Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
senandung rindu di balik panggung
0
Suka
3
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Gemerlap lampu panggung memudar, menyisakan kelelahan yang mendera seluruh tubuh. Aurora Nilam, seorang balerina yang namanya melambung tinggi, menghela napas panjang. Riuh tepuk tangan penonton masih terngiang di telinganya, namun hatinya terasa kosong. Malam ini, ia kembali memukau ribuan pasang mata dengan keindahan gerakannya, namun ada satu pasang mata yang sangat ingin ia lihat, namun tak kunjung hadir.

Aurora, di usianya yang baru menginjak 23 tahun, telah menorehkan prestasi gemilang di dunia balet. Keanggunan, kelenturan, dan ekspresi yang memukau, menjadikannya primadona di berbagai panggung dunia. Namun, di balik kesuksesan dan popularitasnya, tersimpan sebuah kerinduan mendalam pada seseorang yang telah lama pergi.

Di ruang ganti yang sepi, Aurora membuka kotak musik kecil yang selalu menemaninya. Alunan melodi lembut dari lagu kesukaannya mengalun, membangkitkan kenangan manis tentang masa lalunya. Ia teringat pada seorang pemuda bernama Aksara, cinta pertamanya.

Aksara adalah seorang pemain biola yang berbakat. Mereka bertemu di sebuah sanggar seni saat masih remaja. Aurora terpesona dengan alunan biolanya yang merdu, sedangkan Aksara terpesona dengan keindahan tarian Aurora. Mereka berdua saling jatuh cinta dan menghabiskan waktu bersama dalam harmoni seni.

Namun, takdir berkata lain. Aksara harus pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studinya di bidang musik. Mereka berjanji untuk tetap saling mencintai dan menunggu satu sama lain. Namun, waktu dan jarak memisahkan mereka. Komunikasi mereka semakin jarang, hingga akhirnya terputus sama sekali.

Aurora mencoba untuk melupakan Aksara dan fokus pada karirnya. Ia berusaha untuk menutupi kerinduannya dengan kerja keras dan prestasi. Namun, hatinya tetap merindukan Aksara. Ia selalu berharap bahwa suatu hari nanti, mereka akan bertemu kembali.

"Non Aurora, sudah selesai?" Suara seorang wanita membuyarkan lamunan Aurora. Ia adalah Mbok Darmi, penata rias yang sudah lama bekerja dengannya.

"Sudah, Mbok. Mari kita pulang," jawab Aurora dengan senyum tipis.

Di perjalanan pulang, Aurora menatap langit malam yang bertaburan bintang. Ia merasa seperti seorang diri di tengah keramaian dunia. Ia merindukan Aksara, merindukan senyumnya, merindukan biolanya, merindukan semua tentangnya.

"Andai saja kamu ada di sini, Aksara," gumam Aurora lirih.

Keesokan harinya, Aurora menerima sebuah undangan untuk menghadiri sebuah acara amal yang diadakan oleh sebuah yayasan seni. Awalnya, ia ragu untuk hadir. Ia merasa lelah dan tidak bersemangat. Namun, ia akhirnya memutuskan untuk hadir sebagai bentuk dukungan terhadap dunia seni.

Di acara tersebut, Aurora bertemu dengan banyak tokoh penting di dunia seni. Ia berusaha untuk bersikap ramah dan profesional, meskipun hatinya sedang tidak baik-baik saja.

Saat acara akan dimulai, Aurora mendengar alunan biola yang sangat familiar di telinganya. Ia terkejut dan mencari sumber suara tersebut. Ia melihat seorang pemuda berdiri di atas panggung dengan biola di tangannya. Pemuda itu sangat mirip dengan Aksara.

Aurora mendekat ke panggung dengan jantung berdebar kencang. Ia berusaha untuk memastikan apakah pemuda itu benar-benar Aksara atau bukan.

Pemuda itu mulai memainkan sebuah lagu yang sangat dikenal oleh Aurora. Itu adalah lagu yang sering mereka mainkan bersama saat masih remaja. Aurora tidak bisa menahan air matanya. Ia yakin bahwa pemuda itu adalah Aksara.

Setelah lagu selesai dimainkan, pemuda itu membuka matanya dan menatap Aurora. Mata mereka bertemu dan saling terpaku. Pemuda itu tersenyum dan menghampiri Aurora.

"Aurora?" sapa pemuda itu dengan suara yang lembut.

"Aksara?" jawab Aurora dengan suara bergetar.

Mereka berdua berpelukan erat. Kerinduan yang selama ini mereka pendam akhirnya terlepaskan. Mereka berdua tidak bisa berkata apa-apa, hanya bisa merasakan kebahagiaan yang luar biasa.

