Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Kamu Jangan Pergi
0
Suka
4
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Aku bersenandung kecil sambil memasukan baju ganti ke dalam tas ransel motif army yang aku beli seminggu lalu.

Hari ini rencananya aku akan pergi berlibur bersama teman-teman masa SMA dulu. Tak banyak yang ikut, hanya enam orang. Tiga pria dan tiga wanita.

Dari semua temanku, hanya aku yang belum memiliki kekasih, meski usiaku sudah pantas mempunyai istri.

Dua puluh lima tahun usiaku.

Tadinya hanya aku dan empat temanku yang berangkat berlibur ke pantai. Mereka itu pasangan, jadi mereka berpikir mengajak Weni.

Mereka memilih mengajak Weni, sebab aku yang memiliki rasa padanya. Tetapi sayang, waktu itu aku memilih memendam rasa, karena bagiku Weni terlalu sulit untuk diraih.

Bukan masalah fisik yang membuat aku ragu mengungkap isi hati pada Weni di masa sekolah lalu, tapi karena status keuangan yang berbeda. Meski Weni bukan dari keluarga kaya, setidaknya dia lebih mempunyai uang dibanding aku yang memiliki keluarga besar.

Tapi sekarang berbeda, aku telah bekerja dan memiliki uang di tabungan. Bahkan ide untuk liburan sekaligus reunian kecil-kecilan dengan teman-teman yang aku pilih, berasal dari pikiranku.

Sejak masa SMA, aku dekat dengan Ronal dan Fuad. Tadinya sih hanya ingin bertiga, tapi Ronal dan Fuad menolak dan mereka berpikir untuk mengajak Yola serta Dania, kekasih mereka.

Tadinya aku kecewa, tapi aku berpikir ya sudahlah, mereka pun butuh untuk berlibur dan bersenang-senang dengan kekasih mereka. Namun aku yang terpaksa menerima keputusan itu, berubah menjadi senang ketika Yola bilang mau mengajak Weni.

Apalagi Yola bilang ....

"Weni belum punya pacar. Ini kesempatanmu, Andi."

Wah, ini berita gembira bagiku. Aku pun yakin dengan keadaanku, sekarang tak perlu malu untuk mengungkapkan cinta pada Weni. Aku sudah punya uang dan termasuk pria yang memiliki tanggung jawab.

"Ah, tak sabar melihat Weni saat ini. Apa dia banyak berubah atau tetap seperti waktu sekolah dulu?" tanyaku sambil berdiri di depan cermin.

Tas ransel terpasang di punggungku, waktunya berangkat ke rumah Ronal sebagai titik kumpul.

Aku tertawa geli sendiri, pertanyaanku barusan tentu saja jawabannya sudah jelas, Weni yang sejak lulus sekolah tak pernah aku lihat tentu banyak perubahan, tak ada manusia yang tak berubah seiring waktu berjalan. Bahkan orang yang telah berada di alam kubur pun mengalami perubahan bentuk, jenazahnya bisa jadi tinggal tulang belulang atau malah hilang bersatu dengan tanah.

Setelah aku puas mentertawakan diri sendiri, aku pun keluar kamar.

"Kamu jangan pergi!"

Alih-alih mendapatkan ucapan hati-hati di jalan dari ibuku yang tahu hari ini aku pergi berlibur, eh malah aku mendengar larangan dari mulut ibu.

"Biarkan saja Bu, Andi kan sibuk kerja. Jadi dia butuh waktu liburan, menghirup udara segar."

Aku setuju dengan ucapan bapakku.

"Tetap saja, kamu jangan pergi!"

Aku tak gubris ucapan ibuku. Tawa kecilku menjadi awal sebelum aku pamit pergi.

Sebelum benar-benar keluar dari rumah, aku sempat tertegun sejenak melihat tatapan sedih ibu.

Tapi bayangan Weni yang telah lama tak aku temui menepis keraguanku yang sempat berpikir untuk membatalkan liburan kali ini.

Aku pun berjanji dalam hati, jika Weni menuntut pembuktianku, aku akan berikan seratus persen kemampuan untuk mewujudkan bukti itu.

