Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
GUGUR
11
Suka
6,769
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Wajah perempuan itu tegang. Keriputnya makin terlihat jelas. Matanya menatap tajam pada peralatan yang diletakkan di meja hijau. Seorang perempuan berambut lurus dan pendek, berdiri di depan sang nenek. Dia adalah jaksa Yenni S, yang menangani kasus tersebut.

Sesekali, perempuan berseragam cokelat tua itu mendesah. Tak sabar menanti jawaban. Aku dan beberapa orang di ruangan tertutup ini juga terdiam.

“Saya ulangi lagi, apa benar peralatan ini yang nenek gunakan? Jelaskan bagaimana prosesnya?” tanya Yenni dengan suara lantang. Hakim ketua menatap tajam pada sang nenek. Tak berapa lama, terdengar suara menghela napas dari kursi terdakwa.

“Iya, itu alat-alat saya.” Suara si nenek memecah keheningan. Semua mata tertuju pada perempuan tua yang hari itu berbaju cokelat bermotif kembang besar, kerudung kuning tua dan sarung biru kotak-kotak kecil.

Aku masih terpaku menatap alat di meja hijau yang membawa si nenek duduk di kursi terdakwa. Alat berupa bambu kecil seukuran sumpit yang batangnya lebih besar dan sebuah toples bening.  Ada rasa aneh menjalari tubuhku. Bagaimana bisa alat itu bisa merenggut nyawa dua orang sekaligus.

Aku menatap sekelilingku. Sepasang suami istri yang setahuku selalu hadir dalam setiap persidangan duduk di deretan paling depan. Dia orangtua korban. Di kiri kanannya, beberapa pria dan perempuan menatap tak berkedip ke kursi terdakwa yang duduk membelakangi kami.

Mereka memilih menahan diri untuk tetap diam jika tak ingin diusir keluar ruangan. Pada awal sidang, pria mengenakan toga hitam berwajah tirus dengan kumis tipis itu menegur peserta sidang dengan suara keras.

“Tak ada seorang yang diperbolehkan berbicara selama persidangan berlangsung. Anda, silakan keluar,” ujarnya menatap tajam pada seorang pria yang kutaksir usia 30-an. Dia berdiri dan membuka pintu sidang.

Sejak tadi, dia menyambung setiap pertanyaan jaksa kepada terdakwa. Hakim ketua sudah menegurnya. Namun, pada momen berikutnya, dia menyela lagi. Hakim ketua akhirnya mengusir pria yang belakangan kuketahui adalah kakak korban.

Rupanya, pria itu masih belum menerima kehilangan adik semata wayangnya. Adik yang diharapkan menjadi kebanggaan keluarga dan akan lulus wisuda satu bulan lagi. Pesta  pun telah dia disiapkan.

Sebuah kafe telah dipesan khusus untuk merayakan hari bahagia itu. Sang adik akan menyandang gelar sarjana ekonomi. Kelak, dia melanjutkan studi magister dan menikah. Pekan lalu, aku menatap sang kakak yang bercerita dengan mimik wajah berubah-ubah. Ada kebahagiaan dan juga luka di sana.

Aku menatap sang nenek. Dia menghela napas panjang.

“Saya menggunakan bambu kecil itu untuk mengorek janin perempuan itu sampai keluar. Lalu janinnya saya masukkan ke toples.” Kalimat nenek terhenti sejenak. Terdengar decakan dari peserta sidang.

“Saya mengulangi beberapa kali hingga dia mengalami pendarahan.”

“Mengapa melakukannya. Bukankah Anda dukun beranak yang membantu persalinan?” tanya jaksa.

“Saya memang dukun beranak yang biasa membantu perempuan melahirkan. Tapi, perempuan itu terus memaksa saya. Katanya malu pada keluarga dan tidak mau punya anak di luar nikah. Dia tiga kali mendatangi saya dan menangis agar kandungannya digugurkan.” Sang nenek mengambil napas.

“Lalu, dimana pria itu, maksud saya, pacarnya korban?” tanya jaksa.

“Dia selalu menemani perempuan itu,” ujar nenek.

“Usia kandungan korban?”

“Hampir empat bulan,”jawab nenek.

***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Dan si bayi pun jadi, pahlawan tanpa sejarah, kelak.
@alwindara : Jgn sedih hehehe
Duh sedih
@yesnosalto : hehehe... sebenarnya
Aduhh...
Rekomendasi dari Drama
Flash
GUGUR
Affa Rain
Flash
Bronze
Perilaku Aneh Paman Go
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Kalau Jalanan Bisa Menangis...
Shabrina Farha Nisa
Novel
Januari
Melissa Octavia
Flash
Kutitip Rindu
madiani_shawol
Novel
Bronze
OUTLINE
Alviona Himayatunisa
Novel
Gold
Nelissa's Mate
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Mahar Untuk Deevika
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Bronze
Jejak Perempuan yang Pergi pada Suatu Masa
Alfian N. Budiarto
Novel
Cinta Tanpa Mustahil
Syamsul Ma'arif
Novel
Gold
Asa Untuk Sang Kupu-Kupu
Mizan Publishing
Novel
Gold
The Orange Girl
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Balada Kacung: The Frontline Warrior
Gie Salindri
Novel
I ( Everything In My Life )
Liepiscesha
Novel
Gold
Nasi untuk Kakek
Mizan Publishing
Rekomendasi
Flash
GUGUR
Affa Rain
Novel
Sweet
Affa Rain
Flash
HITS
Affa Rain
Flash
Rangga
Affa Rain
Novel
Inikah Cinta?
Affa Rain
Novel
Bronze
Cinta 50%
Affa Rain
Flash
LOVE
Affa Rain
Skrip Film
Love From The Sea
Affa Rain
Flash
Kalung
Affa Rain