Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Grsk... grsk...
Bug... bug... bug...
Lagi dan lagi, sebuah suara kembali datang mengusik tidur nyenyak Arsa. Argh, ini sudah ketiga kalinya, Arsa tak tahan lagi! Pokoknya besok ia akan mengadukan siapapun yang membuat suara tersebut pada pemilik rumah susun ini!
Lagipula, orang waras mana yang membuat suara seperti sedang membangun rumah di malam-malam begini?! Atau mungkin penghuni di bawah kamarnya ini memang bukan orang waras? Ah sial, Arsa jadi paranoid sendiri membayangkannya, buru-buru ia menarik selimut hingga ke atas kepala berusaha untuk mengacuhkan suara tersebut dan tertidur.
BUG!!! BUG!!! BUG!!!
Tapi sepertinya, siapapun yang menetap di ruang bawah ini memilih perang di malam ini juga.
Dengan segenap keberanian yang Arsa cukup-cukupi, gadis itu bangun dari tempat tidurnya, memakai sandal tidur, dan kemudian membawa senter entah untuk apa.
Saat Arsa sampai di tangga menuju lantai bawah, ia baru sadar kalau kamarnya berada di lantai satu, yang artinya tangga ini akan menuntun Arsa ke sebuah basement.
Ah, kini ia mengerti kenapa instingnya mengatakan kalau dirinya harus membawa senter. Tapi... orang waras mana yang mau tinggal di basement rusun ini? Di sana bukan hanya gelap gulita, namun sama sekali tak ada ventilasi atau jendela!
Berbekal rasa penasaran yang biasanya tidak pernah sebesar ini sebelumnya, juga sebuah senter dan keberanian yang tinggal lima persen, Arsa menuruni anak tangga satu-persatu. Ia sempat ragu, namun kakinya terus melangkah menuruni tangga.
Sampai pada saat ia tiba di dasar tangga, Arsa tak dapat lagi menahan rasa takutnya. Kakinya bergetar, namun tak dapat melangkah kemana-mana lagi. Keringatnya bercucuran.
Apa yang dapat ditangkap oleh matanya adalah, tiga puluh kurcaci berwajah seram sedang berusaha membangun sebuah rumah tepat di bawah kamar Arsa.
Prang!!!
Senter yang ia genggam terjatuh menyentuh lantai yang terbuat dari kaca--hingga menimbulkan suara cukup keras, membuat tiga puluh kurcaci tersebut menatap Arsa dengan tatapan bak psikopat. Arsa tak dapat berlari atau bahkan bergerak ketika ketigapuluh kurcaci berjalan seperti zombie, berusaha menjangkaunya.
Hingga di detik berikutnya, Arsa terbangun. Gadis itu membuka matanya, jantungnya masih berdetak tak karuan, namun ia berusaha menetralisir hal tersebut.
Arsa menoleh ke arah jam weker, sudah pukul 9 pagi. Karena hari ini hari libur, dengan segera Arsa berjalan keluar kamar, hendak menghampiri tangga menuju basement...
...sampai Arsa baru ingat kalau tidak ada basement di rumah susun ini.
"Kenapa liatin dinding terus, mba? Nggak akan ada basement di rumah susun ini, ha... ha... ha..." kata pemilik rumah susun yang baru saja keluar dari kamarnya, sambil tersenyum.