Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Mata Seorang Pemungut Sampah
16
Suka
13,182
Dibaca

Mata Karmin makin jernih ketika boneka beruang tersangkut di kail ujung tongkatnya. Dia segera ambil boneka itu, kemudian memeriksa bekas kail yang membolongi leher si beruang. Untung lubang itu kecil saja, masih bisa disulap dengan benang jahit. Namun Karmin mulai menyesal mengapa tadi dia menyingkirkan mangga busuk dengan tongkatnya. Sekarang boneka itu berbau tidak enak. Pun ada belatung yang menggeliat.

Niat Karmin memasukkan boneka itu urung setelah disadarinya ada banyak botol dan gelas plastik berserakan. Maka boneka itu diletakkan di tumpukan batu bata, lalu Karmin asyik mengisi karungnya. Sampai kepenuhan dan mulut karung itu sulit ditutup, Karmin bingung. Ditengokilah bergantian antara boneka dan karung. Serakah sekali, pikirnya.

Botol dan gelas ditiliknya satu per satu, dibuang yang sekiranya tidak disukai pengepul. Mulut karung kembali longgar, bisa dipanggul dalam genggaman tangan kirinya. Masih di tangan yang sama, disempilkannya pula tongkat berdiameter jempol orang dewasa. Karmin berbalik, meraih boneka beruang usang dengan tangan kanannya.

Baru berjalan hitungan langkah, Karmin berhenti. Dia dicegat seseorang bersepatu gilap. Kiranya aib jika dia kedapatan berdiri di tempat pembuangan sampah. Namun lelaki itu tidak peduli, dia terus menatap iba Karmin. “Kamu ambil ini, beli boneka baru,” katanya sambil menyodorkan uang.

Karmin tidak segera menjawab, dia balas tatapan iba lelaki itu dengan pandangan jernih. “Tidak, Tuan, saya orang tidak berpunya.”

“Kalau begitu, terimalah uang ini dan kamu akan berpunya.”

“Tetapi saya orang miskin.”

Kening lelaki itu kini bergaris-garis tegas. “Orang miskin pun boleh memegang uang. Tidak ada yang salah di situ.”

“Ya, Tuan memang benar.”

Kaki lelaki itu tiba-tiba tremor. Lalat-lalat hijau kaget, terbang, dan kembali hinggap di daging mangga busuk. “Lalu kenapa?” tanyanya tidak sabar.

“Semisal saya terima pemberian Tuan, adalah kepayahan bagi saya. Anak saya tidak lagi senang pemberian mainan usang seperti boneka ini. Dia tidak lagi cekikikan dan berhore-hore karena punya boneka usang yang selalu dikiranya baru. Dia akan selalu meminta boneka yang benar-benar baru, yang mahal dan tidak mampu saya beli kecuali dikasihani orang seperti Tuan. Maka, daripada saya kehilangan tawa dan senyum anak saya, laku sederhana yang meneguhkan saya sebagai seorang ayah, lebih baik saya tolak permintaan Tuan.”

Karmin mengakhiri perkataannya dengan tersenyum, kemudian kembali menapaki aspal yang dibasahi air kehitaman dan berbau tengik. Lelaki bersepatu gilap itu terbengong lama. Genggamannya goyang, uang yang ribuan itu bertebaran. Hingga Karmin mengecil di ujung jalan, dia tetap terdiam. Batin lelaki itu serasa ditampar mata jernih Karmin. Pula mata bulat si beruang yang hilang satu.

 

Malang,

4 April 2021

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (3)
Rekomendasi dari Drama
Skrip Film
Hope
Carolina Betty Br Tobing
Flash
Mata Seorang Pemungut Sampah
Neo Hernando
Novel
Bronze
Selimut Merah
Elefen9
Novel
Aku Adalah Kamu
Sonya Mega Flourensia
Novel
Jadi, Boleh Aku Mencintaimu?
Shinta Puspita Sari
Komik
Half Spirit
nanha nanha
Flash
Jodoh Pilihan Tante
qiararose
Flash
Ikhlas Itu Pilihan
Ranizh Putri
Flash
Dari Serulian, Untuk Rehan
Syafira Muna
Novel
Bronze
Maret dan rahasia
haniifa_
Novel
Gold
Rahvayana 2
Bentang Pustaka
Novel
SKY
Asrina Lestari
Skrip Film
menjaga jodoh orang lain
Anang Setya fauresta
Skrip Film
Pesan di Lembar Terakhir
Rika Kurnia
Flash
Anak Panah Ke Sebelas
Rainzanov
Rekomendasi
Flash
Mata Seorang Pemungut Sampah
Neo Hernando
Novel
Seduhan Tanah Pekarangan
Neo Hernando
Flash
Kisah Tawi di Teras Gedung Megah
Neo Hernando
Flash
Kakek Warsum Mencari Tajin
Neo Hernando