Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Warna Pelangi
18
Suka
25,402
Dibaca

"Hai."

"Hai."

"Sedang apa?"

"Bersantai. Pemandangannya bagus."

"Sore yang indah, ya."

"Tidak ada yang lebih indah."

"Jika dilihat dari ketinggian, rasanya kehidupan di Bumi tidak ada artinya."

"Seperti semut."

"Betul. Betul. Padahal semut juga punya kesibukan."

"Tapi, karena kecil, kesibukan mereka juga kecil."

"Nyaris tidak berarti."

"Nyaris tidak berarti."

"Omong-omong, apa yang kaulihat?"

"Pelangi."

"Tapi tidak ada pelangi."

"Ada, kok. Besar. Saking besarnya, sampai menutup langit. Kamu tidak lihat?"

"Tidak."

"Ujung busurnya menancap di sebelah sana, sisi lainnya menancap di sini."

"Mana ada."

"Betulan, kok. Ada dua awan yang menopangnya."

"Awan?"

"Awan. Memangnya apalagi?"

"Tapi tidak ada awan."

"Matamu siwer? Jelas-jelas ada dua awan; mendung, besar sekali, seolah-olah sarat hujan, di situ dan situ."

"Sudah setahun hujan tidak turun."

"Bukan berarti tidak akan turun, bukan?"

"Tapi sungguh, tidak ada awan di mana pun, apalagi mendung. Lihat, keringatmu saja sebesar biji jagung."

"Biasanya juga begitu. Kalau mau hujan, udara jadi pengap. Mungkin gerimis sudah turun di kota. Sudah berkabut, kok."

"Berkabut? Jelas-jelas kering begitu."

"Petirnya menyambar-nyambar."

"Petir?"

"Petir. Dan pelanginya makin besar saja."

"Aku yakin, seribu persen tidak ada pelangi. Kamu tidak salah lihat?"

"Seribu persen ada pelangi. Punya delapan warna. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, dan satu lagi. Di bawah ungu. Tapi aku tidak tahu warna apa, karena tidak mirip warna apa pun."

"Ultraungu?"

"Apa itu?"

"Warna yang takdapat dilihat manusia. Ultraungu, inframerah, gamma, dan lebih banyak lagi—mungkin, aku tidak terlalu yakin. Pernah dipelajari di IPA, 'kan?"

"Berarti inframerah ada di atas merah?"

"Benar."

"Setelah dilihat-lihat, ternyata memang ada sesuatu di atas merah. Warna lain yang aneh."

"Seperti apa?"

"Tidak jelas. Dia bukan hijau, kuning, biru, atau campuran semuanya. Warna yang asing."

"Kamu tidak mengerjaiku, 'kan?"

"Buat apa membohongi boneka sendiri?"

"Boneka? Siapa yang boneka?"

"Kamu. Siapa lagi selain kamu?"

"Kamulah yang boneka. Boneka tanganku. Kamu meminjam mulutku untuk bicara; meminjam otakku untuk berpikir."

"Kata siapa?"

"Kalian bisa diam, tidak? Aku mau tidur."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (4)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Fake Me vs Real Me
Seira
Novel
Sindikat Lau
Virzana Mutiara Hanifa
Novel
Nomaden
Tri Wulandari
Novel
Gold
Recycle Miracle
Mizan Publishing
Novel
Sama Dengan
Muhammad Alfi Rahman
Novel
Silu
Binar Taram
Novel
HAY GADIS IMUT SIAPA NAMAMU
Fabriana Hanif😍
Skrip Film
SEBAIKNYA AKU PERGI
edi suprayitno
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Flash
Pulang
SITI NUR AISYAH
Flash
Payung Saat Hujan
AlifatulM
Flash
Kesempatan Kedua (the end)
Hans Wysiwyg
Novel
Sanguine
Zsaruma
Novel
Bronze
Perempuan-Perempuan Sam
ranti ris
Novel
Retrospect
Nauval Abdullah
Rekomendasi
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Flash
Kepada Mantan Kekasihku
Rafael Yanuar
Flash
Mencari Kacamata
Rafael Yanuar
Flash
Dunia dalam Tas
Rafael Yanuar
Cerpen
Sofia
Rafael Yanuar
Cerpen
Malam Dingin di Cigigir
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar
Cerpen
Kisah Rubah
Rafael Yanuar
Novel
Gerimis Daun-Daun
Rafael Yanuar
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Cerpen
Penenun Pelangi
Rafael Yanuar
Cerpen
Rehat Sejenak
Rafael Yanuar
Cerpen
Tujuh Belasan di Desa Dukun
Rafael Yanuar
Flash
Setelah Gelap Datang
Rafael Yanuar
Novel
Perjalanan Semusim
Rafael Yanuar