Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Jejak
0
Suka
3
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Ada tempat-tempat yang tetap sama, bahkan ketika orang-orang di dalamnya telah berganti.

Bangku taman yang retak di sudut kanan, jalan kecil menuju stasiun, toko roti yang masih menjual kue kesukaanmu semuanya seperti menunggu seseorang yang takkan datang lagi.

Aku melewati tempat-tempat itu pagi ini.

Tanpa niat, hanya kaki yang tiba-tiba mengarah ke sana.

Langkah-langkahku berhenti di depan toko bunga, tempat kau dulu membeli mawar putih karena katanya “bunga itu tenang, tapi tidak menyerah.”

Pemilik tokonya sudah berubah, tapi aroma tanah basahnya masih sama.

Aneh, bagaimana sesuatu bisa tetap setia meski manusia tidak.

Aku sempat ingin memotret tempat-tempat itu.

Tapi lalu berpikir, untuk apa?

Kenangan tidak butuh foto. Ia cukup berdiam di dada, menunggu waktu untuk menua bersama pemiliknya.

Ada bekas telapak sepatu di jalan setapak setelah hujan.

Aku menatapnya lama, seolah bisa membaca masa lalu dari arah langkahnya.

Jejak-jejak itu seperti mengajakku kembali ke hari ketika segalanya masih ringan sebelum kata “selamat tinggal” menjadi batas antara dua dunia.

Orang bilang waktu akan menutup semua luka.

Tapi waktu tidak menutup apa pun. Ia hanya membuat luka itu belajar hidup berdampingan dengan kita.

Setiap langkah yang kuambil hari ini adalah bukti kecilnya: aku tidak sembuh, tapi aku berjalan.

Kadang aku masih mendengar langkahmu di belakangku.

Bukan nyata, tentu saja. Hanya gema dari kenangan yang menolak padam.

Aku tidak lagi menoleh.

Aku biarkan ia mengikuti, sejauh yang ia mau.

Karena mungkin, sebagian dari diriku juga masih ingin diikuti—meski hanya oleh bayangan.

Saat matahari mulai condong ke barat, aku berhenti di tepi danau.

Permukaannya beriak pelan, memantulkan langit yang oranye.

Aku menatap pantulanku di air: seseorang yang sudah jauh berjalan dari tempat awal, tapi masih membawa arah yang sama.

Aku tersenyum kecil.

Mungkin ini arti sebenarnya dari menerima bukan melupakan, tapi memahami bahwa jejak yang tertinggal tidak harus dihapus.

Beberapa memang ada untuk diingat, sebagai bukti bahwa kita pernah berani melangkah, meski tahu kita bisa hilang di tengah jalan.

Hujan turun pelan saat aku pulang.

Jejak di tanah mulai memudar.

Tapi anehnya, aku justru merasa ringan.

Mungkin karena untuk pertama kalinya, aku sadar:

tidak semua yang hilang harus ditemukan.

Beberapa hanya perlu dibiarkan tinggal, dalam bentuk jejak yang diam-diam, masih menuntunku pulang.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Jejak
lidia afrianti
Novel
Gold
ME(N)U
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Karena Kau Tampak Seperti Dia
Anisa Rahayu
Cerpen
Bronze
Waktu yang Tepat
Leni Juliany
Cerpen
Bronze
Minuman Menyegarkan
Dewi Fortuna
Novel
Gold
Young Marriage
Mizan Publishing
Novel
Don't Disturb My Little Family (Jangan Ganggu Keluarga Kecilku)
Wina Faathimah
Novel
When I Look At You
Awan Senja
Novel
Bronze
Jebakan Cinta sang CEO
Shanum Belle
Novel
MAHAJANA (sebuah novel filsafat)
Lutva Nanda Bayu Setyawan
Novel
Martabak Manis Dua Rasa
Rio Nhana
Novel
Ta'aruf? Siapa Takut!
Indriastori_
Novel
The Moon and His Shadow
Muchsalmina MD
Novel
Bronze
THE GRAY BUTLER
Yattis Ai
Novel
Gold
Lara Miya
Falcon Publishing
Rekomendasi
Flash
Jejak
lidia afrianti
Flash
Bronze
Sandiwara
lidia afrianti
Flash
Bronze
Juni Tanpa Ju
lidia afrianti
Flash
Cerita 14 Mei 2013
lidia afrianti
Flash
Musim Hujan Terakhir
lidia afrianti
Flash
Seisi Semesta Sana
lidia afrianti
Flash
Bronze
Luapan Luka Luna
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
Without You
lidia afrianti
Flash
Bayang
lidia afrianti
Flash
SELF
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
A letter: Unbreakable Love From Seoul
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
The Soundless Tide
lidia afrianti
Flash
Ramai
lidia afrianti
Flash
Ibu, sebenarnya. . .
lidia afrianti
Flash
10 Days Without Permission
lidia afrianti