Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Misteri
Sintas
0
Suka
16
Dibaca

Seluruh tim evakuasi yang terlibat atas peristiwa gantung diri seorang gadis, bubar. Hanya tersisa Rikyung dan Hoon. Kamar yang terang tampak suram, auranya mengerikan, senyapnya bikin merinding.

Rikyung mengarahkan polaroid ke titik-titik tertentu, menjepret, ketika mendapati anggukan Hoon. Dugaan awal memang bunuh diri, tapi tidak akan ada yang tahu kebenarannya sebelum kamera Rikyung mengeluarkan foto-foto dengan angka di sudut. Detik-detik kematian Hanseol.

"Ada seseorang yang masuk kamar jam dua puluh. Itu satu jam sebelum kematian korban." Mata Hoon runcing meneliti beberapa foto yang sudah pindah ke tangannya.

"Dia dibunuh." Rikyung menyimpulkan ketika mendapat foto terakhir.

Hoon menatap Rikyung penuh binar menyenangkan. "Ayo kembali."

Rikyung cukup tahu, kalau tatapan itu sebatas bentuk syukur Hoon memiliki rekan seperti dirinya.

Kamera tua ini telah banyak membantu Rikyung. Kendati untuk jadi bagian reserse kriminal Bunuh Culik demi satu ruangan bersama Hoon adalah kemustahilan.

Jeon Rikyung selalu menceritakan Hoon pada ribuan tetes hujan yang turun, tidak bosan meniupkan rindu pada angin kala malam guna sampai ke rongga mimpi indah Hoon, tapi hal-hal begitu mesti Rikyung akhiri. Apalagi ketika surat pindah kerja menemuinya dua hari lalu. Rikyung dimohon untuk bertugas di provinsi Gaeru, desa kecil yang cukup jauh dari Seoul.

"Petugas Jeon harus ikut saya ke lokasi kejadian." Ah, teringat kata-kata tegas Hoon di depan ketua timnya tadi siang.

"Dia punya tugas lain, Detektif Hoon. Jangan konyol. Kau kira pekerjaan ini lelucon?!"

"Karena saya menganggap serius pekerjaan saya, maka saya membutuhkan Petugas Jeon."

Membutuhkan.

Hoon senantiasa menanamkan benih-benih kenyamanan di hati Rikyung. Namun, Rikyung sadar bahwa kata 'membutuhkan' punya konteks berbeda.

Tiga musim sudah berlalu, dan kini memasuki musim gugur. Rikyung telah lama menyukai lelaki itu tanpa timbal balik. Dia tidak mau menyatakan rasa duluan. Bukan gengsi, Rikyung malah berani. Menjadi anggota polisi samapta tidak bikin nyalinya ciut untuk jatuh hati apalagi jika harus mengungkap cinta.

Hanya saja, Hoon selalu bilang Rikyung rekan kerja yang baik. Seolah-olah tak ada tempat lebih. Toh, selama Jeon Rikyung punya kamera yang bisa menyibak masa lalu, Hoon membutuhkannya.

Bertepatan hari mutasi, Hoon terlihat gelisah. Pagi-pagi lelaki itu sudah ada di depan gerbang asrama kepolisian wanita.

"Aku tidak bisa bekerja tanpamu."

"Maksud Detektif Hoon, tanpa kameraku, 'kan?"

Hoon diam. Rikyung mengartikan itu adalah 'ya'.

"Ini. Detektif Hoon pasti tahu cara menggunakannya."

Ketika polaroid terulur, kecemasan Hoon lenyap. Ia dengan suka rela melepas Rikyung pergi melalui satu kalimat; hati-hati di jalan.

Melihat ekspresi itu, dia tidak lagi merasa perlu terpaku kepada Hoon. Rikyung harus menemukan seseorang yang mampu menghargai sosok dirinya. Bukan dari apa yang seorang Jeon Rikyung punya.

Hari pertama bertugas di Gaeru, senior Yoon memberikan tonfa kepada Rikyung. Dia menerimanya, tapi belum lama, Rikyung terperanjat dan benda itu jatuh.

Bayangan mengerikan terlintas barusan. Bagaimana si tonfa dijadikan alat siksa oleh seorang polisi. Itu penyalahgunaan benda.

"Wae... waeyo? (Kenapa?)" Seniornya keheranan, ia juga dapat setruman kaget akibat reaksi Rikyung.

Masih bersuasana ganjil, ponsel Rikyung di meja bergetar singkat minta atensi. Tetapi pemiliknya belum selesai menatap tonfa di lantai.

Kameramu tidak berfungsi.

Popup pesan dari Hoon.

Eksistensi tak kasatmata polaroid mampu mempertahankan hidupnya, pindah dan sekarang abadi. Tanpa batas. Dalam diri Rikyung.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Misteri
Flash
Sintas
Ilestavan
Cerpen
Bronze
Mirror | Universe
Rezt Elliot
Flash
Bronze
AI, Pria Tua, di Malam Natal
Nuel Lubis
Cerpen
Bronze
Segalanya tentang Cahaya
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Raja Tikus
Donny Setiawan
Novel
Bronze
Raungan Di Sebuah Villa
Mfathiar
Novel
Apavarga
H.N.Minah
Novel
S.O.S
Joanna Bee
Flash
Babi Babi Babi
Hendra Purnama
Flash
BURUNG PUTIH YANG TIDAK KEHILANGAN WARNANYA
Mu Xuerong
Novel
Ashen side of Sumatra
Bintang Harly Putra
Cerpen
Bronze
Akademi Arkanum — Rahasia di Balik Kabut
christian
Cerpen
NEURA
tepinprandana
Cerpen
MANTRA LUDAH
Hans Wysiwyg
Novel
Sanjarana
.
Rekomendasi
Flash
Sintas
Ilestavan
Flash
Pena Tuhan
Ilestavan
Flash
Delusi Cinta
Ilestavan
Flash
Tali Takdir
Ilestavan
Flash
Ketika
Ilestavan
Flash
Di Titik Nol
Ilestavan
Flash
Eskapisme
Ilestavan
Flash
Jangan Percaya Narasi Ini
Ilestavan
Cerpen
Halo, Selamat Tinggal!
Ilestavan
Novel
VII Diebus
Ilestavan
Flash
The Last Painting
Ilestavan
Flash
Secangkir Kopi tak Bersuara
Ilestavan
Flash
Kucing Pencuri
Ilestavan
Cerpen
Pretensi
Ilestavan
Cerpen
Gandark
Ilestavan