Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Self Improvement
Seri Kerangka Berpikir: Sudut Pandang
3
Suka
216
Dibaca

Normal...

Apakah sesuatu bisa dikatakan normal? Apakah dari segi yang kita terbiasa melihat sesuatu? Pembawaan yang sama secara rutin? Atau dalam rutinitas yang dianggap normal?

Dalam dunia sastra, aku banyak melihat bahwa banyak penulis (termasuk diri saya sendiri) masih memakai formula yang terbukti sukses. Contohnya, fantasy harus memakai kekuatan yang kuat dan MC yang memiliki banyak kemampuan, sci-fi yang menekankan teknologinya saja.

Tapi jika kita berpikir lebih jauh, dunia sastra itu tidak memiliki batas, tapi otak kitalah yang membuat batasan tersebut. Hanya orang-orang aneh yang bisa menembus batasan yang dibangun oleh pemikiran yang berada di zona yang aman dan nyaman.

Untuk lebih jelas, maka aku akan membuat sebuah cerita:

「Cerita ini berlatar di sebuah perkotaan yang padat akan penduduk, banyak sekali yang berlalu lalang untuk kepentingan pribadinya saja—ada yang bekerja, mencari pekerjaan, dan lain-lain. MC-nya, yang bisa kita sebut Mina, berpenampilan formal karena sedang mencari pekerjaan untuk membantu bisa bertahan dan memperkuat perekonomiannya di kota ini.」

Kita berhenti dulu di sini. Kalian bisa lihat, ini adalah cerita yang normal. Kenapa? Karena otak manusia menangkap hal yang selalu terjadi secara terus-menerus dan rutin. Atau bisa dibilang, aktivitas rutin yang logis dan bisa dirasakan. Namun kita tahu, di dunia sastra tidak ada batasan, tapi karena ada batasan pikiran itulah yang membuat beberapa penulis takut, karena bisa dicap [aneh]. Tapi pemahaman tentang [aneh] mereka cenderung bersifat negatif atau lain-lain. Sedangkan di sisi sastra, orang dengan karya yang [aneh] justru memiliki semangat yang sangat kuat untuk karyanya. Sebagai contoh, karya dengan cap normal cenderung akan mudah dilupakan karena memiliki formula yang sama, sedangkan karya yang [aneh] cenderung lebih lama padamnya, bagaikan air yang selalu menetes ke bebatuan yang keras. Hal ini adalah pandanganku untuk masuk ke dalam dunia sastra ini.

Mari kita ubah cerita itu dan membuat ceritanya tidak biasa atau bahkan [aneh]:

「Cerita ini berlatar pada perkotaan, banyak sekali orang atau penduduk yang berlalu lalang di jalanan atau di trotoar. Namun, di perkotaan ini memiliki banyak penyakit-penyakit aneh seperti, topeng senyum yang tak pernah lepas dan membuat penderita tersiksa, atau kuping yang selalu berdenging karena ada serangga kecil yang selalu membuat frekuensi konstan dan suka pada tempat yang lembap, terutama di telinga. Dan penyakit aneh lainnya. Dan aku juga belum katakan, jika monster itu menyamar dan berbaur seperti manusia dan sebenarnya mereka tidak jahat. MC-nya yaitu Mina, seorang lulusan perawat, tapi ia bingung karena semua klinik atau rumah sakit sudah penuh dan tidak membutuhkan anak baru karena pekerjaan yang bisa dibilang berbahaya. Tapi di saat dirinya hampir menyerah karena ya, dia harus survive di kota ini ia bertemu dengan dokter dan menawarkan dia menjadi perawat di kliniknya.」—inspirasi dari komik "Clinic of Horrors" dengan salah satu worldbuilding yang aku sukai.

Lihat? Bagaimana saya mengubah dari hal yang normal menjadi tidak biasa atau [aneh]. Dalam hal ini, saya selalu mengaduk genre atau tema yang di permukaan tidak memiliki ikatan atau tidak sambung, tapi kalau diolah dengan baik, maka genre itu bisa menyatu, dan itulah yang kita cari. Kita mencari jiwa yang terkubur di dalam sebuah karya tersebut. Tanpa jiwa, maka cerita akan terasa hambar dan membosankan.

Sebenarnya, kita sebagai manusia takut akan [keanehan] karena otak kita selalu berada di sisi di mana, jika sebuah mayoritas berpenampilan atau memakai baju hitam, maka otak kita secara tidak sadar mengikuti mereka. Tapi dalam dunia sastra, dan aku katakan, [aneh] itu melambangkan banyak hal positif: pertama, orisinalitas karya; jiwa yang menarik; mencoba menembus batas yang sebenarnya tidak ada.

Jadi, kalau dikatakan karya yang aneh, maka itu sebuah pujian, karena kita sebagai penulis berhasil membuat karya yang tak bisa disalin jiwanya.

Sepertinya ini akhir dari flash ini. Aku hanya ingin bilang: jangan takut untuk dibilang aneh, karena karya yang aneh justru mereka lah yang menjadi ujung tombak berkembangnya dunia sastra.

Aku Fagih, dan ini adalah pandangan dan cara berpikirku untuk dunia sastra.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Self Improvement
Flash
Seri Kerangka Berpikir: Sudut Pandang
M. Fagih Alhafizh
Cerpen
Bronze
Takdir Mati
Titin Widyawati
Novel
Mystic Reveries: Chronicles of the Soul's Journey
Liepiescesha
Cerpen
Neraka bagi Sang Munafik
Yovinus
Cerpen
Bronze
Tahta Sunyi Sang Antagonis
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Dia Yang Tidak Butuh Pujian
T. Filla
Novel
Diary Bipolar
Farikha Salsabilla Putri
Cerpen
Bukan Lagi Kita
Muhamad Irfan
Flash
Musim Hazelnut
lidia afrianti
Novel
Trilogi Trimatra: Cita Punca Prawira
elrena._
Novel
Bronze
Kamuflase Cinta
Lestari Senja
Cerpen
Bronze
Keluarga Ku Harta Karun Ku
Bang Jay
Flash
Mengeja Angka
Chie Kudo
Flash
Hidup Setelah Mati
Ika nurpitasari
Cerpen
Kehilangan Diri
Fata Raya
Rekomendasi
Flash
Seri Kerangka Berpikir: Sudut Pandang
M. Fagih Alhafizh
Novel
Resilitan
M. Fagih Alhafizh
Flash
Seri Suara Dan Opini : Mulut Yang Diam, Hati Yang berteriak
M. Fagih Alhafizh
Flash
Seri Kerangka Berpikir: Logis Dan Non-Logis
M. Fagih Alhafizh
Flash
Seri Kerangka Berpikir: Konflik Sang Penggerak Plot
M. Fagih Alhafizh