Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Ngapain ngurus orang lain? Mending urus dirimu sendiri! Gitu aja ribet."
Adalah perkataan yang pasti kita sering dengar, kata yang sangat tidak pantas dikeluarkan dari mulut makhluk sosial.
Kalian bilang kita harus hidup sendiri? Hidup tanpa memedulikan orang lain? Hidup tanpa orang lain? Jika begitu, kita sebagai makhluk sosial pasti sudah punah puluhan ribu tahun lalu. Tanpa orang lain, apa yang bisa kita lakukan? Apa kita bisa melakukan semuanya sendirian? Menanam tanaman sendiri, membuat makanan sendiri, membuat perkakas sendiri, AKU KATAKAN TIDAK!
Semua itu kita ada berkat adanya orang lain dalam hidup kita. Tanpa orang lain, kita mungkin tidak punya handphone, baju, dan bahkan rumah. Orang lain adalah bagian terpenting untuk makhluk sosial. Kamu kira sosial itu apa? Kita manusia adalah makhluk sosial yang sangat cerdas. Kita bisa membuat ide abstrak menjadi kenyataan. Tidak percaya? Orang zaman dahulu pernah berpikir untuk bisa terbang di langit, dan itulah dasar terbentuknya pesawat.
Dengan ini, kita sebagai makhluk sosial harus ada orang lain yang mesti ada di dalam hidup kita.
"Tapi kan ada saja yang hidup sendirian sampai akhir hayatnya?"
Itu betul. Tapi saat kita membahas: di mana dia dapat bahan makanannya, di mana dia dapat bajunya, di mana dia dapat rumahnya? Semua itu tidak lepas dari orang lain.
Meskipun kita adalah makhluk sosial, tidak banyak yang punya atau mengerti apa itu "Empati".
Empatilah yang membuat kita, dari yang hanya sebagai makhluk sosial, untuk bisa merasakan perasaan, rasa dari orang lain. Empati yang membuat kita dihargai, kita diterima. Namun tanpa empati, kita hanya makhluk sosial yang hanya ingin menjatuhkan orang lain dan persaingan yang tidak sehat.
Dengan dasar ini, kita bisa melanjutkan ke pembahasan kita.
"Mulut yang diam, Hati yang berteriak"
Hal 1. Mulut yang diam: berarti tidak mau membicarakannya, tidak mau mengungkapnya, dan tidak mau membahas atau berbicara atau speak up mengenai suatu hal. Ini bisa diartikan dengan banyak hal. Orang yang hanya diam saat kebenaran diinjak-injak, seseorang yang hanya diam saat melihat orang lain menderita, seseorang yang hanya bisa melihat dan tidak bisa melakukan sesuatu. Biasanya hal ini adalah sebuah keputusan atau choose. Dan dia tidak mau karena ribet? Takut? Dll.
Hati yang berteriak: berarti dia memiliki hati yang besar, empati yang luar biasa, dan memiliki kecerdasan emosional yang luar biasa. Namun karena hal pertama, dia hanya bisa berteriak di dalam hatinya. Tak ada aksi, tak ada sejarah, hanya ada sengsara di dalam hatinya. Dia bisa merasakan mereka ditindas, tapi dia sangat takut di mulutnya, makanya dia tidak berbicara.
Dengan kata lain, ini adalah pembungkaman kebenaran.
Orang yang berani berjuang demi sebuah kebenaran, meskipun tahu resikonya, adalah orang yang sangat berharga. Karena mereka yang berani mengambil tindakan, mereka yang mengambil inisiatif, dan merekalah penggerak utama dalam sistem demokrasi.
Aku hanya ingin bilang, setiap suara dan opini itu sangat berharga. Suaramu tentang kebenaran bisa membangkitkan orang lain untuk melakukan hal yang serupa, dan bahkan bisa mengarahkan masyarakat untuk menjadi lebih baik.
Dalam hal ini, saya sangat bersyukur saya bisa menulis ini. Saya sangat bersyukur jika ada yang membaca sampai sini. Aku hanya meluapkan isi pikiranku.
Terima kasih dan ini adalah Opiniku