Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
Lukisan Rendra
8
Suka
6,845
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Rendra pandai menggambar. Di usianya yang masih belia, dia tiada bandingnya. Gambarnya sangat nyata seolah-olah diambil dengan kamera. Senoktah debu pun mustahil terlewat, begitu kata penggemarnya dengan nada berlebih-lebihan. Meski begitu, apa yang mereka katakan memang benar. Rendra dapat meniru segalanya dengan sempurna—awan, lampu minyak, bulan, mawar, rumput, semut dengan keenam kakinya yang berserabut, sapi, kambing, kerbau, ikan, gunung, dan burung. Dia juga sering melukis orang tua dan teman-teman sekelasnya. Karena kepandaiannya, orang-orang menjulukinya “anak ajaib”. Ibunya pernah mendaftarkan Rendra di sanggar seni, tapi dia tidak mau datang setelah dua kali pertemuan. Jemu, katanya. 

Herannya, semenjak lulus sekolah dasar, hanya laut yang dia gambar. Dia sudah mengabadikan puluhan pesisir, kapal, nelayan, ikan di kedalaman palung, pantai, dan mercusuar pada selembar kertas, lengkap dengan garis dan warna yang indah. Jika latarnya senja, dia melengkapi gambarnya dengan siluet burung-burung dan awan yang saling memeluk. Gambarnya begitu nyata, seolah dia menumpahkan segala yang dipandangnya dengan mata sendiri. Padahal, Rendra belum pernah melihat laut. Di rumahnya tidak ada televisi dan buku. Satu-satunya televisi ada di kantor kelurahan dan hanya menanyangkan pertandingan sepak bola. Laut terdekat jaraknya ratusan kilometer dari kampungnya. 

Tetangga dan teman-temannya yang tidak pernah melihat laut mendatangi rumah Rendra seperti semut mengerubungi remah-remah aren. Mereka terheran-heran, karena gambar-gambar Rendra sangatlah nyata. Benarkah memang ada waduk sebesar ini di Bumi; waduk penuh air yang seolah mampu menenggelamkan matahari? Alangkah ganjil! Dari lukisan itu, mereka mendengar kaok burung, debur ombak saling tindih, dan bendera nelayan yang berkibar-kibar. Ribut sekali. Bahkan ada yang mengaku mencium garam dan ikan asin yang enak dan amis.

Beberapa warga yang takut kepadanya mulai menuduh Rendra tukang tenung. Yang percaya tidak sedikit, bahkan mulai ada yang mengeluarkan gosip berlapis-lapis. Rendra diminta bertanggung jawab atas hilangnya beberapa anak di desa. Mereka meyakini, dengan tenungnya yang mahadahsyat, Rendra menculik anak-anak itu, lalu memasukkannya ke dalam lukisan. Namun, karena tidak ada bukti, kabar itu menguap begitu saja. Rendra pun tidak terlalu memusingkannya. Alih-alih marah, dia hanya tersenyum dan terus melukis. Dengan pensilnya, dia bangun dunia yang lebih indah dari yang ditinggalinya selama ini—untuk anak-anak itu.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Horor
Flash
Lukisan Rendra
Rafael Yanuar
Novel
MISTERI RUMAH BAMBU DI BUKIT WINGIT
Embart nugroho
Flash
Bronze
Kutukan kastil tua
HERLIYAN BERCO
Cerpen
Bronze
Dasi Kupu-Kupu
SUWANDY
Novel
HILANG DI BUNIAN
Shira Aldila
Cerpen
Bronze
Burung Pembawa Kematian
Khairul Azzam El Maliky
Flash
Bronze
Pis Bolong
Bakasai
Novel
Bronze
ATM Antrian Tengah Malam
Herman Sim
Novel
Bronze
Petaka Tambang Emas Berdarah
Achmad Benbela
Cerpen
Bronze
Menjemput Jiwa
SURIYANA
Novel
Wuri: Kutukan Wewe Gombel
Roy Rolland
Novel
Gold
Clown Terror
Noura Publishing
Flash
Bronze
Semalam di Hotel Berhantu (2)
Novia Syahidah Rais
Novel
Sekolah Berhantu (END)
Faizal Ablansah Anandita, dr
Novel
Tales From the Beyond
Adri Adityo Wisnu
Rekomendasi
Flash
Lukisan Rendra
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Cerpen
Menulis Haiku
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar
Cerpen
Racau
Rafael Yanuar
Novel
Gerimis Daun-Daun
Rafael Yanuar
Flash
Merayakan Tahun Baru
Rafael Yanuar
Flash
Kekasih Hujan
Rafael Yanuar
Cerpen
Sofia
Rafael Yanuar
Cerpen
Hujan yang Arif Tahu Kapan Harus Turun
Rafael Yanuar
Flash
Dompet Natal
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar
Flash
Layang-Layang
Rafael Yanuar
Flash
Dunia dalam Tas
Rafael Yanuar
Cerpen
Toko Buku Kecil di Kaki Bukit
Rafael Yanuar