Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Warna Pelangi
17
Suka
6,734
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Hai."

"Hai."

"Lagi apa?"

"Lagi bersantai. Pemandangannya bagus."

"Benar-benar sore yang indah."

"Tidak ada yang lebih indah."

"Jika dilihat dari ketinggian, rasanya kehidupan di Bumi tidak ada artinya."

"Seperti semut."

"Betul. Betul. Padahal semut juga punya kesibukan."

"Tapi, karena kecil, kesibukan mereka juga kecil."

"Nyaris tidak berarti."

"Nyaris tidak berarti."

"Omong-omong, apa yang kaulihat?"

"Pelangi."

"Tapi tidak ada pelangi."

"Ada, kok. Besar. Saking besarnya, sampai menutup langit. Kamu tidak lihat?"

"Tidak."

"Ujung busurnya menancap di sebelah sana, sisi lainnya menancap di sini."

"Mana ada."

"Betulan, kok. Ada dua awan yang menopangnya."

"Awan?"

"Awan. Memangnya apalagi?"

"Tapi tidak ada awan."

"Matamu siwer? Jelas-jelas ada dua awan; mendung, besar sekali, seolah-olah sarat hujan, di situ dan situ."

"Sudah setahun hujan tidak turun."

"Bukan berarti tidak akan turun, bukan?"

"Tapi sungguh, tidak ada awan di mana pun, apalagi mendung. Lihat, keringatmu saja sebesar biji jagung."

"Biasanya juga begitu. Kalau mau hujan, udara jadi pengap. Mungkin gerimis sudah turun di kota. Sudah berkabut, kok."

"Berkabut? Jelas-jelas kering begitu."

"Petirnya menyambar-nyambar."

"Petir?"

"Petir. Dan pelanginya makin besar saja."

"Aku yakin, seribu persen tidak ada pelangi. Kamu tidak salah lihat?"

"Seribu persen ada pelangi. Punya delapan warna. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, dan satu lagi. Di bawah ungu. Tapi aku tidak tahu warna apa, karena tidak mirip warna apa pun."

"Ultraungu?"

"Apa itu?"

"Warna yang takdapat dilihat manusia. Ultraungu, inframerah, gamma, dan lebih banyak lagi—mungkin, aku tidak terlalu yakin. Pernah dipelajari di IPA, 'kan?"

"Berarti inframerah ada di atas merah?"

"Benar."

"Setelah dilihat-lihat, ternyata memang ada sesuatu di atas merah. Warna lain yang aneh."

"Seperti apa?"

"Tidak jelas. Dia bukan hijau, kuning, biru, atau campuran semuanya. Warna yang asing."

"Kamu tidak mengerjaiku, 'kan?"

"Buat apa membohongi boneka sendiri?"

"Boneka? Siapa yang boneka?"

"Kamu. Siapa lagi selain kamu?"

"Kamulah yang boneka. Boneka tanganku. Kamu meminjam mulutku untuk bicara; meminjam otakku untuk berpikir."

"Kata siapa?"

"Kalian bisa diam, tidak? Aku mau tidur."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Keren
percakapan mistis ini kak XDDD
Wuihhh apakah alter egonya si MC lagi pada diskusi?
Ciri khasnya mas Yanuar muncul lagi
Rekomendasi dari Drama
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Novel
Wait, There!
Natsu Hana
Novel
DUA JIWA
Masda Raimunda
Novel
Gold
Jokowi, Sangkuni, Machiavelli
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Buku Harian Alana
Nur Chayati
Flash
Jalan, Yuk!
hyu
Novel
Dear AS[Abun Sungkar]
Nur Fitriani
Flash
Bronze
Kecupan Rere
Sulistiyo Suparno
Novel
Gold
Words in Deep Blue
Noura Publishing
Novel
Kuingin Kau Tahu Aku Mencintaimu
Elisabet Erlias Purba
Novel
SEBATAS FORMALITAS
Linda Fadilah
Novel
Bronze
Pohon Imajinasi
Janeeta Mz
Novel
Bronze
Semangkuk Soto Dari Ibu Mertua
Ninik Irmawati
Novel
Bronze
INCUMBENT
Muhammad Adli Zulkifli
Novel
Bronze
LINA PRAMESWARI
Raden Dwi Rendra
Rekomendasi
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Flash
Mencari Kacamata
Rafael Yanuar
Cerpen
Racau
Rafael Yanuar
Cerpen
Kisah Rubah
Rafael Yanuar
Flash
Penulis Paling Berbakat di Dunia
Rafael Yanuar
Cerpen
Malam Dingin di Cigigir
Rafael Yanuar
Cerpen
Hujan yang Arif Tahu Kapan Harus Turun
Rafael Yanuar
Novel
Gerimis Daun-Daun
Rafael Yanuar
Novel
Perjalanan Semusim
Rafael Yanuar
Cerpen
Tujuh Belasan di Desa Dukun
Rafael Yanuar
Flash
Rafa Pergi ke Surga
Rafael Yanuar
Flash
Lukisan Rendra
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar
Flash
Sepayung Berdua
Rafael Yanuar
Flash
Ding Dong, Bioskop, dan Kafe
Rafael Yanuar