Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
BARCODE
8
Suka
6,841
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Jangan melihatku, aku sedang ingin menangis." Merayakan kegagalan bukan hal tercela yang bersanding dengan kata "lebay" dari mulut mereka. Adanya peristiwa menyakitkan, hanyalah tamparan pelan kalau air mata sangat berguna. "Tarik napas dulu, aku nggak tega." Araz menempelkan kepalanya di sisi lain tiang yang Shina sandari. Melihat perempuan itu lost control, dada Araz sakit. Niat ingin menghapus air mata yang berjatuhan, tangannya sudah ditepis. "Udah, tapi tangisanku nggak berenti, Raz. Sesak, hiks." Shina meracau, memukul kepalanya beberapa kali guna melampiaskan marah. "Nanti kepalanya sakit, aku mohon berhenti, ok?!" Shina menggeleng rusuh tetap memukul kepala, sekarang list menyakiti diri bertambah seiring Shina menjambak rambut kuat sampai helaian rambut tersisa di sela jari. "Araz, dunia itu luas banget, makhluk yang ada di dalamnya milyaran. Aku... bukan apa apa." "Kenapa kamu mikirin hal yang abstrak sih? Kamu ada dan akan diakui dengan caramu sendiri." "Nggak bisa, aku udah gagal." "Belum waktunya ngomong gitu, setelah ini mungkin ada ratusan kata gagal yang akan kamu kenal." Araz menggapai sebelah tangan Shina, meremasnya pelan agar Shina tahu, bahwa sekalipun dunia tidak melihatnya, ada dia yang akan selalu memberi kekuatan. Meski raga tidak di depan mata. Merasakan genggaman itu mengerat, Shina mendongak dengan mata sayunya, Araz entah sampai kapan dia menjadi tameng pelindung Shina, yang gadis itu tahu, sahabat laki lakinya juga lemah. "Maaf, hiks." "Kenapa minta maaf?" Shina membalik tangan Araz yang menggenggamnya, membuka kaos lengan panjangnya sebatas pergelangan tangan dan semua itu tersingkap jelas bahwa Araz hanya boneka hidup yang dimanfaatkan olehnya. Tangan Araz dipenuhi barcode yang setiap harinya selalu diperbaharui. Shina menitikan air mata lantas menempelkan punggung tangan Araz di pipinya. Hujan deras menjebak dua manusia itu di halte bus. Keduanya saling bersandar pada tiang penyekat tempat duduk, berdiam diri meresapi perasaan hampa tak berdasar dan mempertanyakan eksistansi dirinya ada di dunia. "Araz, kamu sakit 'kan? Ayo kita menangis bersama sama."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Ceritanya bagus 👍. Maaf, mungkin karena ini dijadikan dalam 1 paragraf, jadi agak bingung saya😁.
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Sebuah Subuh di Lawang
Redhite K.
Flash
BARCODE
Alviona Himayatunisa
Novel
Bronze
Rain (Painful)
Rayi Rahmawan
Flash
Perkara Senyum
Dillon Gintings
Novel
DOWNPOUR
Euis Shakilaraya
Flash
Logika-nya
Drew Andre A. Martin
Novel
Bronze
The Badboy
Fidya Damayanti
Novel
Bronze
My Mine
Ainun
Novel
Bronze
Four of us
yelartcreation
Flash
Kamu
Khay khay
Flash
Capung Merah Aira
Riswandi
Cerpen
Berisik
Yaraa
Novel
AKU KAMU BEDA YANG SAMA
Oktaviona Bunga Asmara
Novel
Bronze
Satu Langit Dua Cerita (Kosakata Cinta di La Sorbonne)
Martha Z. ElKutuby
Novel
Bronze
Lipstik ~Novel~
Herman Sim
Rekomendasi
Flash
BARCODE
Alviona Himayatunisa
Flash
AYAH PULANG!
Alviona Himayatunisa
Novel
Bronze
I NEED YOU: The Dark Side of Teenagers
Alviona Himayatunisa
Novel
Bronze
OUTLINE
Alviona Himayatunisa
Flash
MEOW
Alviona Himayatunisa
Flash
RUN!
Alviona Himayatunisa
Novel
OH MY GOD! We Using Drama
Alviona Himayatunisa
Novel
Guidance Noob
Alviona Himayatunisa
Flash
I DONT KNOW
Alviona Himayatunisa
Flash
MERAJUT
Alviona Himayatunisa
Flash
Your Sweet Rabbit
Alviona Himayatunisa
Novel
AKHIRNYA KALIAN MATI
Alviona Himayatunisa
Skrip Film
BEHIND BLUE HOME
Alviona Himayatunisa
Novel
PRAKATA 2020
Alviona Himayatunisa
Novel
I&CREDIBLE
Alviona Himayatunisa