Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Mata Seorang Pemungut Sampah
16
Suka
16,180
Dibaca

Mata Karmin makin jernih ketika boneka beruang tersangkut di kail ujung tongkatnya. Dia segera ambil boneka itu, kemudian memeriksa bekas kail yang membolongi leher si beruang. Untung lubang itu kecil saja, masih bisa disulap dengan benang jahit. Namun Karmin mulai menyesal mengapa tadi dia menyingkirkan mangga busuk dengan tongkatnya. Sekarang boneka itu berbau tidak enak. Pun ada belatung yang menggeliat.

Niat Karmin memasukkan boneka itu urung setelah disadarinya ada banyak botol dan gelas plastik berserakan. Maka boneka itu diletakkan di tumpukan batu bata, lalu Karmin asyik mengisi karungnya. Sampai kepenuhan dan mulut karung itu sulit ditutup, Karmin bingung. Ditengokilah bergantian antara boneka dan karung. Serakah sekali, pikirnya.

Botol dan gelas ditiliknya satu per satu, dibuang yang sekiranya tidak disukai pengepul. Mulut karung kembali longgar, bisa dipanggul dalam genggaman tangan kirinya. Masih di tangan yang sama, disempilkannya pula tongkat berdiameter jempol orang dewasa. Karmin berbalik, meraih boneka beruang usang dengan tangan kanannya.

Baru berjalan hitungan langkah, Karmin berhenti. Dia dicegat seseorang bersepatu gilap. Kiranya aib jika dia kedapatan berdiri di tempat pembuangan sampah. Namun lelaki itu tidak peduli, dia terus menatap iba Karmin. “Kamu ambil ini, beli boneka baru,” katanya sambil menyodorkan uang.

Karmin tidak segera menjawab, dia balas tatapan iba lelaki itu dengan pandangan jernih. “Tidak, Tuan, saya orang tidak berpunya.”

“Kalau begitu, terimalah uang ini dan kamu akan berpunya.”

“Tetapi saya orang miskin.”

Kening lelaki itu kini bergaris-garis tegas. “Orang miskin pun boleh memegang uang. Tidak ada yang salah di situ.”

“Ya, Tuan memang benar.”

Kaki lelaki itu tiba-tiba tremor. Lalat-lalat hijau kaget, terbang, dan kembali hinggap di daging mangga busuk. “Lalu kenapa?” tanyanya tidak sabar.

“Semisal saya terima pemberian Tuan, adalah kepayahan bagi saya. Anak saya tidak lagi senang pemberian mainan usang seperti boneka ini. Dia tidak lagi cekikikan dan berhore-hore karena punya boneka usang yang selalu dikiranya baru. Dia akan selalu meminta boneka yang benar-benar baru, yang mahal dan tidak mampu saya beli kecuali dikasihani orang seperti Tuan. Maka, daripada saya kehilangan tawa dan senyum anak saya, laku sederhana yang meneguhkan saya sebagai seorang ayah, lebih baik saya tolak permintaan Tuan.”

Karmin mengakhiri perkataannya dengan tersenyum, kemudian kembali menapaki aspal yang dibasahi air kehitaman dan berbau tengik. Lelaki bersepatu gilap itu terbengong lama. Genggamannya goyang, uang yang ribuan itu bertebaran. Hingga Karmin mengecil di ujung jalan, dia tetap terdiam. Batin lelaki itu serasa ditampar mata jernih Karmin. Pula mata bulat si beruang yang hilang satu.

 

Malang,

4 April 2021

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (3)
Rekomendasi dari Drama
Flash
Mata Seorang Pemungut Sampah
Neo Hernando
Skrip Film
Laskar di Senja
Hanifa Yusliha Rohmah
Flash
7 Hari Berlalu
Yuanita Faridatun Ni'mah
Novel
Bronze
I'M CONFUSED NOW
Aurelia Fransiska Wijaya Kusuma
Novel
Bronze
CINTA TAK SEMALANG ITU
Ranika Mayang Sari
Novel
Dari Reiner untuk Raina
Rika Kurnia
Flash
Kisah Tak Sampai
Arif Ramadhan
Flash
Logika-nya
Drew Andre A. Martin
Cerpen
Angan Bersama
Naia Novita
Cerpen
Senja di Dermaga
aniswlndri
Novel
A Missing Part
Rara Rahmadani
Novel
Bronze
Air Mata Sahara
Tri Suci Maryam
Flash
Lidah Tetangga
Selvi Nofitasari
Flash
Bronze
Dirapihin
Reyan Bewinda
Novel
Bronze
Jodoh Pilihan Allah ~Novel~
Herman Sim
Rekomendasi
Flash
Mata Seorang Pemungut Sampah
Neo Hernando
Flash
Kisah Tawi di Teras Gedung Megah
Neo Hernando
Flash
Kakek Warsum Mencari Tajin
Neo Hernando
Novel
Seduhan Tanah Pekarangan
Neo Hernando