Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Warna Pelangi
17
Suka
6,784
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Hai."

"Hai."

"Lagi apa?"

"Lagi bersantai. Pemandangannya bagus."

"Benar-benar sore yang indah."

"Tidak ada yang lebih indah."

"Jika dilihat dari ketinggian, rasanya kehidupan di Bumi tidak ada artinya."

"Seperti semut."

"Betul. Betul. Padahal semut juga punya kesibukan."

"Tapi, karena kecil, kesibukan mereka juga kecil."

"Nyaris tidak berarti."

"Nyaris tidak berarti."

"Omong-omong, apa yang kaulihat?"

"Pelangi."

"Tapi tidak ada pelangi."

"Ada, kok. Besar. Saking besarnya, sampai menutup langit. Kamu tidak lihat?"

"Tidak."

"Ujung busurnya menancap di sebelah sana, sisi lainnya menancap di sini."

"Mana ada."

"Betulan, kok. Ada dua awan yang menopangnya."

"Awan?"

"Awan. Memangnya apalagi?"

"Tapi tidak ada awan."

"Matamu siwer? Jelas-jelas ada dua awan; mendung, besar sekali, seolah-olah sarat hujan, di situ dan situ."

"Sudah setahun hujan tidak turun."

"Bukan berarti tidak akan turun, bukan?"

"Tapi sungguh, tidak ada awan di mana pun, apalagi mendung. Lihat, keringatmu saja sebesar biji jagung."

"Biasanya juga begitu. Kalau mau hujan, udara jadi pengap. Mungkin gerimis sudah turun di kota. Sudah berkabut, kok."

"Berkabut? Jelas-jelas kering begitu."

"Petirnya menyambar-nyambar."

"Petir?"

"Petir. Dan pelanginya makin besar saja."

"Aku yakin, seribu persen tidak ada pelangi. Kamu tidak salah lihat?"

"Seribu persen ada pelangi. Punya delapan warna. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, dan satu lagi. Di bawah ungu. Tapi aku tidak tahu warna apa, karena tidak mirip warna apa pun."

"Ultraungu?"

"Apa itu?"

"Warna yang takdapat dilihat manusia. Ultraungu, inframerah, gamma, dan lebih banyak lagi—mungkin, aku tidak terlalu yakin. Pernah dipelajari di IPA, 'kan?"

"Berarti inframerah ada di atas merah?"

"Benar."

"Setelah dilihat-lihat, ternyata memang ada sesuatu di atas merah. Warna lain yang aneh."

"Seperti apa?"

"Tidak jelas. Dia bukan hijau, kuning, biru, atau campuran semuanya. Warna yang asing."

"Kamu tidak mengerjaiku, 'kan?"

"Buat apa membohongi boneka sendiri?"

"Boneka? Siapa yang boneka?"

"Kamu. Siapa lagi selain kamu?"

"Kamulah yang boneka. Boneka tanganku. Kamu meminjam mulutku untuk bicara; meminjam otakku untuk berpikir."

"Kata siapa?"

"Kalian bisa diam, tidak? Aku mau tidur."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Keren
percakapan mistis ini kak XDDD
Wuihhh apakah alter egonya si MC lagi pada diskusi?
Ciri khasnya mas Yanuar muncul lagi
Rekomendasi dari Drama
Novel
Sayap yang Patah
Anggie Amelia
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Novel
Gold
Raksasa Kesepian
Mizan Publishing
Novel
Gold
3 Little Angels
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Ilusi Lusi ~Novel~
Herman Sim
Novel
Catatan Satya Manggala
Halimah RU
Novel
Bronze
PRIVATE GURL
Tila Hasugian
Novel
Bronze
LINA PRAMESWARI
Raden Dwi Rendra
Novel
Bronze
Kebelet Bisnis
Donny Barnesi
Novel
Chandlina
Al Szi
Novel
Nak, Jangan Jadi Guru
Ridar Kurnia Pratama
Novel
Gold
The Leader Who Had No Tittle
Bentang Pustaka
Novel
Perempuan Merah
Alfian N. Budiarto
Novel
Bronze
One Last Cry
Hello Dino
Novel
Gold
KKPK Liontin Amery
Mizan Publishing
Rekomendasi
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Novel
Sampai Jumpa Besok
Rafael Yanuar
Novel
Perjalanan Semusim
Rafael Yanuar
Flash
Jalan Sepajang Malam
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Cerpen
Penenun Pelangi
Rafael Yanuar
Cerpen
Toko Buku Kecil di Kaki Bukit
Rafael Yanuar
Flash
Dompet Natal
Rafael Yanuar
Cerpen
Malam Dingin di Cigigir
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Cerpen
Gubuk Kecil di Kota Kuning
Rafael Yanuar
Flash
Upaya Sederhana Memaknai Kenangan
Rafael Yanuar
Flash
Lari!
Rafael Yanuar
Cerpen
Menulis Haiku
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar