Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
BARCODE
8
Suka
18,775
Dibaca

"Jangan melihatku, aku sedang ingin menangis." Merayakan kegagalan bukan hal tercela yang bersanding dengan kata "lebay" dari mulut mereka. Adanya peristiwa menyakitkan, hanyalah tamparan pelan kalau air mata sangat berguna. "Tarik napas dulu, aku nggak tega." Araz menempelkan kepalanya di sisi lain tiang yang Shina sandari. Melihat perempuan itu lost control, dada Araz sakit. Niat ingin menghapus air mata yang berjatuhan, tangannya sudah ditepis. "Udah, tapi tangisanku nggak berenti, Raz. Sesak, hiks." Shina meracau, memukul kepalanya beberapa kali guna melampiaskan marah. "Nanti kepalanya sakit, aku mohon berhenti, ok?!" Shina menggeleng rusuh tetap memukul kepala, sekarang list menyakiti diri bertambah seiring Shina menjambak rambut kuat sampai helaian rambut tersisa di sela jari. "Araz, dunia itu luas banget, makhluk yang ada di dalamnya milyaran. Aku... bukan apa apa." "Kenapa kamu mikirin hal yang abstrak sih? Kamu ada dan akan diakui dengan caramu sendiri." "Nggak bisa, aku udah gagal." "Belum waktunya ngomong gitu, setelah ini mungkin ada ratusan kata gagal yang akan kamu kenal." Araz menggapai sebelah tangan Shina, meremasnya pelan agar Shina tahu, bahwa sekalipun dunia tidak melihatnya, ada dia yang akan selalu memberi kekuatan. Meski raga tidak di depan mata. Merasakan genggaman itu mengerat, Shina mendongak dengan mata sayunya, Araz entah sampai kapan dia menjadi tameng pelindung Shina, yang gadis itu tahu, sahabat laki lakinya juga lemah. "Maaf, hiks." "Kenapa minta maaf?" Shina membalik tangan Araz yang menggenggamnya, membuka kaos lengan panjangnya sebatas pergelangan tangan dan semua itu tersingkap jelas bahwa Araz hanya boneka hidup yang dimanfaatkan olehnya. Tangan Araz dipenuhi barcode yang setiap harinya selalu diperbaharui. Shina menitikan air mata lantas menempelkan punggung tangan Araz di pipinya. Hujan deras menjebak dua manusia itu di halte bus. Keduanya saling bersandar pada tiang penyekat tempat duduk, berdiam diri meresapi perasaan hampa tak berdasar dan mempertanyakan eksistansi dirinya ada di dunia. "Araz, kamu sakit 'kan? Ayo kita menangis bersama sama."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (1)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Gold
Hwaiting . . . ! From Seoul to Beijing
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Never Ending Story
Karina saraswati
Komik
C'est La Vie
Yobel Renaldo Paparang
Skrip Film
DAFTAR HITAM
Wulan Witriyanti
Flash
BARCODE
Alviona Himayatunisa
Flash
Bronze
Seorang Bapak
Maldalias
Flash
Bronze
Mustika Panoman
Efi supiyah
Flash
Terapi kota
lidia afrianti
Novel
Bronze
Perjalanan Menghapus Noda
Cindy Cecillia
Novel
Bronze
Meraga
Takiyara Tayee
Flash
SAD BOY
Lusiana Adella
Flash
Pundak Yang Di Pilih
Neil E. Fratér
Cerpen
Bronze
Cikgu Cleo
Foggy FF
Cerpen
Bronze
Perempuan tanpa batas sabar
Asya Ns
Cerpen
Bronze
Bunga yang Tak Pernah Ditaruh di Vas
Muhamad Irfan
Rekomendasi
Flash
BARCODE
Alviona Himayatunisa
Flash
AYAH PULANG!
Alviona Himayatunisa
Flash
I DONT KNOW
Alviona Himayatunisa
Novel
Bronze
I NEED YOU: The Dark Side of Teenagers
Alviona Himayatunisa
Flash
MERAJUT
Alviona Himayatunisa
Novel
Bronze
OUTLINE
Alviona Himayatunisa
Skrip Film
BEHIND BLUE HOME
Alviona Himayatunisa
Novel
Guidance Noob
Alviona Himayatunisa
Novel
OH MY GOD! We Using Drama
Alviona Himayatunisa
Flash
RUN!
Alviona Himayatunisa
Novel
AKHIRNYA KALIAN MATI
Alviona Himayatunisa
Flash
Your Sweet Rabbit
Alviona Himayatunisa
Flash
MEOW
Alviona Himayatunisa
Novel
PRAKATA 2020
Alviona Himayatunisa
Novel
I&CREDIBLE
Alviona Himayatunisa