Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
A Cup of Roselle Tea
1
Suka
433
Dibaca

Kuusap pipiku sendiri. Basah. Kemudian mengetuk layar ponsel dua kali. Pukul 16.47. Sudah satu jam tujuh belas menit aku tertidur sehabis menangis dalam lipatan tangan. Pasti sekolah sudah sepi. Benar saja, tak kudapati seorang pun di dalam kelas.

Tapi, tunggu. Ada sesuatu yang kukenali di meja paling depan. Tumbler hijau berstiker kaktus itu datang lagi. Seperti biasa, ada secarik kertas di bawahnya.

Kelip: cahaya kecil yang terputus-putus.

Tetapi tahukah? Tanpa cahaya, maka tidak akan ada kelip. Jadi, Kelip, kau boleh saja meredup, tetapi nanti bercahaya lah lagi ... oke?

Diam-diam aku tersenyum. Kukantongi secarik kertas tersebut, kemudian kusesap teh rosela di dalam tumbler. Aku tahu karena ini sudah yang ke dua belas kali aku menerimanya. Dan pada secarik kertas saat pertama kali kuterima tumbler ini, pemiliknya sudah berpesan: tolong minum di tempat dan letakkan di mana kau mendapatkannya.

Walaupun isiannya sudah dingin. Tetapi kutebak, ketika Si Kaktus itu meletakkannya tadi, pasti masih hangat-hangat kuku. Sesuai dengan kesukaanku. Mengingat itu, suasana hatiku jadi membaik.

Esoknya, tumbler hijau itu datang lagi. Kali ini ketika istirahat siang. Kebetulan aku sempat merapikan dandanan sebentar di kamar mandi dan balik-balik, sudah ada pemberian Si Kaktus. Nova, teman sebangku yang keluar bersamaku tadi kesusahan menahan diri untuk tidak heboh.

"Ya ampuunn! Kelip, Kelip! Dia lagi?" desisnya padaku.

Aku mengambil secarik kertas yang ditimpa tumbler tersebut.

Hari ini, teh rosela dingin. Karena kulihat kau menghangatkan banyak orang pagi ini. Hampir seisi sekolah kau sapa dengan riang. Tetapi aku tahu kau belum benar-benar melupakan kesedihan kemarin. Makanya aku tambahkan sedikit gula kali ini. Semoga harimu manis sampai nanti malam.

Senyumku terbit tak terkendali. Membuat Nova semakin gencar menggodaku.

"Jadi, Mama sungguh-sungguh tidak menyesal? Sedikitpun? Papa, kan, bukan tipe yang lembut, peka, tampan, romantis dan kaya raya." Eisa menatapku keheranan.

"Sedikitpun," jawabku yakin.

"Hanya karena satu tumbler teh rosela yang dibuatkan Papa setiap hari? Aneh banget."

Aku menggumam sebentar. "Mungkin karena menurut hati Mama, itu adalah bukti kalau sayangnya Papa ke Mama nggak pernah berubah."

Eisa mendengus. "Ternyata benar. Tidak ada cinta yang tidak buta."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Gold
The Other Side
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Mutiara
Chrystal Calista
Flash
A Cup of Roselle Tea
Syafira Muna
Novel
Bronze
Karena Kau Tampak Seperti Dia
Anisa Rahayu
Novel
Gold
Flaga
Noura Publishing
Novel
Bronze
Karle Minerva
Gilang Riyadi
Flash
Under The Rain #2 (END)
Yooni SRi
Flash
Bronze
Jika Mantanmu Curhat...
Shabrina Farha Nisa
Flash
Bronze
Caffeine Anecdote (Membicarakan Adam 9)
Silvarani
Novel
Gold
Memorabilia
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Heart Blossom
Sy
Novel
Bronze
Mutiara Dua Semesta
wildasukma
Skrip Film
Jalan ke Awal
Aneidda
Novel
Bronze
I'm First
Karin Vayra
Novel
Gold
Habibie Ya Nour El Ain
Bentang Pustaka
Rekomendasi
Flash
A Cup of Roselle Tea
Syafira Muna
Flash
Engklek
Syafira Muna
Flash
Cita, Cinta, dan Realita
Syafira Muna
Flash
Back to The Day Before Today
Syafira Muna
Flash
Dari Serulian, Untuk Rehan
Syafira Muna
Flash
Mom's Fiftieth Birthday
Syafira Muna
Flash
Egoisme Imajiner
Syafira Muna
Flash
Hanya Saja yang Mana?
Syafira Muna
Flash
Hayyin Itu Spesial
Syafira Muna
Flash
One, Two, Still Love You
Syafira Muna
Flash
Cinta Tak Terdefinisi
Syafira Muna
Flash
One, Two, Lost You
Syafira Muna
Flash
Bronze
Lambat Bukan Berarti Tak Berguna
Syafira Muna
Flash
Wherever You Are, I'll Find You
Syafira Muna
Novel
Limit: Rahasia Si Pencuri
Syafira Muna