Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Tangan Penolong
Karya Arkan N.F
Kisah berawal di sebuah desa Mangunrejo. Ketika seorang anak kecil bernama Budi berpamitan kepada orang tuanya untuk menempuh Pendidikan di bangku kelas 6 SD, ia berjalan kaki cukup jauh, membutuhkan waktu 1 jam perjalanan hanya untuk berangkat saja, sepatu butut yang sobek selalu menemani Budi tiap pagi, mengingat Budi tinggal di pelosok desa yang masih jauh tertinggal dari segi ekonomi maupun teknologi.
Setiap hari Budi pantang menyerah dan terus semangat, ia mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang investor kelak ketika ia sudah dewasa. Kedua orang tuanya bekerja sebagai pedagang di pasar, keluarga kecil nan sederhana tak membuat Budi putus asa.
Saat di sekolah. Seorang guru bernama Pak Tanto, menanyai semua muridnya soal cita-cita. Giliran Budi untuk maju ke depan kelas.
“Cita-cita kamu apa Bud?”
“Investor Pak,” Jawab Budi.
“Kenapa kamu ingin jadi seorang investor?”
“Karena….”
“Saya ingin menjadi orang yang bisa menghasilkan uang ketika sedang tidur Pak, hehe…”
“Ohh…, bagus itu Bud, cita-cita kamu bisa jadi bermanfaat bagi orang banyak, asal kamu tidak boleh pelit loh yaaa….”
“Siap Pak…!”
Enam tahun berlalu, kini Budi sudah lulus SMA. Ia bingung soal mengambil keputusan untuk menempuh Pendidikan lebih lanjut atau Bekerja, mengingat orang tua Budi sudah semakin tua dan tak mungkin baginya untuk membebani orang tuanya lagi.
Budi pun berdiskusi dengan dirinya sendiri selama beberapa hari, pikirannya selalu tak menentu, tetapi Budi lebih mementingkan orang tuanya dari pada dirinya. Ia memilih untuk bekerja sebagai tukang bersih-bersih di pusat kota. Sambil membantu orang tua yang berada di Desa.
Suatu hari Budi pergi bekerja, seperti biasa dirinya selalu rajin di barengi dengan niat ikhlas di setiap langkahnya. Saat ia sedang membersihkan sebuah ruangan, tak sengaja ada seorang pria tua berumur empat puluhan mendatanginya.
“Hai, nama kamu siapa mas?”
“Oh… iya pak halo, nama saya Budi”
“Kamu sudah lama kerja disini?”
“Belum Pak, saya baru lulus sekolah”
“Loh, kenapa gak kuliah aja mas?”
“Saya gak punya biaya Pak”
“Sudah gini aja…, tempat ini punya temen saya, nanti kamu ikut kerja sama saya aja sambil saya sekolahkan lagi ya…, soal ngomong ke temenku gampang”
“Beneran Pak?”
“Iya dong”
Budi segera memberi tahu orang tuanya akan tawaran menjanjikan itu, ia tahu bahwa ini adalah kesempatan sekali seumur hidup. Orang tuanya tak kuasa menahan air mata, tetesan air mata bahagia mengalir di mata kedua orang tua Budi.
Lima tahun berlalu. Siluet seorang pria sedang mengendarai sebuah mobil, mobil itu menuju ke desa Mangunrejo. Desa dimana Budi berasal, dimana ia harus menempuh Pendidikan dengan sangat bersusah payah.
Sebuah mobil hitam nan elegan, berhenti di depan rumah Budi. Seorang pria yang mengendarai mobil itu turun dengan senyuman bahagia diwajahnya. Dialah Budi, investor muda dengan total kekayaan mencapai Satu Setengah Triliun Rupiah.
Orang tua Budi sangat bahagia ketika mengetahui Budi sudah menggapai cita-citanya. Budi hanya tersenyum dan menceritakan semuannya. Bahwa tanpa bantuan Pak Fajar ia tak akan bisa menggapai posisi ini.
Budi berjanji sampai kapanpun keluarganya dan dirinya akan selalu mengingat kebaikan Pak Fajar.
Terkadang sesuatu yang kita tekuni dengan kesabaranlah yang membawa kita menuju kesuksesan, terkadang pula sesuatu yang terlalu kita kejar dapat hilang sekejap mata.
Tamat.