Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Religi
Layang-Layang
9
Suka
8,844
Dibaca

Suara benang putus meretas kesunyian di sore yang muram itu. Anak itu menangis, tapi segera melupakan penyebabnya. Dia kibas air mata, lalu berlari menghampiri ibunya yang menunggu di sudut lapangan. Dia menggenggam payung hitam dengan tangan kanannya. Tak lama kemudian, mereka menghilang di sudut jalan, dan kita tak akan melihatnya lagi.

Mendung membuat langit menjadi seperti lapisan dalam pada cangkang kerang. Angin berembus masai. Burung-burung terbang pulang. Hujan pun turun, menciptakan noktah hitam di permukaan aspal. Roda-roda kendaraan melindas genangan hingga menciptakan renjisan di celana pejalan kaki. Di langit, sehelai layang-layang berputar-putar tanpa kendali. Tak ada yang mendengar teriakannya, tak ada yang memperhatikannya melambaikan tangan. Begitu hujan turun dengan deras dan rapat, Bumi bagai kehilangan penghuni.

Kini, setelah tak ada lagi yang dapat dia lakukan untuk menyelamatkan diri, layang-layang itu hanya ingin pergi sejauh mungkin dari benang yang dipegang erat-erat—dan akhirnya putus—oleh anak kecil yang mudah menangis itu. Karena tak ingin dicari, dikejar, atau ditangkap, dia belajar terbang kepada seekor burung. Dengan sayapnya yang patah, meski harus menahan perih tak terperi, dia melambung di atas pohon, tiang lampu, dan kabel listrik. Dia berserah kepada angin saat letih menguasainya. Dia lenyap, muncul, naik, lalu turun. Setelah melewati sawah-sawah yang menguning, dia memandang takjub setapak yang sunyi.

Saat langit makin pekat, dia biarkan tetes-tetes air meleleh di tubuhnya. Dia biarkan panah-panah gerimis melubangi kulitnya. Dia biarkan rasa sakit pelan-pelan menyublim di jantungnya. Dia biarkan derita mendamaikannya. Karena tak lagi menarik—hanya rangka bambu yang hampir tak terlihat, dia tak perlu khawatir anak-anak akan mengejarnya. 

Akhirnya, cita-citanya tercapai, tak ada yang mempedulikannya, tak ada yang mencarinya. Dia bisa berkelana sesuka hati, meski sesekali harus meminta bantuan angin yang penyabar saat hampir menghantam tanah.

Dia terbang tanpa kenal lelah, meski tubuhnya tinggal belulang belaka. Dia melayang di atas desa dan kota, lalu memandang lirih bangunan-bangunan rumah ibadah yang beraneka ragam. Dia melewati perbatasan bangsa-bangsa, melampaui benua, menyeberangi lautan, lalu tanpa sadar menembus ruang dan waktu.

Layang-layang patah itu berjalan ke hari kemarin, bepergian ke masa lampau. Dia telusur jejak ziarah yang masih berdarah. Dia pandang iring-iringan yang begitu ramai. Dia dengar suara pecut yang tajam, tapi tak jua berhenti. Dia temukan para perempuan yang menangis tanpa mampu membendung isak. Dia pandang Mata itu, seperti Petrus di pagi yang baru saja. 

Dia jatuh di bukit Golgota; menjadi satu di antara tiga.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Terima kasih, Kak.
Tanpa dialog, tetap asik juga
Rekomendasi dari Religi
Flash
Layang-Layang
Rafael Yanuar
Novel
Gold
Tuhan, Maaf, Kami Belum Bersyukur
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Kisah Tauladan Nabi dan Rasul
silvi budiyanti
Novel
Cinta Hanya Dia
Aza Muliana
Novel
Bronze
NEGERI SERIBU BIDADARI
Embart nugroho
Novel
AIBEK GRY
Syami Ayyabi
Novel
Bronze
Yai Sepuh
Eko Hartono
Novel
SATARUPA
Nawasena Afati
Novel
Gold
Saring Sebelum Sharing
Bentang Pustaka
Novel
SYAHADAT BERSAMA SENJA
N. HIDAYAH
Cerpen
Bronze
Auditor dari Akhirat
hidayatullah
Skrip Film
Ka'bah Guwai Datuk
Dwi Kurnialis
Novel
Bronze
Bidadari Kiriman Tuhan
Nurhidayah Ade Triana
Novel
Be (Murtad) On Moslem
Joo
Novel
Gold
Kambing dan Hujan
Bentang Pustaka
Rekomendasi
Flash
Layang-Layang
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Flash
Sepayung Berdua
Rafael Yanuar
Flash
Di Perpustakaan
Rafael Yanuar
Flash
Ternyata Aku Masih
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar
Novel
Sampai Jumpa Besok
Rafael Yanuar
Cerpen
Perempuan Berambut Perak
Rafael Yanuar
Cerpen
Rehat Sejenak
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Flash
Upaya Sederhana Memaknai Kenangan
Rafael Yanuar
Cerpen
Selembar Dunia
Rafael Yanuar
Flash
Dunia dalam Tas
Rafael Yanuar