"Aku kembali, Aurora," bisik Aksara di telinga Aurora.

"Aku sudah menunggumu selama ini, Aksara," jawab Aurora sambil terisak.

Aksara menjelaskan bahwa ia telah menyelesaikan studinya di luar negeri dan kembali ke tanah air untuk mengejar mimpinya sebagai seorang pemain biola profesional. Ia juga mengatakan bahwa ia tidak pernah melupakan Aurora dan selalu merindukannya.

Aurora dan Aksara kembali menjalin hubungan cinta mereka yang sempat terputus. Mereka berdua berjanji untuk tidak saling meninggalkan lagi. Mereka ingin menghabiskan sisa hidup mereka bersama dalam harmoni seni dan cinta.

Aurora kembali bersemangat dalam menari balet. Ia merasa bahwa Aksara adalah inspirasinya. Ia ingin memberikan penampilan yang terbaik untuk Aksara.

Aksara juga semakin termotivasi dalam bermain biola. Ia ingin menciptakan melodi yang indah untuk Aurora. Ia ingin membuat Aurora merasa bahagia dan dicintai.

Mereka berdua saling mendukung dan menginspirasi satu sama lain. Mereka adalah pasangan yang sempurna, pasangan yang diciptakan untuk saling melengkapi.

Di suatu malam yang indah, Aurora dan Aksara tampil bersama di atas panggung. Aurora menari balet dengan anggun, sedangkan Aksara memainkan biola dengan merdu. Mereka berdua menyatu dalam harmoni yang sempurna, menciptakan sebuah pertunjukan yang memukau.

Penonton memberikan tepuk tangan yang meriah untuk mereka berdua. Aurora dan Aksara saling tersenyum dan berpelukan. Mereka merasa sangat bahagia dan bersyukur bisa berbagi cinta dan seni dengan dunia.

Aurora akhirnya menemukan kebahagiaan yang sejati dalam hidupnya. Ia tidak hanya sukses sebagai seorang balerina, tetapi juga sukses dalam urusan cinta. Ia merasa bahwa hidupnya sudah lengkap.

Dan senandung biola Aksara, menjadi pengiring setia dalam setiap langkah Aurora. Senandung yang selalu mengingatkannya pada cinta yang telah lama dirindukannya, cinta yang akhirnya kembali hadir dalam hidupnya. Senandung rindu di balik panggung, telah menjadi senandung cinta yang abadi.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Skrip Film
Uang panai bukanlah Penghalang
Pricilia Zhany
Flash
Tersesat dalam Kenangan
MONSEUR
Flash
senandung rindu di balik panggung
Lukitokarya
Novel
Gold
Guru Para Pemimpi
Mizan Publishing
Novel
HONEY AND CLOVER
DENNY INDRA PRAJA HADISAPUTRA
Flash
Di Bawah Langit Jogja
Hans Wysiwyg
Novel
pREY
Permadi Adi Bakhtiar
Skrip Film
Anak Muda di Kota Tua
diannafi
Flash
Hujan Pertama
Cheri Nanas
Novel
When The Chance Comes
Yunita Dwi Larasati Nugroho
Novel
Mr. Bima
Reni Sagita
Novel
Kurma
Faiz el Faza
Skrip Film
Matrikulasi Rasa
Lovaerina
Novel
Bronze
TOO IN LOVE TO LET GO
Heri ST
Flash
Bronze
Perempuan Cantik itu Membantuku Berdiri
Nuel Lubis
Rekomendasi
Flash
senandung rindu di balik panggung
Lukitokarya
Flash
Penyihir dan Pangeran yang Dikutuk
Lukitokarya
Cerpen
Senandung Patah Hati di Kedai Kopi Senja
Lukitokarya
Flash
Bidadari Penjaga Hutan Terlarang
Lukitokarya
Flash
Debu cinta di barang antik ,strategi hati yang terencana
Lukitokarya
Flash
Tentang kita
Lukitokarya
Cerpen
Lentera di Ujung Lorong
Lukitokarya
Flash
Cahaya memudar di lantai
Lukitokarya
Flash
Gema Piano di Rumah Tua
Lukitokarya
Flash
Surat dari masa lalu
Lukitokarya
Flash
Kisah di Balik Kedai Kopi Usang
Lukitokarya
Flash
Simfoni Bunga Es di Istana Kristal
Lukitokarya
Flash
Gema Piano di Rumah Tua
Lukitokarya
Flash
Hati mu di layar
Lukitokarya
Cerpen
Lukisan Senja di Balik Jendela
Lukitokarya