Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Warna Pelangi
17
Suka
6,790
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Hai."

"Hai."

"Lagi apa?"

"Lagi bersantai. Pemandangannya bagus."

"Benar-benar sore yang indah."

"Tidak ada yang lebih indah."

"Jika dilihat dari ketinggian, rasanya kehidupan di Bumi tidak ada artinya."

"Seperti semut."

"Betul. Betul. Padahal semut juga punya kesibukan."

"Tapi, karena kecil, kesibukan mereka juga kecil."

"Nyaris tidak berarti."

"Nyaris tidak berarti."

"Omong-omong, apa yang kaulihat?"

"Pelangi."

"Tapi tidak ada pelangi."

"Ada, kok. Besar. Saking besarnya, sampai menutup langit. Kamu tidak lihat?"

"Tidak."

"Ujung busurnya menancap di sebelah sana, sisi lainnya menancap di sini."

"Mana ada."

"Betulan, kok. Ada dua awan yang menopangnya."

"Awan?"

"Awan. Memangnya apalagi?"

"Tapi tidak ada awan."

"Matamu siwer? Jelas-jelas ada dua awan; mendung, besar sekali, seolah-olah sarat hujan, di situ dan situ."

"Sudah setahun hujan tidak turun."

"Bukan berarti tidak akan turun, bukan?"

"Tapi sungguh, tidak ada awan di mana pun, apalagi mendung. Lihat, keringatmu saja sebesar biji jagung."

"Biasanya juga begitu. Kalau mau hujan, udara jadi pengap. Mungkin gerimis sudah turun di kota. Sudah berkabut, kok."

"Berkabut? Jelas-jelas kering begitu."

"Petirnya menyambar-nyambar."

"Petir?"

"Petir. Dan pelanginya makin besar saja."

"Aku yakin, seribu persen tidak ada pelangi. Kamu tidak salah lihat?"

"Seribu persen ada pelangi. Punya delapan warna. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, dan satu lagi. Di bawah ungu. Tapi aku tidak tahu warna apa, karena tidak mirip warna apa pun."

"Ultraungu?"

"Apa itu?"

"Warna yang takdapat dilihat manusia. Ultraungu, inframerah, gamma, dan lebih banyak lagi—mungkin, aku tidak terlalu yakin. Pernah dipelajari di IPA, 'kan?"

"Berarti inframerah ada di atas merah?"

"Benar."

"Setelah dilihat-lihat, ternyata memang ada sesuatu di atas merah. Warna lain yang aneh."

"Seperti apa?"

"Tidak jelas. Dia bukan hijau, kuning, biru, atau campuran semuanya. Warna yang asing."

"Kamu tidak mengerjaiku, 'kan?"

"Buat apa membohongi boneka sendiri?"

"Boneka? Siapa yang boneka?"

"Kamu. Siapa lagi selain kamu?"

"Kamulah yang boneka. Boneka tanganku. Kamu meminjam mulutku untuk bicara; meminjam otakku untuk berpikir."

"Kata siapa?"

"Kalian bisa diam, tidak? Aku mau tidur."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Keren
percakapan mistis ini kak XDDD
Wuihhh apakah alter egonya si MC lagi pada diskusi?
Ciri khasnya mas Yanuar muncul lagi
Rekomendasi dari Drama
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Novel
Bronze
BADAI PASTI BERLALU
DENI WIJAYA
Novel
A-Teen
Zzardna
Novel
Bronze
Aku Ingin Ayahku Mati!
Putri Zulikha
Novel
FaThin
Nurusifah Fauziah
Novel
Bronze
Ruang Publik
Alda Siti Dalilah Nursalam
Novel
Diandra
D
Novel
Bronze
Cinta Dalam Melodi Jalanan
Hani Hasan
Flash
Nyonya Gerda dan Sepasang Rusa
Sulistiyo Suparno
Novel
Bronze
FASE: Pernah Nggak Pernah...
Tiara Puji Lestari
Novel
Bronze
SI BURUNG PENYENDIRI
Ahmad Karim
Novel
LETTERS: Apakah Kamu Mencintaiku?
Yehezkiel Eko Prasetyo
Flash
Bronze
Alam Memiliki Perasaan
Imajiniaindoinesia
Flash
Bronze
Mimpi yang Tercerai
Glorizna Riza
Novel
Bronze
Dare to Love
Anik Ives
Rekomendasi
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Flash
Upaya Sederhana Memaknai Kenangan
Rafael Yanuar
Cerpen
Perempuan Berambut Perak
Rafael Yanuar
Cerpen
Kunang-Kunang di Jendela
Rafael Yanuar
Flash
Jalan Sepajang Malam
Rafael Yanuar
Flash
Lari!
Rafael Yanuar
Flash
Setelah Gelap Datang
Rafael Yanuar
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Flash
Bronze
Gadis Kecil Berkaleng Kecil
Rafael Yanuar
Flash
Mencari Kacamata
Rafael Yanuar
Flash
Kepada Mantan Kekasihku
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Flash
Aku Tak Ingin Mati Seperti Ini
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar
Cerpen
Sofia
Rafael Yanuar