Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Satu jam berlalu, tetapi pandangan Tiara masih terarah ke sebuah benda yang terletak di sudut bawah jendela. Benda persegi yang sudah lama tak ia sentuh, yang permukaannya telah dipenuhi debu.
“Cobalah. Bukankah kau rindu?”
Suara Dina yang juga berada di dalam kamar, membuyarkan lamunan wanita itu seketika.
Seperti mengerti apa yang sedang sang kakak pikirkan, Dina berusaha menyemangatinya.
Wanita yang telah lama meninggalkan hingar bingar dunia kepenulisan karena sebuah penyakit mendera tubuhnya. Benar, kakak Dina itu memang seorang penulis.
Tiara menggeleng pelan, kemudian tersenyum masam.
Dengan sekuat tenaga, ia bangkit dari tempat duduknya. Melangkah dengan terseok-seok. Seperti biasa, kakinya masih saja gemetar tiap kali berjalan.
“Mau ke mana? Sini aku antarkan,” kata Dina kemudian.
“Tidak usah. Biarkan aku belajar.”
Sang kakak kembali mencoba menggerakkan kaki. Selangkah dua langkah, lalu yang ketiga kakinya melemah. Tubuhnya limbung lalu terhempas ke lantai. Dina yang menyaksikan terkejut seketika. Ia segera mendekat dan mencoba membantu kakaknya untuk berdiri.
“Hanya kakimu yang melemah, bukan jarimu. Kalau untuk berjalan saja kau mau belajar, lalu kenapa tidak dengan menulis?”
Tiara tak menanggapi. Pikirannya justru kembali berkelana. Semua yang Dina katakan memang benar. Namun, sejak kondisi Tiara melemah, bukan hanya tubuhnya, tetapi kepercayaan dirinya ikut melemah. Kondisinya yang terbilang cukup menyedihkan, membuatnya terpuruk. Ia kehilangan rasa percaya diri. Jangankan untuk menghadapi orang lain. Bahkan jari-jemari yang biasanya selalu lihai, kini mendadak kaku tiap kali berhadapan dengan tombol keyboard pada laptopnya. Mereka seperti enggan bertautan.
“Cobalah, Kak. Sekali aja. Kau hanya takut, aku tahu itu. Bukankah kau sendiri yang bilang kalau di dunia ini enggak ada yang enggak bisa dilakukan selagi kita yakin bisa? Kalau aku aja bisa, kau pun sama.”
Mereka saling bertatapan. Cukup lama sampai salah satu dari keduanya tersenyum dan berkata, “Akan kucoba.”
Itu Tiara yang bersuara.