Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Sejarah
Drupadi
5
Suka
9,241
Dibaca

Yudhistira terus didera kekalahan. Ia semakin tenggelam dalam tipu muslihat yang dilakukan oleh Duryudhana. Nakula, Sadewa, Arjuna, dan Bima telah dipertaruhkan. Tak ada satu pun kemenangan yang dimenangkan oleh Yudhistira. Semuanya telah habis untuk dipertaruhkan. Duryudhana, Sengkuni, Karna, Kurawa, dan Dursasana tertawa mengejek. Mereka ingin melihat Pandawa sengsara.

Duryudhana dengan segala tipu muslihatnya berusaha mengambi semua yang dimiliki oleh Yudhistira. “Semua telah kamu pertaruhkan dalam permainan dadu ini. Kau sudah tak mempunyai apa pun kecuali istrimu! Jika kau mempertaruhkan istrimu dan memenangkan satu permainan, aku akan mengembalikan semuanya! Ini tawaran yang luar biasa!”     

Rombongan Yudhistira menundukkan kepala. Mereka tak tahu apa yang harus dilakukan. Yudhistira telah gelap mata dalam permainan judi dadu. Ia semakin terpancing untuk terus bermain dan berusaha untuk memenangkan permainan. Namun, Duryudhana tetap yang memenangkan permainan. Ia telah mengambil kerajaan, kekayaan, prajuritnya, empat Pandawa, dan Drupadi.

Duryudhana memerintah Sengkuni untuk melepaskan baju yang dipakai oleh Drupadi. Namun, Drupadi menolaknya, jari telunjuknya mencungkil kedua bola matanya, dan melemparkan bola mata itu ke hadapan Sengkuni. Bola mata itu keluar dua kaki dan dua tangan, membelah diri menjadi ribuan, dan bola mata itu menyerang semua orang. Mereka lantas menyerang mata itu dengan senjata apa saja.

Sengkuni mengambil senjata Gada milik Bhisma dan menyerang bola mata itu dengan membabi buta. Namun, ketika bola mata itu hancur justru menjadi semakin banyak seperti membelah diri. Semakin lama, ia mulai lelah dan mengamati sekeliling. Semua orang telah mati, baik dari pihak Yudhistira dan Duryudhana. Bola mata itu masuk melalui mulut, hidung, telinga, beberapa lubang yang ada di tubuh manusia, bahkan beberapa bola mata telah merobek perut. 

Sengkuni berusaha lari secepat mungkin. Namun, semua bola mata itu mengejarnya, mulai masuk ke dalam mulutnya. Kedua tangannya menutup mulutnya, tetapi bola mata itu mulai merubungnya, masuk ke dalam tubuhnya, dan menciptakan benjolan berwarna merah dan mengeluarkan nanah yang menjijikkan. Alhasil, Sengkuni mati dengan keadaan yang mengenaskan.

Drupadi lantas tertawa terbahak-bahak melihat semua orang mati. Ia mulai melafalkan mantra untuk memanggil mata itu kembali. Satu demi satu mata itu mulai bersatu, sampai akhirnya tersisa dua bola mata. Namun, kedua bola mata itu tak mau kembali dan memilih jalan hidupnya sendiri.

           Ruang Sang Hyang Widhi, 5 April 2021.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Sejarah
Flash
Drupadi
Nur Khafidhin
Novel
Ik ben Een Dukun
Hardingferrent
Novel
Dear Malaikat Izrail
princess bermata biru
Novel
Bronze
Sang Kiai
Imajinasiku
Flash
Bronze
Raja Angga Karna
Hesti Ary Windiastuti
Cerpen
Tanah Para Manusia
Adinda Amalia
Flash
Bronze
GARA-GARA PINJOL
HERLIYAN BERCO
Novel
NOAH, Suami yang Tak Mencintaiku
Pamela Kardina
Flash
Dari Hindia Belanda
Lentera jingga
Novel
KARANGJATI: Bayang-Bayang Kolonial
Catur Nugroho
Novel
Gold
Cinta Indonesia Setengah
Bentang Pustaka
Novel
Truly Joglo Kudus
Truly Joglo
Novel
Bronze
SURAT CINTA AGAM
Embart nugroho
Flash
Bronze
Membunuh Subuh
Silvarani
Novel
Sajak Kelam Para Terbuang
Temu Sunyi
Rekomendasi
Flash
Drupadi
Nur Khafidhin
Flash
Sang Hyang Wenang
Nur Khafidhin
Flash
Brahma Menghancurkan Semesta
Nur Khafidhin
Novel
Kereta Kematian
Nur Khafidhin
Flash
Kota Hastinapura
Nur Khafidhin
Novel
Kala
Nur Khafidhin