Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Warna Pelangi
17
Suka
6,820
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Hai."

"Hai."

"Lagi apa?"

"Lagi bersantai. Pemandangannya bagus."

"Benar-benar sore yang indah."

"Tidak ada yang lebih indah."

"Jika dilihat dari ketinggian, rasanya kehidupan di Bumi tidak ada artinya."

"Seperti semut."

"Betul. Betul. Padahal semut juga punya kesibukan."

"Tapi, karena kecil, kesibukan mereka juga kecil."

"Nyaris tidak berarti."

"Nyaris tidak berarti."

"Omong-omong, apa yang kaulihat?"

"Pelangi."

"Tapi tidak ada pelangi."

"Ada, kok. Besar. Saking besarnya, sampai menutup langit. Kamu tidak lihat?"

"Tidak."

"Ujung busurnya menancap di sebelah sana, sisi lainnya menancap di sini."

"Mana ada."

"Betulan, kok. Ada dua awan yang menopangnya."

"Awan?"

"Awan. Memangnya apalagi?"

"Tapi tidak ada awan."

"Matamu siwer? Jelas-jelas ada dua awan; mendung, besar sekali, seolah-olah sarat hujan, di situ dan situ."

"Sudah setahun hujan tidak turun."

"Bukan berarti tidak akan turun, bukan?"

"Tapi sungguh, tidak ada awan di mana pun, apalagi mendung. Lihat, keringatmu saja sebesar biji jagung."

"Biasanya juga begitu. Kalau mau hujan, udara jadi pengap. Mungkin gerimis sudah turun di kota. Sudah berkabut, kok."

"Berkabut? Jelas-jelas kering begitu."

"Petirnya menyambar-nyambar."

"Petir?"

"Petir. Dan pelanginya makin besar saja."

"Aku yakin, seribu persen tidak ada pelangi. Kamu tidak salah lihat?"

"Seribu persen ada pelangi. Punya delapan warna. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, dan satu lagi. Di bawah ungu. Tapi aku tidak tahu warna apa, karena tidak mirip warna apa pun."

"Ultraungu?"

"Apa itu?"

"Warna yang takdapat dilihat manusia. Ultraungu, inframerah, gamma, dan lebih banyak lagi—mungkin, aku tidak terlalu yakin. Pernah dipelajari di IPA, 'kan?"

"Berarti inframerah ada di atas merah?"

"Benar."

"Setelah dilihat-lihat, ternyata memang ada sesuatu di atas merah. Warna lain yang aneh."

"Seperti apa?"

"Tidak jelas. Dia bukan hijau, kuning, biru, atau campuran semuanya. Warna yang asing."

"Kamu tidak mengerjaiku, 'kan?"

"Buat apa membohongi boneka sendiri?"

"Boneka? Siapa yang boneka?"

"Kamu. Siapa lagi selain kamu?"

"Kamulah yang boneka. Boneka tanganku. Kamu meminjam mulutku untuk bicara; meminjam otakku untuk berpikir."

"Kata siapa?"

"Kalian bisa diam, tidak? Aku mau tidur."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Keren
percakapan mistis ini kak XDDD
Wuihhh apakah alter egonya si MC lagi pada diskusi?
Ciri khasnya mas Yanuar muncul lagi
Rekomendasi dari Drama
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Novel
Gold
Ayat-ayat Cinta
Republika Penerbit
Novel
Airlangga
Yeni fitriyani
Novel
Bronze
Romantic Love Story #2
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Segaris Waktu dan Mimpi Tengah Hari
Handi Namire
Novel
Bronze
Down To Earth
Siti Nur Holipah
Novel
One Persen Of People
Renita Sylvia
Novel
Gold
The Ghost In My School
Mizan Publishing
Flash
Talk With Mr. Star
A. R. Pratiwi
Novel
Rahasia Vidya (Who Am I)
Alvida_123
Novel
Unperfect Marriage
Elisabet Erlias Purba
Novel
Bronze
Asa dari Desa
Sutono
Novel
Fina
Anastasia BR
Novel
Dear Random
Lirin Kartini
Novel
Guruku Yang Hilang Dalam Pandemi
ajitio puspo utomo
Rekomendasi
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Flash
Secangkir Teh
Rafael Yanuar
Cerpen
Kisah Rubah
Rafael Yanuar
Flash
Ding Dong, Bioskop, dan Kafe
Rafael Yanuar
Flash
Janji Santiago
Rafael Yanuar
Flash
Dunia dalam Tas
Rafael Yanuar
Novel
Sampai Jumpa Besok
Rafael Yanuar
Cerpen
Hujan yang Arif Tahu Kapan Harus Turun
Rafael Yanuar
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar
Flash
Layang-Layang
Rafael Yanuar
Cerpen
Sofia
Rafael Yanuar
Flash
Upaya Sederhana Memaknai Kenangan
Rafael Yanuar
Flash
Clair de Lune
Rafael Yanuar