Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
I. Awal yang Tertulis dengan Emas
Layaknya sebuah novel romantis, begitulah kisah kita di awal pertemuan. Selama perjalanan cinta kita, aku tidak menemukan luka di tengah perjalanan. Ada gelombang kecil yang menerpa terkadang, tapi hebatnya kita. Mampu melewati semua tanpa drama berlebihan, keindahan kisah kita. Menguatkan tekadku untuk menjadikanmu tiang penyangga hidupku. Tawamu, senyummu. Membuatku seolah akulah sang pemenang itu, akulah yang menaklukkan hati putri kerajaan cinta.
Semua kisah kita kutulis indah dengan tinta emas, di kertas terbaik dari Tuhan. Tangismu yang pecah, saat hadiah sepeleku tergeletak di depan pintu rumahmu. Membuatku tersentak, apa bahagia sesederhana ini? Melihat kesayangan kita mendapatkan dress impiannya.
II. Krisis dan Penolakan
Di tahun ketiga perjalanan cinta kita, mulai terasa gelombang besar. Setiap lubang yang dilalui, terasa sulit ditambal. Di mana sang putri yang kucintai dulu? Kenapa sifatnya kini berubah? Apa mungkin pertanda, kalau kisah yang kutulis hampir mencapai penutup? Atau mungkin ini hanya ujian cinta, untuk menguatkan niat tulus.
Bagaimana dengan ikrar kita tahun lalu? Bukankah kita sudah janji, singgasana mewah menjadi akhir kisah yang abadi untuk kita. Kenapa sekarang kau mulai menulis kisah sendiri. Apa artinya kisah kita sudah mulai tidak menarik.
Tidak perlu memutar ulang kisah kita, sebagai alat pembenaran untukmu. Kisah kita tidak sehebat itu, kisah kita hanya sebatas angan untuk meraih kebahagiaan. Kita memilih menyerah, sebelum singgasana mewah hadir di depan mata.
III. Pengakuan dan Perpisahan
Tahun keempat, aroma perpisahan semakin terasa. Tanda-tanda sudah terlihat di depan, perjalanan akhir menuju singgasana mewah pun kini terasa bualan.
Kisah ini terlalu panjang, untuk ditutup dengan akhir sedih. Begitu banyak kenangan, yang kita tulis bersama. Empat tahun, aku merasa sebagai satu-satunya orang yang menghapus lukamu, menghapus air matamu, menghibur sedihmu, ternyata aku salah. Ada bagian lain dari hatimu yang ditulis dalam cerita kita, secara terpisah. Ya... Dia, masa lalumu yang belum usai menulis kisahnya denganmu. Tidak bisa ada kisah yang sama dalam satu perjalanan cinta. Aku tutup cerita ini, walaupun perih menghujam bak hujan deras di sore hari.
IV. Refleksi dan Resolusi Final
Aku tahu, perpisahan ini bukan akhir dunia. Melainkan awal dari babak baru yang lama tertunda. Empat tahun aku habiskan menjadi tiang penyangga, menjadi penghibur, menjadi obat rasa sakitmu. Hingga aku lupa caranya berdiri, menghibur diri, mencari obat peneduh hati. Kau berhasil membuatku lupa, kalau ceritaku tidak butuh diselamatkan, tapi harus ditulis ulang dengan keberanian. Kini aku akan menentukan ceritaku sendiri, menulis kisah tentangku, dan perjalanan cinta terbaik menurutku.
Jangan lihat lagi ke belakang, kalau untuk menggali luka lama. Aku akan terus berjalan, merangkai kisahku sendiri, dengan pemeran utama yang lain. Dengan dia, yang akan melengkapi kisah sempurna ini.
Terima kasih, atas kenangan terhebat ini. Kisah ini akan menjadi bagian dari perjalanan hidup, bukan untuk membiarkan luka berkembang. Tapi untuk pegangan siapa tahu, nanti orang sepertimu datang lagi di perjalanan cintaku.
Terima kasih untuk semua luka ini. Biar aku bawa rasa cinta ini, sampai seluruh kisahku tertulis dengan mewah dan bahagia tanpamu sebagai tokoh utama. Dalam kisahku.