***

"Ibu, aku sudah pulang!" teriakku.

Percuma, karena ibuku tak mendengar.

Awalnya aku marah, aku kecewa pada ibuku yang memakai kerudung putih di atas kepala. Kenapa pura-pura tak mendengar, padahal telinganya tak tuli.

Begitu aku mengalihkan pandangan ke arah tubuh yang terbaring, aku tersentak .... Itu aku!

Aku pun teringat, saat itu aku dan Weni berdiri di tepi tebing. Di bawah kaki laut biru begitu menggoda dengan ombak kecil bermain, lalu menghantam karang. 

Bau amis laut pun tercium dengan jelas, meski bercampur dengan aroma parfum Weni.

"Kamu tak perlu pergi jika takut! Tapi jika berani, aku sangat senang sekali. Dalam hidupku, ada pria yang setia untukku!" ucap Weni tanpa melihat diriku yang berdiri di sampingnya.

Tatapan Weni tertuju pada laut luas.

"Kenapa aku harus takut? Jika kamu ingin bukti cintaku dengan cara kita terjun bersama, aku berani!" ucapku tanpa pikir panjang.

"Kamu yakin?" Weni pun menatapku.

Aku mengangguk.

Sementara di belakangku terdengar langkah kaki terburu-buru teman-temanku.

"Ayo, kita loncat!" Weni menarik tanganku.

Tanpa bisa aku cegah, aku pun tertarik ke depan dan melayang turun menuju laut di bawah tebing 

"Andi, jangan mau Weni sudah niat bunuh diri!" 

Teriakan Ronal percuma, karena tubuhku telah meluruh jatuh ke dalam laut dan dengan cepat tenggelam ke dalam. 

Peganganku dan Weni terlepas sebab benturan tubuh kami dan air laut. Perlahan tubuhku turun ke bawah dan aku baru sadar, aku tak bisa berenang dan Weni pun sama.

Ah, cinta buta. Keinginanku untuk bisa mendapatkan Weni sebagai kekasih membawaku ke situasi ini. Tapi aku tak bisa berpikir lebih jauh, apa alasan Weni bunuh diri.

"Kasihan Weni, namanya dicatut untuk meminjam uang dalam jumlah besar. Tapi yang apes ya Andi, cintanya pada Weni membuat dia gelap mata mau saja menurut permintaan Weni," ucap Yola yang terdengar telingaku.

Tahu begini, lebih baik aku tak pergi saja. Andai waktu bisa kembali.*

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
SUNSET
Murti Wijayanti
Novel
Jeritan Hati Riana, Sang Wanita Simpanan
Bian
Novel
Rumah Kaca
Amiralie
Flash
Kamu Jangan Pergi
Anggri Saputra
Novel
Tabu di Tanah Tuba
Ariyanto
Novel
Memeluk Bapak
Daruz Armedian
Novel
Stasiun Baru
Topan We
Skrip Film
mengantarkan pada kebahagiaan
Selvi Diana Paramitha
Flash
Bronze
Penghuni Sebelumku (Membicarakan Adam 12)
Silvarani
Novel
Jangan Nikah Muda
Ngiungiu
Flash
Jurus Pemikat Pedagang Sepatu
Sulistiyo Suparno
Novel
When Rael Ends in The Cat Kingdom
Chyruszair
Novel
Bronze
Tuhan dan Surga
Qarina R Jussap
Novel
Kalopsia (Ketika pedihku adalah kebahagiaan)
Khisnatul Amalia
Novel
Femme Fatale
Purnama Putri
Rekomendasi
Flash
Kamu Jangan Pergi
Anggri Saputra
Cerpen
Merah
Anggri Saputra
Cerpen
Bronze
DIA
Anggri Saputra
Cerpen
Bronze
Mawar Patah
Anggri Saputra
Cerpen
Abim dan Cita-citanya
Anggri Saputra
Novel
Di Ujung Hujan
Anggri Saputra
Novel
Kembali Pulang
Anggri Saputra
Cerpen
Bronze
Baju Koko Bapak
Anggri Saputra
Cerpen
Bronze
Tamu Tengah Malam
Anggri Saputra