Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Dia bagai potrait sempurna. Sedangkan aku tahulah seperti apa.
Kharisma dan keanggunannya membuatku kagum sekaligus tahu diri. Dia lebih cocok disandingkan dengan Nalendra.
"Maaf. Saya hanya ingin kamu mengetahui kebenarannya," katanya sesal.
Aku tak bisa membencinya. "Iya. Nggak papa Mbak Najwa. Saya paham maksud Mbak apa."
"Sekali lagi, saya hanya ingin menyampaikan apa yang saya dengar. Bukan melabrak anda-"
"Saya mengerti. Terima kasih telah menyuarakan isi hati anda. Seharusnya saya yang sadar bahwa Kak Nalendra biasa saja, ehm, tidak senang dengan cara pendekatan saya."
Jeda antara kami. Kuteguk kopi yang telah dingin.
"Jadi, apa yang harus saya lakukan?"
Dia menimbang lama. "Jika kamu berhenti bertemu dengannya, bisa?"
Aku tersenyum sambil membuka ponsel. Kuhapus nomor Nalendra dan history chat kami yang di mana dia selalu membalas singkat ketika kutanya. "Bisa, Mbak. Saya juga sudah menghapus dan memblokir nomornya."
Dia masih ragu. "Perasaanmu ke dia?"
"Saya akan berhenti menyukainya. Lagipula perasaan saya hanya sepihak."
Dia terlihat puas. "Jadi perasaanmu ke dia tidak sedalam perasaan saya ke Nalendra?"
"Hari ini, saya sadar Mbak Najwa yang lebih berhak bersamanya."
Aku memandang wanita cantik itu berjalan bangga keluar dari restoran ini. Kemudian aku membuka chat grup alumni SMA. Mataku menatap lama foto undangan pernikahan.
Bagaimana bisa rasanya tak pernah berubah? Aku menopang daguku dengan tangan kanan. Aku ingin move on tapi setiap mau move on selalu gagal. Seperti sekarang ini.
Yah, salahku juga mencoba macam pendekatan ala anak zaman sekarang demi mengusir kebosanan.
Tapi, Nalendra lebih baik dengan Najwa. Semua orang pasti setuju.
"Dey Raiskandar."
Aku membeku. Hanya satu orang yang selalu memanggil nama lengkapku.
Dia duduk di kursi yang sebelumnya di duduki oleh Najwa. Tatapannya tajam dan aku tak bisa membaca raut wajahnya.
"Kak Nalendra, wah! Kok bisa kita ketemu di sini. Baru datang?" sapaku gugup.
"Bukan sepihak."
"Apa?" tanyaku tak ngeh.
"Aku juga menyukaimu. Ehm, lebih ke cinta."