Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Jejak
1
Suka
3,709
Dibaca

Ada tempat-tempat yang tetap sama, bahkan ketika orang-orang di dalamnya telah berganti.

Bangku taman yang retak di sudut kanan, jalan kecil menuju stasiun, toko roti yang masih menjual kue kesukaanmu semuanya seperti menunggu seseorang yang takkan datang lagi.

Aku melewati tempat-tempat itu pagi ini.

Tanpa niat, hanya kaki yang tiba-tiba mengarah ke sana.

Langkah-langkahku berhenti di depan toko bunga, tempat kau dulu membeli mawar putih karena katanya “bunga itu tenang, tapi tidak menyerah.”

Pemilik tokonya sudah berubah, tapi aroma tanah basahnya masih sama.

Aneh, bagaimana sesuatu bisa tetap setia meski manusia tidak.

Aku sempat ingin memotret tempat-tempat itu.

Tapi lalu berpikir, untuk apa?

Kenangan tidak butuh foto. Ia cukup berdiam di dada, menunggu waktu untuk menua bersama pemiliknya.

Ada bekas telapak sepatu di jalan setapak setelah hujan.

Aku menatapnya lama, seolah bisa membaca masa lalu dari arah langkahnya.

Jejak-jejak itu seperti mengajakku kembali ke hari ketika segalanya masih ringan sebelum kata “selamat tinggal” menjadi batas antara dua dunia.

Orang bilang waktu akan menutup semua luka.

Tapi waktu tidak menutup apa pun. Ia hanya membuat luka itu belajar hidup berdampingan dengan kita.

Setiap langkah yang kuambil hari ini adalah bukti kecilnya: aku tidak sembuh, tapi aku berjalan.

Kadang aku masih mendengar langkahmu di belakangku.

Bukan nyata, tentu saja. Hanya gema dari kenangan yang menolak padam.

Aku tidak lagi menoleh.

Aku biarkan ia mengikuti, sejauh yang ia mau.

Karena mungkin, sebagian dari diriku juga masih ingin diikuti—meski hanya oleh bayangan.

Saat matahari mulai condong ke barat, aku berhenti di tepi danau.

Permukaannya beriak pelan, memantulkan langit yang oranye.

Aku menatap pantulanku di air: seseorang yang sudah jauh berjalan dari tempat awal, tapi masih membawa arah yang sama.

Aku tersenyum kecil.

Mungkin ini arti sebenarnya dari menerima bukan melupakan, tapi memahami bahwa jejak yang tertinggal tidak harus dihapus.

Beberapa memang ada untuk diingat, sebagai bukti bahwa kita pernah berani melangkah, meski tahu kita bisa hilang di tengah jalan.

Hujan turun pelan saat aku pulang.

Jejak di tanah mulai memudar.

Tapi anehnya, aku justru merasa ringan.

Mungkin karena untuk pertama kalinya, aku sadar:

tidak semua yang hilang harus ditemukan.

Beberapa hanya perlu dibiarkan tinggal, dalam bentuk jejak yang diam-diam, masih menuntunku pulang.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Talita, Tentang Sebuah Nama
Faristama Aldrich
Flash
Jejak
lidia afrianti
Novel
Bronze
Mengeja(r) Senja
Zasenja
Flash
Love Inadequately
Liza Aprilia Y
Novel
Bronze
Mahasiswa di balik layar
winda nurdiana
Flash
Aku, Mawar dan Bedebah
ruang.amy.gdala
Flash
Andai semua ini benar-benar terjadi
lidia afrianti
Flash
Bronze
Kalau Langit Bisa Tersenyum untukmu..
Shabrina Farha Nisa
Cerpen
Bronze
Cinta melintas waktu
Aria
Cerpen
Tak Pernah Selesai di Ujung Kalimat
Shavrilla
Cerpen
SENJA SEMERAH DARAH
Areta Swara
Novel
Bbbb
Garein Putra A
Novel
LUKA ITU, BERNAMA KIRI
Rafiahs
Flash
SOULMATE
Hans Wysiwyg
Novel
Una Estrella
Sherinauci
Rekomendasi
Flash
Jejak
lidia afrianti
Flash
Andai semua ini benar-benar terjadi
lidia afrianti
Flash
Jika kita berubah
lidia afrianti
Flash
Jika Sudah Lupa, Mari kita Bertemu
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
Strange Thoughts
lidia afrianti
Flash
Musim Hujan Terakhir
lidia afrianti
Flash
Kenapa Kamu Pergi?
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
A letter: Unbreakable Love From Seoul
lidia afrianti
Flash
I'm a mother
lidia afrianti
Flash
Bayang
lidia afrianti
Flash
Hari Ketika Aku Mati Sebentar
lidia afrianti
Flash
Seandainya kita berjuang sedikit lagi
lidia afrianti
Flash
Bronze
Juni Tanpa Ju
lidia afrianti
Flash
Tumbuhan Pemakan Rahasia
lidia afrianti
Flash
Suar
lidia afrianti