Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Aksi
Secangkir coklat di musim dingin
0
Suka
69
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Musim dingin kali ini terasa lebih dingin dari biasanya. Salju turun tanpa henti, menutupi jalanan dan pepohonan dengan lapisan putih tebal. Di sebuah kedai kopi kecil di pinggir kota, seorang wanita muda bernama Luna sedang sibuk meracik minuman. Uap hangat mengepul dari cangkir-cangkir yang ia siapkan, menghangatkan suasana kedai yang sepi.

Luna menyukai musim dingin. Baginya, musim ini adalah waktu yang tepat untuk merenung, membaca buku, dan menikmati secangkir cokelat hangat. Kedai kopi ini adalah warisan dari mendiang ibunya. Luna berusaha menjaga kedai ini tetap hidup, meski kadang merasa lelah dan kesepian.

Suatu sore, saat salju turun semakin deras, seorang pria masuk ke kedai Luna. Pria itu tinggi, mengenakan mantel tebal, dan wajahnya tampak pucat karena kedinginan. Ia memesan secangkir cokelat panas.

"Selamat datang di kedai kami," sapa Luna ramah. "Silakan duduk di dekat perapian agar lebih hangat."

Pria itu mengangguk dan duduk di salah satu kursi dekat perapian. Luna segera menyiapkan pesanannya. Ia meracik cokelat panas dengan hati-hati, menambahkan sedikit kayu manis dan marshmallow agar rasanya lebih nikmat.

"Ini cokelat panasnya, Tuan," kata Luna sambil meletakkan cangkir di depan pria itu.

"Terima kasih," jawab pria itu singkat.

Luna kembali ke belakang meja kasir dan melanjutkan pekerjaannya. Ia melirik pria itu dari kejauhan. Pria itu tampak menikmati cokelat panasnya. Sesekali ia melihat keluar jendela, mengamati salju yang turun.

Setelah beberapa saat, pria itu menghampiri meja kasir.

"Berapa harganya?" tanyanya.

Luna menyebutkan harganya. Pria itu membayar dan berbalik untuk pergi.

"Tunggu sebentar!" panggil Luna. "Sepertinya Anda kedinginan. Mau saya tambahkan cokelat panasnya?"

Pria itu terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. Luna tersenyum dan segera menyiapkan secangkir cokelat panas lagi.

"Ini, silakan dinikmati," kata Luna sambil memberikan cangkir itu kepada pria itu.

"Terima kasih banyak," jawab pria itu dengan nada yang lebih ramah. "Nama saya Rian."

"Saya Luna," jawab Luna sambil tersenyum.

Rian kembali duduk di dekat perapian dan menikmati cokelat panasnya. Luna memperhatikan Rian dari kejauhan. Ia merasa tertarik dengan pria itu. Ada sesuatu dalam diri Rian yang membuatnya penasaran.

Sejak hari itu, Rian sering datang ke kedai Luna. Ia selalu memesan secangkir cokelat panas dan duduk di dekat perapian. Luna dan Rian mulai sering mengobrol. Mereka bercerita tentang pekerjaan, hobi, dan kehidupan sehari-hari.

Luna mengetahui bahwa Rian adalah seorang penulis novel. Ia sedang mencari inspirasi untuk novel terbarunya. Rian juga mengetahui bahwa Luna adalah seorang pemilik kedai kopi yang sedang berjuang untuk mempertahankan bisnisnya.

Luna dan Rian semakin dekat. Mereka saling mendukung dan menguatkan dalam setiap langkah. Luna membantu Rian mencari inspirasi untuk novelnya. Rian membantu Luna mempromosikan kedai kopinya.

Suatu malam, saat salju turun semakin lebat, Rian mengajak Luna makan malam. Mereka makan di sebuah restoran kecil yang romantis. Setelah makan malam, Rian mengutarakan perasaannya pada Luna.

"Luna, aku menyukaimu," ujar Rian tulus.

Luna terkejut mendengar pengakuan Rian. Ia juga menyukai Rian, tapi ia takut untuk memulai hubungan baru. Ia takut akan terluka lagi.

