Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Kalau mereka tau bagaimana cara Rayyan memperlakukanku saat kami sedang berdua, mereka akan ngerti kenapa aku kesulitan melepaskannya.
***
Semua berawal saat aku mengenal seseorang dari facebook, Rayyan namamya. Awalnya, kita ngobrol lewat inbox, karena merasa cocok satu sama lain, akhirnya kami memutuskan pacaran virtual selama 4 bulan. Di bulan pertama kami pacaran semua berjalan baik, sampai akhirnya jalan ke bulan kedua semuanya mulai berubah. Dia jarang menghubungiku dan tak pernah memberi kabar apa pun.
Setiap kali aku tanya kenapa, Rayyan selalu bilang "Aku lagi pusing sama masalah kerjaan dan butuh waktu sendiri dulu" . Hal itu terus saja berulang di 3 bulan terakhir hubunganku dengan Rayyan. Dari yang awalnya aku ngertiin dan sabarin. Sampai akhirnya aku mulai lelah dan muak dengan sikapnya. Dia nggak mau cerita tapi dia serasa menghindariku. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk minta putus.
"Aku minta putus," ucapku lewat telepon.
"Aku nggak mau putus sama kamu, aku sayang sama kamu, Raline," jawab Rayyan dari sebrang telepon.
Aku mengubah keputusanku waktu itu. Akhirnya kami tidak jadi putus.
Suatu hari aku mengajak ketemuan Rayyan, dan ya dia selalu menolak ajakanku. Ada aja alasannya. Lama-lama aku lelah dan minta putus secara tegas ke dia. Sampai ke sekian kalinya aku minta putus akhirnya dia juga bilang "Oke kalau itu maumu".
Akhirnya hubungan kami kandas begitu saja dan aku memutuskan memblokir akses Whatsappnya. Tiga bulan aku berhasil lupa sama dia, yang awalnya aku kira ngga bisa, ternyata aku bisa tanpa dia.
"Ternyata tanpa dia, aku baik-baik saja, " gumamku.
Karena aku merasa sudah bisa melupakan dia, aku memutuskan untuk membuka blokiran nomer Rayyan.
Suatu malam Rayyan kembali chat aku.
Rayyan : Bee kangen
Aku pun membalas : Kangen tuh ke pacar, bukan ke mantan
Rayyan : Nggak ade, Bee, aku gabisa lupain kamu. Akhirnya dia videocall dan berlangsunglah obrolan panjang lebar antara aku dan Rayyan. Awalnya aku masih nanggapin dia dengan cuek. Sampai akhirnya dia mau hubungan serius dan menawarkan diri ketemuan untuk meluluhkan hatiku kembali. Akhirnya aku dan Rayyan sepakat bertemu hari berikutnya. Pada saat itu kebetulan malam minggu. Dan dari situlah aku kembali luluh dan memutuskan buat kembali menjalin hubungan kasih lagi. Di hari kedua balikan, tiba-tiba dia hilang kabar lagi sampai buat aku nyesel udah nerima dia balik.
"Maksud dia apa sih? Kemarin mohon-mohon minta balikan, sekarang malah ngilang lagi." Aku kesal bukan main. Di situ aku merasa Rayyan mempermainkan perasaanku.
Di hari ketiga kita balikan, aku di chat oleh seorang perempuan di Facebook dan Instagram, menanyakan tentang dia, menanyakan dengan cara yang baik dan sopan. Sampai akhirnya mengalirlah obrolan kami. Ternyata dia pacarnya dan baru satu bulan jadian. Dari situ hatiku patah untuk kedua kalinya. Aku merasa bodoh karena udah percaya dan nerima dia balik. Dari situ aku chat dia.
Aku : Kita akhiri saja hubungan ini.
Aku tidak pernah berpikir balikan untuk di jadikan selingkuhan, benar-benar menindas habis harga diriku. Akhirnya, kembali putus lagi sama dia dan aku bilang sama perempuan itu kalau aku udah pamit mundur, silakan lanjutkan hubungan kalian lagi. Tapi perempuan itu memutuskan untuk mengakhirinya juga, karena dari awal hubungan mereka udah nggak sehat secara komunikasi, katanya.
Aku akhirnya berteman dengan perempuan ini, karena di sini kita sama-sama korban Rayyan. Kami dekat dan sempet bertemu dua kali. Sampai akhirnya sibuk dengan urusan masing-masing dan jarang komunikasi lagi.
Selang beberapa bulan berlalu, lelaki gila perempuan ini memulai obrolan dengaku lagi, dan bodohnya aku luluh ketika disapa cinta lamaku. Kami ngobrol ngalor ngidul, kembali deket, ketemuan lagi, dan terjadilah Hubungan Tanpa Status alias HTS'an dengan mantan ini. Aku tidak tahu apa yang membuatku sesayang itu pada Rayyan. Aku sayang Rayyan dan ingin selalu ada di sampingnya. Aku begitu mengusahakannya 100% meski aku tahu aku akan kalah.
Dari awal tidak pernah tentang aku, bukan aku yang dia inginkan. Aku hanya kebetulan ada di saat dia butuh seseorang. Cintaku tulus. Bahkan hal-hal sederhana kita lewati bersama, selalu menjadi kebahagiaan yang terus aku inget. Apapun endingnya nanti, aku selalu ingin dia bahagia dan baik-baik saja. Selama dia masih mau aku ada, akan aku usahakan semampuku.