Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
Lukisan Rendra
8
Suka
6,898
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Rendra pandai menggambar. Di usianya yang masih belia, dia tiada bandingnya. Gambarnya sangat nyata seolah-olah diambil dengan kamera. Senoktah debu pun mustahil terlewat, begitu kata penggemarnya dengan nada berlebih-lebihan. Meski begitu, apa yang mereka katakan memang benar. Rendra dapat meniru segalanya dengan sempurna—awan, lampu minyak, bulan, mawar, rumput, semut dengan keenam kakinya yang berserabut, sapi, kambing, kerbau, ikan, gunung, dan burung. Dia juga sering melukis orang tua dan teman-teman sekelasnya. Karena kepandaiannya, orang-orang menjulukinya “anak ajaib”. Ibunya pernah mendaftarkan Rendra di sanggar seni, tapi dia tidak mau datang setelah dua kali pertemuan. Jemu, katanya. 

Herannya, semenjak lulus sekolah dasar, hanya laut yang dia gambar. Dia sudah mengabadikan puluhan pesisir, kapal, nelayan, ikan di kedalaman palung, pantai, dan mercusuar pada selembar kertas, lengkap dengan garis dan warna yang indah. Jika latarnya senja, dia melengkapi gambarnya dengan siluet burung-burung dan awan yang saling memeluk. Gambarnya begitu nyata, seolah dia menumpahkan segala yang dipandangnya dengan mata sendiri. Padahal, Rendra belum pernah melihat laut. Di rumahnya tidak ada televisi dan buku. Satu-satunya televisi ada di kantor kelurahan dan hanya menanyangkan pertandingan sepak bola. Laut terdekat jaraknya ratusan kilometer dari kampungnya. 

Tetangga dan teman-temannya yang tidak pernah melihat laut mendatangi rumah Rendra seperti semut mengerubungi remah-remah aren. Mereka terheran-heran, karena gambar-gambar Rendra sangatlah nyata. Benarkah memang ada waduk sebesar ini di Bumi; waduk penuh air yang seolah mampu menenggelamkan matahari? Alangkah ganjil! Dari lukisan itu, mereka mendengar kaok burung, debur ombak saling tindih, dan bendera nelayan yang berkibar-kibar. Ribut sekali. Bahkan ada yang mengaku mencium garam dan ikan asin yang enak dan amis.

Beberapa warga yang takut kepadanya mulai menuduh Rendra tukang tenung. Yang percaya tidak sedikit, bahkan mulai ada yang mengeluarkan gosip berlapis-lapis. Rendra diminta bertanggung jawab atas hilangnya beberapa anak di desa. Mereka meyakini, dengan tenungnya yang mahadahsyat, Rendra menculik anak-anak itu, lalu memasukkannya ke dalam lukisan. Namun, karena tidak ada bukti, kabar itu menguap begitu saja. Rendra pun tidak terlalu memusingkannya. Alih-alih marah, dia hanya tersenyum dan terus melukis. Dengan pensilnya, dia bangun dunia yang lebih indah dari yang ditinggalinya selama ini—untuk anak-anak itu.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Horor
Flash
Lukisan Rendra
Rafael Yanuar
Novel
Bulan Madu yang Tertunda
Innuri Sulamono
Novel
Gold
Fantasteen Scary Red Eyes
Mizan Publishing
Novel
Bronze
The Curse (Kutukan)
Kazehaya Shin
Novel
SONGKO
M A R U T A M I
Novel
Bronze
My Boyfriend Is A Ghost
zozana zozane
Novel
Panggilan Hitam Pesantren Kelam
Arslan Cealach
Cerpen
Bronze
Rambut Kuntilanak
Vania
Flash
seringai masa lalu
lusi anda sudjana
Flash
Bronze
Pertemuan Arwah
Dewie Sudarsh
Novel
Bronze
Lagu Pengantar Tidur Mayat
Hideyo Sakura
Novel
Bronze
ALONE~Novel~
Herman Sim
Novel
Gold
Fantasteen Closer
Mizan Publishing
Komik
Antu Ayek
Mariel Botarino
Novel
Gold
Fantasteen The Lagaziv School of Vathana
Mizan Publishing
Rekomendasi
Flash
Lukisan Rendra
Rafael Yanuar
Flash
Jalan Sepajang Malam
Rafael Yanuar
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Flash
Dompet Natal
Rafael Yanuar
Novel
Perjalanan Semusim
Rafael Yanuar
Cerpen
Perempuan Berambut Perak
Rafael Yanuar
Novel
Sampai Jumpa Besok
Rafael Yanuar
Cerpen
Kisah Rubah
Rafael Yanuar
Cerpen
Gubuk Kecil di Kota Kuning
Rafael Yanuar
Flash
Penulis Paling Berbakat di Dunia
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Flash
Di Perpustakaan
Rafael Yanuar
Flash
Ding Dong, Bioskop, dan Kafe
Rafael Yanuar
Novel
Gerimis Daun-Daun
Rafael Yanuar