Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Suar
1
Suka
2,195
Dibaca

Malam sudah lama jatuh ketika aku menyalakan lilin kecil di meja.

Suaranya lembut, hampir tak terdengar, tapi cahayanya menari di dinding.

Aneh aku tidak tahu kapan terakhir kali aku menyalakan cahaya untuk diriku sendiri.

Dulu, kau yang melakukannya.

Setiap kali listrik padam, kau akan menyalakan lilin, lalu berkata, “Tenang saja, kegelapan ini cuma sebentar.”

Aku selalu percaya, karena di wajahmu, selalu ada keyakinan yang membuat segalanya terasa aman.

Sekarang, hanya ada aku.

Dan satu cahaya kecil yang bergetar di antara tiupan angin.

Aku menatapnya lama.

Di dalam nyala itu, ada sesuatu yang menenangkan. Bukan karena terang, tapi karena ia tidak menyerah.

Api kecil itu berdiri di tengah udara yang dingin, seperti menolak padam.

Aku ingin sekuat itu tidak besar, tapi cukup untuk tetap menyala.

Di luar, hujan mengguyur lagi.

Ritmenya tidak teratur, seperti suara langkah seseorang yang ragu.

Aku membuka jendela sedikit; udara lembap masuk bersama aroma tanah.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku tidak menutupnya rapat.

Mungkin karena aku mulai percaya, tidak semua hujan datang untuk menenggelamkan.

Beberapa datang untuk membersihkan.

Aku menulis sesuatu di kertas kecil:

“Tidak apa-apa berjalan pelan, asal tidak berhenti.”

Kalimat sederhana, tapi terasa berat untuk ditulis.

Karena aku tahu aku menulisnya bukan untuk hari ini, tapi untuk hari-hari nanti, ketika gelap kembali datang dan aku mulai lupa cara berharap.

Aku menaruh kertas itu di samping lilin.

Cahayanya membuat tinta terlihat berkilau, seperti kata-kata itu sedang bernapas.

Aku sadar, hidupku mungkin tak akan kembali seperti dulu.

Tapi mungkin, itu bukan hal yang buruk.

Mungkin hidup memang bukan tentang kembali,

melainkan tentang menemukan arah baru setelah semuanya runtuh.

Di luar, langit mulai retak oleh cahaya pagi.

Aku menatapnya dari jendela yang masih terbuka.

Satu garis tipis jingga menembus awan seperti isyarat kecil dari sesuatu yang lebih besar.

Bukan kebetulan, pikirku.

Hanya waktu yang akhirnya memilih untuk lembut padaku.

Aku menutup mata sejenak.

Lilin di meja masih menyala, walau hampir habis.

Dan di balik kelopak mataku, aku merasa ada sesuatu yang hangat tumbuh perlahan.

Bukan cahaya dari luar, tapi dari dalam dari tempat yang dulu gelap, kini mulai menyala kembali.

Suar.

Kecil, tapi cukup untuk menunjukkan arah pulang.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Suar
lidia afrianti
Novel
Untuk Dia
Ananda aulia shafa salshabila
Novel
Romantika Cinta Dinar - Buku-1
TOTO M. RIANTO
Novel
Bayangan
Miayazlin
Novel
25 Days To Stole Your Heart
TUAN ALASKA KIKIRI
Novel
Young Prince
Elmira Jia
Novel
Bronze
Pengantin Cadangan
Jayanti Yusuf
Skrip Film
Club Deal
ranieva
Flash
Bronze
Ibu Datang Membawa Seorang Gadis
Sulistiyo Suparno
Novel
Bronze
Revanadya
Noranita Vinka
Novel
The Stranger
Isro Anisa Firdaus
Novel
Angkasa
Putri Prasasti
Novel
The Hidden Lights
Chyntia Putri Yudhistiro
Novel
Bronze
Cinta Masa Lalu Ku yang Muncul Kembali
Nabilla Kansha Azzahra
Novel
Gold
Heartwarming Chocolate
Bentang Pustaka
Rekomendasi
Flash
Suar
lidia afrianti
Flash
10 Days Without Permission
lidia afrianti
Flash
Terapi kota
lidia afrianti
Flash
Bronze
LAST PLACE
lidia afrianti
Flash
Jejak
lidia afrianti
Flash
I'm a mother
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
A letter: Unbreakable Love From Seoul
lidia afrianti
Flash
Bronze
Luapan Luka Luna
lidia afrianti
Flash
Sisa Di Gelas
lidia afrianti
Flash
Ramai
lidia afrianti
Flash
Aku, Cinta Dan Kamu
lidia afrianti
Flash
Bronze
Hilang di Kota Virtual
lidia afrianti
Flash
Bronze
if we'd met before a decade
lidia afrianti
Flash
Bronze
Lemon Tea
lidia afrianti
Flash
Hari Ketika Aku Mati Sebentar
lidia afrianti