Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Setelah kelulusan SMA, harusnya Aku merasa senang karena Aku akhirnya akan berkuliah di kampus yang Aku idamkan. Sayangnya, impian itu hanya berakhir menjadi setitik bintang yang tidak berkilau di langit tergelap sekalipun.
Kehidupan orang dewasa sering membuatku muak. Mereka sangat egois. Bayangkan saja, mereka berdua menjadikanku alasan untuk tetap mempertahankan hubungan yang seharusnya sudah diakhiri sejak lama. Padahal apa bagusnya hidup berpasangan jika setiap harinya hanya bertengkar, menangis, dan sakit hati? Akan bagus jika Aku tidak terlibat dalam semua drama mereka.
Selama ini Aku hanya terus berpura-pura buta dan tuli ketika Aku berada di rumah. Menyebalkan, bukan? Rumah yang seharusnya menjadi tempat paling teduh untuk beristirahat malah terasa sangat bising dan tidak nyaman.
Namun, ketika Aku sadar bahwa satu-satunya alasanku bertahan telah pergi meninggalkanku, seketika itu kesabaranku akhirnya habis. Darahku selalu mendidih.
Kini Aku mengerti. Satu-satunya sumber masalah yang tak berujung ini ternyata selalu berada tepat di depan mataku. Degan segenap keyakinan yang ada, Aku benar-benar ingin mengakhirinya. Semuanya.
Lalu pada malam yang penuh gairah itu, Aku siapkan hidangan istimewa yang akan mengantarnya ke dasar neraka. Semoga dalam perjalanannya di alam baka, ia bertemu dengan Ibu yang Aku yakin telah berbahagia di sana.
Aku tidak bohong. Aku merasa sangat lega karena Aku bisa mengirim orang itu ke akhirat dengan tanganku sendiri. Tidak puas sampai di sana, Aku memutuskan untuk pergi menyusul Ibuku. Aku harap kami bisa tertawa bersama menertawakan nasib pria itu.