Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Warna Pelangi
18
Suka
22,930
Dibaca

"Hai."

"Hai."

"Lagi apa?"

"Lagi bersantai. Pemandangannya bagus."

"Benar-benar sore yang indah."

"Tidak ada yang lebih indah."

"Jika dilihat dari ketinggian, rasanya kehidupan di Bumi tidak ada artinya."

"Seperti semut."

"Betul. Betul. Padahal semut juga punya kesibukan."

"Tapi, karena kecil, kesibukan mereka juga kecil."

"Nyaris tidak berarti."

"Nyaris tidak berarti."

"Omong-omong, apa yang kaulihat?"

"Pelangi."

"Tapi tidak ada pelangi."

"Ada, kok. Besar. Saking besarnya, sampai menutup langit. Kamu tidak lihat?"

"Tidak."

"Ujung busurnya menancap di sebelah sana, sisi lainnya menancap di sini."

"Mana ada."

"Betulan, kok. Ada dua awan yang menopangnya."

"Awan?"

"Awan. Memangnya apalagi?"

"Tapi tidak ada awan."

"Matamu siwer? Jelas-jelas ada dua awan; mendung, besar sekali, seolah-olah sarat hujan, di situ dan situ."

"Sudah setahun hujan tidak turun."

"Bukan berarti tidak akan turun, bukan?"

"Tapi sungguh, tidak ada awan di mana pun, apalagi mendung. Lihat, keringatmu saja sebesar biji jagung."

"Biasanya juga begitu. Kalau mau hujan, udara jadi pengap. Mungkin gerimis sudah turun di kota. Sudah berkabut, kok."

"Berkabut? Jelas-jelas kering begitu."

"Petirnya menyambar-nyambar."

"Petir?"

"Petir. Dan pelanginya makin besar saja."

"Aku yakin, seribu persen tidak ada pelangi. Kamu tidak salah lihat?"

"Seribu persen ada pelangi. Punya delapan warna. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, dan satu lagi. Di bawah ungu. Tapi aku tidak tahu warna apa, karena tidak mirip warna apa pun."

"Ultraungu?"

"Apa itu?"

"Warna yang takdapat dilihat manusia. Ultraungu, inframerah, gamma, dan lebih banyak lagi—mungkin, aku tidak terlalu yakin. Pernah dipelajari di IPA, 'kan?"

"Berarti inframerah ada di atas merah?"

"Benar."

"Setelah dilihat-lihat, ternyata memang ada sesuatu di atas merah. Warna lain yang aneh."

"Seperti apa?"

"Tidak jelas. Dia bukan hijau, kuning, biru, atau campuran semuanya. Warna yang asing."

"Kamu tidak mengerjaiku, 'kan?"

"Buat apa membohongi boneka sendiri?"

"Boneka? Siapa yang boneka?"

"Kamu. Siapa lagi selain kamu?"

"Kamulah yang boneka. Boneka tanganku. Kamu meminjam mulutku untuk bicara; meminjam otakku untuk berpikir."

"Kata siapa?"

"Kalian bisa diam, tidak? Aku mau tidur."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (4)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Sebelum Melihat Langit Prancis
Adiba
Skrip Film
Surat Cinta yang Terbaca
Imajinasiku
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Flash
Flower Crown
Keyda Sara R
Novel
Bronze
Tentang Cika
Diah Puspita Sari
Novel
Bronze
Tentangmu Ibu
Rosidawati
Novel
7 BULAN MENUJU PERNIKAHAN
Sahrun Rojikin
Novel
Simfoni Kesedihan
Yudhi Herwibowo
Novel
Sesat sesaat
ayu trihermi
Novel
YANG PERNAH HILANG
ergina_eji
Novel
Surat yang tak sampai
Lucia Triwulan Yuniestri
Skrip Film
KASTINI, 1960
Farizqi Hashemi Sudrajat
Skrip Film
BADUT: Baju untuk Duti
Priy Ant
Flash
Bronze
Cinta Maya Yang Nyata
Sunarti
Flash
Bronze
Pada Sebuah Makam
Yuisurma
Rekomendasi
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Novel
Sampai Jumpa Besok
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar
Novel
Gerimis Daun-Daun
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Flash
Ternyata Aku Masih
Rafael Yanuar
Flash
Dunia dalam Tas
Rafael Yanuar
Flash
Di Perpustakaan
Rafael Yanuar
Flash
Ding Dong, Bioskop, dan Kafe
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Flash
Secangkir Teh
Rafael Yanuar
Novel
Perjalanan Semusim
Rafael Yanuar
Cerpen
Rehat Sejenak
Rafael Yanuar
Flash
Penulis Paling Berbakat di Dunia
Rafael Yanuar