Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Prosesi pemakaman itu sudah berakhir beberapa saat lalu. Aku masih duduk di pinggir makam memandangi kayu nisan yang masih baru bertuliskan jelas namamu Air mata pun ikut menemaninya dalam hening. Aku mulai terisak menghapus air mataku.
Pikiranku pun melayang... Pertama kali aku melihat kau diatas catwalk. Memperagakan seperangkat busana yang trend saat itu. Aku biasa saja, tak mungkin aku mengkhayalkan gadis model terkenal sepertimu akan jadi pacarku.
Tapi apa dinyana...kau datang di Galery tempat aku memperagakan lukisanku. Maka aku pun bergaya seorang pelukis terkenal. Menerangkan arti dan makna dari setiap lukisan yang kau tanyakan. Terutama lukisan wanita cantik yang identik dengan dirimu.
Kau mempermasalahkan bagaimana bisa aku berimajinasi sama persis terhadap dirimu. Aku hanya berkilah bahwa inspirasi bisa datang kapan saja. Akhirnya lukisan itu kuberikan padamu secara gratis.
Ternyata daya magis lukisan itu sangat luar biasa. Kamu menjadi lebih perhatian padaku. Kau seperti meyakinkan padaku bahwa hanya aku yang kau cintai. Tanpa sadar akhirnya kita berpacaran.
Sebulan berpacaran aku mulai cemburu padamu. Bagaimana tidak? Ketika sedang berdua menikmati makan malam di sebuah resto. Aku melihat kau membalas senyuman lelaki yang melirikmu.
Aku memprotes, namun jawabanmu selalu lembut sambil menatap mataku, “mereka hanya fans biasa... “ Bahkan tak ragu kau mengusapkan bibirmu ke bibirku. Itu yang membuatku pasrah dengan jawabanmu.
Malam itu kau berdandan secara berlebihan. Kau poles bibirmu dengan seksama. Kau pakai pure color eye shadow yang sangat mahal. Kubus sejernih kristal yang menyimpan daya tarik yang luar biasa. Menjadikan matamu lebih cerah dan ekspresif. Dengan parfum eaude toillette di hampir seluruh penjuru tubuhmu.
"Malam ini temenin aku, yuuk!!" Pintamu dengan nada penuh harap.
"Forgive me...aku lagi nggak enak badan." aku beralasan.
"Ini acaraku yang terakhir kali. Setelah ini tak akan ada lagi. Help me...Please, malam ini saja." jawabmu sambil memohon.
Setelah berupaya terus membujukku tetapi aku tak bergeming. Kemudian dengan sikap kesal kau pergi tanpa sepatah katapun. Malam itu aku tak bisa tidur. Hingg pukul 03 dini hari aku mendengar berita itu dari sebuah rumah sakit.
Aku begitu takut dan merasa bersalah. Apakah kecemburuanku yang membuatmu mengalami kecelakakan? Kau terbaring lemah tak sadarkan diri. Benturan keras di kepala yang menghantam kaca mobil depan stir hingga mengeluarkan separuh badanmu dari cabin.
Aku berharap bukan karena pengaruh obat phsikotropika atau zat adiktif narkoba. Aku juga berharap sama sekali bukan karena kecemburuanku. Sehingga musibah itu harus terjadi. Masih sempat rasanya aku berkomunikasi denganmu walau secara bathiniah.
“Terima kasih atas kehadiranmu disisiku. Semoga cintaku tak bertepuk sebelah tangan.” Seolah begitu katamu.
“Aku mencintaimu...”.jawabku meyakinkan.
“Kau seorang yang bisa melukis isi hati-ku. Itulah sebabnya aku mencintaimu.”
“Aku hanya ber-imajinasi dari sebuah iklan di televisi yang mem-posting wajahmu.”
“Anyway...Lukisan itu hanya sebagai cara kita saling mencinta.”
“Ya, kau benar...”
“Tapi…semua sudah berlalu dan aku harus pergi.. Aku hanya memohon doamu... agar aku bahagia di-alam baruku…Selamat tinggal..."
Kini hanya kenangan yang selalu ku-ingat, saat kita berdua masih menjalin cinta. Namun kau pergi dari hidupku untuk selamanya...dan tak akan pernah kembali. Andai aku bisa memutarkan waktu untukmu, tak kan kubiarkan kau pergi dari sisiku.
***