Dia menggenggam payung hitam dengan tangan kanannya. Tak lama kemudian, mereka menghilang di sudut jalan, dan kita tak akan melihatnya lagi.

Mendung membuat langit menjadi seperti lapisan dalam pada cangkang kerang. Angin berembus masai. Burung-burung terbang pulang. Hujan pun turun, menciptakan noktah hitam di permukaan aspal. Roda-roda kendaraan melindas genangan hingga menciptakan renjisan di celana pejalan kaki. Di langit, sehelai layang-layang berputar-putar tanpa kendali. Tak ada yang mendengar teriakannya, tak ada yang memperhatikannya melambaikan tangan. Begitu hujan turun dengan deras dan rapat, Bumi bagai kehilangan penghuni.

Kini, setelah tak ada lagi yang dapat dia lakukan untuk menyelamatkan diri, layang-layang itu hanya ingin pergi sejauh mungkin dari benang yang dipegang erat-erat—dan akhirnya putus—oleh anak kecil yang mudah menangis itu. Karena tak ingin dicari, dikejar, atau ditangkap, dia belajar terbang kepada seekor burung. Dengan sayapnya yang patah, meski harus menahan perih tak terperi, dia melambung di atas pohon, tiang lampu, dan kabel listrik. Dia berserah kepada angin saat letih menguasainya. Dia lenyap, muncul, naik, lalu turun. Setelah melewati sawah-sawah yang menguning, dia memandang takjub setapak yang sunyi.

Saat langit makin pekat, dia biarkan tetes-tetes air meleleh di tubuhnya. Dia biarkan panah-panah gerimis melubangi kulitnya. Dia biarkan rasa sakit pelan-pelan menyublim di jantungnya. Dia biarkan derita mendamaikannya. Karena tak lagi menarik—hanya rangka bambu yang hampir tak terlihat, dia tak perlu khawatir anak-anak akan mengejarnya. 

Akhirnya, cita-citanya tercapai, tak ada yang mempedulikannya, tak ada yang mencarinya. Dia bisa berkelana sesuka hati, meski sesekali harus meminta bantuan angin yang penyabar saat hampir menghantam tanah.

Dia terbang tanpa kenal lelah, meski tubuhnya tinggal belulang belaka. Dia melayang di atas desa dan kota, lalu memandang lirih bangunan-bangunan rumah ibadah yang beraneka ragam. Dia melewati perbatasan bangsa-bangsa, melampaui benua, menyeberangi lautan, lalu tanpa sadar menembus ruang dan waktu.

Layang-layang patah itu berjalan ke hari kemarin, bepergian ke masa lampau. Dia telusur jejak ziarah yang masih berdarah. Dia pandang iring-iringan yang begitu ramai. Dia dengar suara pecut yang tajam, tapi tak jua berhenti. Dia temukan para perempuan yang menangis tanpa mampu membendung isak. Dia pandang Mata itu, seperti Petrus di pagi yang baru saja. 

Dia jatuh di bukit Golgota; menjadi satu di antara tiga.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Terima kasih, Kak.
Tanpa dialog, tetap asik juga
Rekomendasi dari Religi
Flash
Layang-Layang
Rafael Yanuar
Novel
Gold
Allah Tidak Cerewet seperti Kita
Noura Publishing
Novel
Jeremba Asmaraloka
Mutiah Anggerini
Novel
Jodoh Untuk Adel
NURHIDAYAH
Flash
Bronze
Jodoh? Biarkan Kami Saling Menentukan
Daud Farma
Novel
Gold
KHADIJAH:PEREMPUAN TELADAN SEPANJANG MASA (REPUBLISH)
Mizan Publishing
Novel
Gold
Love & Happiness
Mizan Publishing
Novel
Romantic Destination (Found You)
Alita
Novel
Bronze
Madu Di Kamar Tamu
Andriani Keumala
Novel
Gold
Menemukan Soulmate Pilihan Allah
Noura Publishing
Flash
Surga di telapak kaki Ibu
Yulia Fahri
Novel
Bronze
Hujan Paling Jujur Di Matamu
Hadis Mevlana
Cerpen
Kekurangan adalah kelebihan yang indah
Windi Liesandrianni
Novel
KETIKA MALAIKAT MENANGIS
Rizal Azmi
Novel
M A D U
Andri Lestari
Rekomendasi
Flash
Layang-Layang
Rafael Yanuar
Flash
Clair de Lune
Rafael Yanuar
Flash
Penulis Paling Berbakat di Dunia
Rafael Yanuar
Flash
Ternyata Aku Masih
Rafael Yanuar
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Cerpen
Penenun Pelangi
Rafael Yanuar
Flash
Lari!
Rafael Yanuar
Flash
Kepada Mantan Kekasihku
Rafael Yanuar
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Cerpen
Kunang-Kunang di Jendela
Rafael Yanuar
Flash
Jalan Sepajang Malam
Rafael Yanuar
Flash
Setelah Gelap Datang
Rafael Yanuar
Flash
Dompet Natal
Rafael Yanuar
Flash
Sepayung Berdua
Rafael Yanuar