"Rian, aku juga menyukaimu. Tapi, aku takut," jawab Luna jujur.

"Aku tahu, Luna. Aku tidak akan memaksamu. Aku akan menunggu sampai kamu siap," ujar Rian sambil menggenggam tangan Luna erat.

Luna terharu mendengar ucapan Rian. Ia merasa nyaman dan aman berada di dekat Rian.

Seiring berjalannya waktu, Luna semakin yakin dengan perasaannya pada Rian. Ia menyadari bahwa Rian adalah orang yang tepat untuknya.

Suatu malam, saat mereka sedang duduk berdua di kedai kopi, Luna mengungkapkan perasaannya pada Rian.

"Rian, aku juga mencintaimu," ujar Luna.

Rian tersenyum bahagia. Ia memeluk Luna erat.

Musim dingin kali ini terasa lebih hangat dari biasanya. Luna dan Rian saling mencintai dan menyayangi. Mereka menghabiskan waktu bersama di kedai kopi, menikmati secangkir cokelat panas dan berbagi cerita.

Rian berhasil menyelesaikan novel terbarunya. Novel itu terinspirasi dari kisah cintanya dengan Luna. Novel itu menjadi best seller dan membuat nama Rian semakin terkenal.

Luna berhasil mempertahankan kedai kopinya. Kedai itu semakin ramai dikunjungi pelanggan. Luna dan Rian bekerja sama untuk mengembangkan bisnis kedai kopi mereka.

Suatu hari, Rian melamar Luna. Luna menerima lamaran Rian dengan air mata bahagia. Mereka menikah di musim dingin, di tengah salju yang turun.

Luna dan Rian hidup bahagia selamanya. Mereka saling mencintai, menyayangi, dan mendukung dalam setiap langkah. Mereka membuktikan bahwa cinta sejati bisa ditemukan di mana saja, bahkan di sebuah kedai kopi kecil di musim dingin. Secangkir cokelat di musim dingin telah menyatukan dua hati yang kesepian.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Aksi
Flash
Secangkir coklat di musim dingin
Lukitokarya
Flash
Cahaya memudar di lantai
Lukitokarya
Novel
Bronze
Limerence
Kennie Re
Novel
Godwin Agency 2: Reunion
FS Author
Flash
Jalan Groove
Donny Setiawan
Flash
Suara Hati FM
Yuanita Faridatun Ni'mah
Flash
Sekolah Berdarah
Agung Satriawan
Novel
Bronze
Sholat Yo
Hermawan
Flash
Bronze
Sembilan Ketua BEM
Silvarani
Novel
Americanesia
ef fatma
Flash
Bronze
JIKA MOTOR BISA NGOMONG..
Shabrina Farha Nisa
Novel
Patriot Garuda : 17.8.17 (Darah Sang Jenderal)
Baity
Flash
SATU MALAM UNTUK BERTINDAK
Penulis N
Flash
Nir-Fana
Matrioska
Flash
Takdir Kehidupan
Diyanti Rita
Rekomendasi
Flash
Cahaya memudar di lantai
Lukitokarya
Flash
Secangkir coklat di musim dingin
Lukitokarya
Cerpen
Sebuah Catatan Galau
Lukitokarya
Flash
Kisah di Balik Kedai Kopi Usang
Lukitokarya
Flash
Surat dari masa lalu
Lukitokarya
Flash
Tentang kita
Lukitokarya
Flash
Debu cinta di barang antik ,strategi hati yang terencana
Lukitokarya
Flash
November dan sebuah kotak musik tua
Lukitokarya
Flash
Cinta tak terduga
Lukitokarya
Flash
Penyihir dan Pangeran yang Dikutuk
Lukitokarya
Flash
Senandung Kerinduan di Balik Jendela November
Lukitokarya
Flash
Aroma pagi dan kopi
Lukitokarya
Flash
Bidadari Penjaga Hutan Terlarang
Lukitokarya
Cerpen
Lukisan Senja di Balik Jendela
Lukitokarya
Flash
Hati mu di layar
Lukitokarya