Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Hai."
"Hai."
"Lagi apa?"
"Lagi bersantai. Pemandangannya bagus."
"Benar-benar sore yang indah."
"Tidak ada yang lebih indah."
"Jika dilihat dari ketinggian, rasanya kehidupan di Bumi tidak ada artinya."
"Seperti semut."
"Betul. Betul. Padahal semut juga punya kesibukan."
"Tapi, karena kecil, kesibukan mereka juga kecil."
"Nyaris tidak berarti."
"Nyaris tidak berarti."
"Omong-omong, apa yang kaulihat?"
"Pelangi."
"Tapi tidak ada pelangi."
"Ada, kok. Besar. Saking besarnya, sampai menutup langit. Kamu tidak lihat?"
"Tidak."
"Ujung busurnya menancap di sebelah sana, sisi lainnya menancap di sini."
"Mana ada."
"Betulan, kok. Ada dua awan yang menopangnya."
"Awan?"
"Awan. Memangnya apalagi?"
"Tapi tidak ada awan."
"Matamu siwer? Jelas-jelas ada dua awan; mendung, besar sekali, seolah-olah sarat hujan, di situ dan situ."
"Sudah setahun hujan tidak turun."
"Bukan berarti tidak akan turun, bukan?"
"Tapi sungguh, tidak ada awan di mana pun, apalagi mendung. Lihat, keringatmu saja sebesar biji jagung."
"Biasanya juga begitu. Kalau mau hujan, udara jadi pengap. Mungkin gerimis sudah turun di kota. Sudah berkabut, kok."
"Berkabut? Jelas-jelas kering begitu."
"Petirnya menyambar-nyambar."
"Petir?"
"Petir. Dan pelanginya makin besar saja."
"Aku yakin, seribu persen tidak ada pelangi. Kamu tidak salah lihat?"
"Seribu persen ada pelangi. Punya delapan warna. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, dan satu lagi. Di bawah ungu. Tapi aku tidak tahu warna apa, karena tidak mirip warna apa pun."
"Ultraungu?"
"Apa itu?"
"Warna yang takdapat dilihat manusia. Ultraungu, inframerah, gamma, dan lebih banyak lagi—mungkin, aku tidak terlalu yakin. Pernah dipelajari di IPA, 'kan?"
"Berarti inframerah ada di atas merah?"
"Benar."
"Setelah dilihat-lihat, ternyata memang ada sesuatu di atas merah. Warna lain yang aneh."
"Seperti apa?"
"Tidak jelas. Dia bukan hijau, kuning, biru, atau campuran semuanya. Warna yang asing."
"Kamu tidak mengerjaiku, 'kan?"
"Buat apa membohongi boneka sendiri?"
"Boneka? Siapa yang boneka?"
"Kamu. Siapa lagi selain kamu?"
"Kamulah yang boneka. Boneka tanganku. Kamu meminjam mulutku untuk bicara; meminjam otakku untuk berpikir."
"Kata siapa?"
"Kalian bisa diam, tidak? Aku mau tidur."