Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Warna Pelangi
18
Suka
18,941
Dibaca

"Hai."

"Hai."

"Lagi apa?"

"Lagi bersantai. Pemandangannya bagus."

"Benar-benar sore yang indah."

"Tidak ada yang lebih indah."

"Jika dilihat dari ketinggian, rasanya kehidupan di Bumi tidak ada artinya."

"Seperti semut."

"Betul. Betul. Padahal semut juga punya kesibukan."

"Tapi, karena kecil, kesibukan mereka juga kecil."

"Nyaris tidak berarti."

"Nyaris tidak berarti."

"Omong-omong, apa yang kaulihat?"

"Pelangi."

"Tapi tidak ada pelangi."

"Ada, kok. Besar. Saking besarnya, sampai menutup langit. Kamu tidak lihat?"

"Tidak."

"Ujung busurnya menancap di sebelah sana, sisi lainnya menancap di sini."

"Mana ada."

"Betulan, kok. Ada dua awan yang menopangnya."

"Awan?"

"Awan. Memangnya apalagi?"

"Tapi tidak ada awan."

"Matamu siwer? Jelas-jelas ada dua awan; mendung, besar sekali, seolah-olah sarat hujan, di situ dan situ."

"Sudah setahun hujan tidak turun."

"Bukan berarti tidak akan turun, bukan?"

"Tapi sungguh, tidak ada awan di mana pun, apalagi mendung. Lihat, keringatmu saja sebesar biji jagung."

"Biasanya juga begitu. Kalau mau hujan, udara jadi pengap. Mungkin gerimis sudah turun di kota. Sudah berkabut, kok."

"Berkabut? Jelas-jelas kering begitu."

"Petirnya menyambar-nyambar."

"Petir?"

"Petir. Dan pelanginya makin besar saja."

"Aku yakin, seribu persen tidak ada pelangi. Kamu tidak salah lihat?"

"Seribu persen ada pelangi. Punya delapan warna. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, dan satu lagi. Di bawah ungu. Tapi aku tidak tahu warna apa, karena tidak mirip warna apa pun."

"Ultraungu?"

"Apa itu?"

"Warna yang takdapat dilihat manusia. Ultraungu, inframerah, gamma, dan lebih banyak lagi—mungkin, aku tidak terlalu yakin. Pernah dipelajari di IPA, 'kan?"

"Berarti inframerah ada di atas merah?"

"Benar."

"Setelah dilihat-lihat, ternyata memang ada sesuatu di atas merah. Warna lain yang aneh."

"Seperti apa?"

"Tidak jelas. Dia bukan hijau, kuning, biru, atau campuran semuanya. Warna yang asing."

"Kamu tidak mengerjaiku, 'kan?"

"Buat apa membohongi boneka sendiri?"

"Boneka? Siapa yang boneka?"

"Kamu. Siapa lagi selain kamu?"

"Kamulah yang boneka. Boneka tanganku. Kamu meminjam mulutku untuk bicara; meminjam otakku untuk berpikir."

"Kata siapa?"

"Kalian bisa diam, tidak? Aku mau tidur."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (4)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Singkat
deru senja
Novel
Izinkan aku menjadi seorang penulis
Nicanser
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Cerpen
Bronze
Meja Makan
Susanti
Novel
Gold
Misteri Boneka Melodi
Mizan Publishing
Novel
Palung Mariana
Nisya Nur Anisya
Skrip Film
yjmkhmgkhml
M. Rusni
Skrip Film
GRADUASHITTT
Jesslyn Kei
Flash
Last Day
An Zaliya
Cerpen
Secret Heart
Windri Citrawardhani
Cerpen
Bronze
The Gift of the Magi
Jumel
Novel
Cerita dari Ankara
Syafi'ul Mubarok
Cerpen
Bronze
Mimpi Ku Adalah Kamu
karin olivia
Cerpen
Bronze
Perihal Premis dan Penulis Aidul
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Jeda di Kilometer Sunyi
Risman Senjaya
Rekomendasi
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Flash
Di Perpustakaan
Rafael Yanuar
Cerpen
Selembar Dunia
Rafael Yanuar
Novel
Perjalanan Semusim
Rafael Yanuar
Cerpen
Kisah Rubah
Rafael Yanuar
Flash
Upaya Sederhana Memaknai Kenangan
Rafael Yanuar
Cerpen
Rehat Sejenak
Rafael Yanuar
Flash
Lari!
Rafael Yanuar
Flash
Clair de Lune
Rafael Yanuar
Flash
Bronze
Gadis Kecil Berkaleng Kecil
Rafael Yanuar
Cerpen
Penenun Pelangi
Rafael Yanuar
Cerpen
Racau
Rafael Yanuar
Cerpen
Sofia
Rafael Yanuar
Cerpen
Arwah Kunang-Kunang
Rafael Yanuar
Cerpen
Menulis Haiku
Rafael Yanuar