Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Warna Pelangi
17
Suka
6,783
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Hai."

"Hai."

"Lagi apa?"

"Lagi bersantai. Pemandangannya bagus."

"Benar-benar sore yang indah."

"Tidak ada yang lebih indah."

"Jika dilihat dari ketinggian, rasanya kehidupan di Bumi tidak ada artinya."

"Seperti semut."

"Betul. Betul. Padahal semut juga punya kesibukan."

"Tapi, karena kecil, kesibukan mereka juga kecil."

"Nyaris tidak berarti."

"Nyaris tidak berarti."

"Omong-omong, apa yang kaulihat?"

"Pelangi."

"Tapi tidak ada pelangi."

"Ada, kok. Besar. Saking besarnya, sampai menutup langit. Kamu tidak lihat?"

"Tidak."

"Ujung busurnya menancap di sebelah sana, sisi lainnya menancap di sini."

"Mana ada."

"Betulan, kok. Ada dua awan yang menopangnya."

"Awan?"

"Awan. Memangnya apalagi?"

"Tapi tidak ada awan."

"Matamu siwer? Jelas-jelas ada dua awan; mendung, besar sekali, seolah-olah sarat hujan, di situ dan situ."

"Sudah setahun hujan tidak turun."

"Bukan berarti tidak akan turun, bukan?"

"Tapi sungguh, tidak ada awan di mana pun, apalagi mendung. Lihat, keringatmu saja sebesar biji jagung."

"Biasanya juga begitu. Kalau mau hujan, udara jadi pengap. Mungkin gerimis sudah turun di kota. Sudah berkabut, kok."

"Berkabut? Jelas-jelas kering begitu."

"Petirnya menyambar-nyambar."

"Petir?"

"Petir. Dan pelanginya makin besar saja."

"Aku yakin, seribu persen tidak ada pelangi. Kamu tidak salah lihat?"

"Seribu persen ada pelangi. Punya delapan warna. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, dan satu lagi. Di bawah ungu. Tapi aku tidak tahu warna apa, karena tidak mirip warna apa pun."

"Ultraungu?"

"Apa itu?"

"Warna yang takdapat dilihat manusia. Ultraungu, inframerah, gamma, dan lebih banyak lagi—mungkin, aku tidak terlalu yakin. Pernah dipelajari di IPA, 'kan?"

"Berarti inframerah ada di atas merah?"

"Benar."

"Setelah dilihat-lihat, ternyata memang ada sesuatu di atas merah. Warna lain yang aneh."

"Seperti apa?"

"Tidak jelas. Dia bukan hijau, kuning, biru, atau campuran semuanya. Warna yang asing."

"Kamu tidak mengerjaiku, 'kan?"

"Buat apa membohongi boneka sendiri?"

"Boneka? Siapa yang boneka?"

"Kamu. Siapa lagi selain kamu?"

"Kamulah yang boneka. Boneka tanganku. Kamu meminjam mulutku untuk bicara; meminjam otakku untuk berpikir."

"Kata siapa?"

"Kalian bisa diam, tidak? Aku mau tidur."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Keren
percakapan mistis ini kak XDDD
Wuihhh apakah alter egonya si MC lagi pada diskusi?
Ciri khasnya mas Yanuar muncul lagi
Rekomendasi dari Drama
Novel
Searching True Love
Karen Agatha
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Novel
Bronze
Perempuan-Perempuan Sam
Risnat
Novel
YAPPA MARADDA
Sika Indry
Novel
Bronze
Janji Allah~Novel~
Herman Sim
Flash
Pagi yang Damai
Bima Kagumi
Novel
Hujan di Tanah Utara
Irvinia Margaretha Nauli
Novel
Dewi Sang Bidadari
BUNGSU BER-SYAIR
Novel
Bronze
Muara Rindu
Amaliaafaraa
Novel
Bronze
Memoar
Kurarin Arin
Flash
Kejar Woi, Kejar!
Yutanis
Novel
Gold
Bising
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Ayat Ayat Benci
Sarjana Goblok
Novel
Gold
KKPK Little Ballerina
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Kue Lumpur Kayu Manis dan Rancang Bangun
Foggy F F
Rekomendasi
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Cerpen
Gubuk Kecil di Kota Kuning
Rafael Yanuar
Flash
Kepada Mantan Kekasihku
Rafael Yanuar
Flash
Kekasih Hujan
Rafael Yanuar
Cerpen
Penenun Pelangi
Rafael Yanuar
Flash
Clair de Lune
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Flash
Janji Santiago
Rafael Yanuar
Flash
Lari!
Rafael Yanuar
Flash
Mencari Kacamata
Rafael Yanuar
Cerpen
Arwah Kunang-Kunang
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar
Flash
Ternyata Aku Masih
Rafael Yanuar
Cerpen
Rehat Sejenak
Rafael Yanuar
Flash
Sepayung Berdua
Rafael Yanuar