Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
Lukisan Rendra
9
Suka
9,697
Dibaca

Rendra pandai menggambar. Di usianya yang masih belia, dia tiada bandingnya. Gambarnya sangat nyata seolah-olah diambil dengan kamera. Senoktah debu pun mustahil terlewat, begitu kata penggemarnya dengan nada berlebih-lebihan. Meski begitu, apa yang mereka katakan memang benar. Rendra dapat meniru segalanya dengan sempurna—awan, lampu minyak, bulan, mawar, rumput, semut dengan keenam kakinya yang berserabut, sapi, kambing, kerbau, ikan, gunung, dan burung. Dia juga sering melukis orang tua dan teman-teman sekelasnya. Karena kepandaiannya, orang-orang menjulukinya “anak ajaib”. Ibunya pernah mendaftarkan Rendra di sanggar seni, tapi dia tidak mau datang setelah dua kali pertemuan. Jemu, katanya. 

Herannya, semenjak lulus sekolah dasar, hanya laut yang dia gambar. Dia sudah mengabadikan puluhan pesisir, kapal, nelayan, ikan di kedalaman palung, pantai, dan mercusuar pada selembar kertas, lengkap dengan garis dan warna yang indah. Jika latarnya senja, dia melengkapi gambarnya dengan siluet burung-burung dan awan yang saling memeluk. Gambarnya begitu nyata, seolah dia menumpahkan segala yang dipandangnya dengan mata sendiri. Padahal, Rendra belum pernah melihat laut. Di rumahnya tidak ada televisi dan buku. Satu-satunya televisi ada di kantor kelurahan dan hanya menanyangkan pertandingan sepak bola. Laut terdekat jaraknya ratusan kilometer dari kampungnya. 

Tetangga dan teman-temannya yang tidak pernah melihat laut mendatangi rumah Rendra seperti semut mengerubungi remah-remah aren. Mereka terheran-heran, karena gambar-gambar Rendra sangatlah nyata. Benarkah memang ada waduk sebesar ini di Bumi; waduk penuh air yang seolah mampu menenggelamkan matahari? Alangkah ganjil! Dari lukisan itu, mereka mendengar kaok burung, debur ombak saling tindih, dan bendera nelayan yang berkibar-kibar. Ribut sekali. Bahkan ada yang mengaku mencium garam dan ikan asin yang enak dan amis.

Beberapa warga yang takut kepadanya mulai menuduh Rendra tukang tenung. Yang percaya tidak sedikit, bahkan mulai ada yang mengeluarkan gosip berlapis-lapis. Rendra diminta bertanggung jawab atas hilangnya beberapa anak di desa. Mereka meyakini, dengan tenungnya yang mahadahsyat, Rendra menculik anak-anak itu, lalu memasukkannya ke dalam lukisan. Namun, karena tidak ada bukti, kabar itu menguap begitu saja. Rendra pun tidak terlalu memusingkannya. Alih-alih marah, dia hanya tersenyum dan terus melukis. Dengan pensilnya, dia bangun dunia yang lebih indah dari yang ditinggalinya selama ini—untuk anak-anak itu.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Flash
Lukisan Rendra
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Rumah yang Kosong
Imajiner
Cerpen
Bronze
DADONG CANANGSARI
Citra Rahayu Bening
Cerpen
Bronze
Jejak Terakhir di Hutan Mutiara
Ridwan Albakri
Flash
Bronze
GHOST
HERLIYAN BERCO
Flash
Khayalan Babu
Muhammad Yunus
Skrip Film
VILLA TEROR
NAA
Skrip Film
BURUNG KECIL DI HUTAN KEGELAPAN
Reiga Sanskara
Cerpen
Bronze
Curahan hati seorang anak
Pius Giri Sugiharta
Novel
Gold
Fantasteen Ghost Dormitory in Madrid
Mizan Publishing
Cerpen
Menjadi Tua, Lalu Luka
Fazil Abdullah
Novel
Gold
The Ho[S]tel 2
Bentang Pustaka
Cerpen
Bronze
GENDERUWO JEMBATAN BOYONG
Sri Wintala Achmad
Novel
Bronze
ATM Antrian Tengah Malam
Herman Sim
Novel
Cursed on the Witching Hours
Roy Rolland
Rekomendasi
Flash
Lukisan Rendra
Rafael Yanuar
Flash
Aku Tak Ingin Mati Seperti Ini
Rafael Yanuar
Cerpen
Rehat Sejenak
Rafael Yanuar
Flash
Dunia dalam Tas
Rafael Yanuar
Cerpen
Arwah Kunang-Kunang
Rafael Yanuar
Cerpen
Hujan yang Arif Tahu Kapan Harus Turun
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar
Flash
Bronze
Gadis Kecil Berkaleng Kecil
Rafael Yanuar
Flash
Di Perpustakaan
Rafael Yanuar
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Flash
Ternyata Aku Masih
Rafael Yanuar
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Cerpen
Catatan Harian Pak Treng
Rafael Yanuar
Flash
Upaya Sederhana Memaknai Kenangan
Rafael Yanuar
Novel
Malam Kunang-Kunang di Desa Masa Kecilku
Rafael Yanuar