Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Pertanyaan itu selalu menghantui:
“Pernahkah kamu mencintai aku?”
Dalam fantasi, kamu menatapku lama sebelum menjawab, seakan memikirkan kata terbaik.
“Pernah,” katamu pelan. “Tapi tidak cukup untuk bertahan.”
Itu jawaban yang paling masuk akal paling logis meski tetap menyesakkan.
Karena cinta yang tidak cukup terasa lebih buruk daripada tidak dicintai sama sekali.
Itu membuatku bertanya-tanya apa yang kurang.
Senyumku? Keberadaanku? Diriku?
Dan meski percakapan itu tidak pernah terjadi, aku terus mengulangnya.
Seakan jika aku mendengarnya cukup sering, aku akhirnya bisa melupakanmu.
Nyatanya, yang terjadi justru sebaliknya.