Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Jejak
1
Suka
2,127
Dibaca

Ada tempat-tempat yang tetap sama, bahkan ketika orang-orang di dalamnya telah berganti.

Bangku taman yang retak di sudut kanan, jalan kecil menuju stasiun, toko roti yang masih menjual kue kesukaanmu semuanya seperti menunggu seseorang yang takkan datang lagi.

Aku melewati tempat-tempat itu pagi ini.

Tanpa niat, hanya kaki yang tiba-tiba mengarah ke sana.

Langkah-langkahku berhenti di depan toko bunga, tempat kau dulu membeli mawar putih karena katanya “bunga itu tenang, tapi tidak menyerah.”

Pemilik tokonya sudah berubah, tapi aroma tanah basahnya masih sama.

Aneh, bagaimana sesuatu bisa tetap setia meski manusia tidak.

Aku sempat ingin memotret tempat-tempat itu.

Tapi lalu berpikir, untuk apa?

Kenangan tidak butuh foto. Ia cukup berdiam di dada, menunggu waktu untuk menua bersama pemiliknya.

Ada bekas telapak sepatu di jalan setapak setelah hujan.

Aku menatapnya lama, seolah bisa membaca masa lalu dari arah langkahnya.

Jejak-jejak itu seperti mengajakku kembali ke hari ketika segalanya masih ringan sebelum kata “selamat tinggal” menjadi batas antara dua dunia.

Orang bilang waktu akan menutup semua luka.

Tapi waktu tidak menutup apa pun. Ia hanya membuat luka itu belajar hidup berdampingan dengan kita.

Setiap langkah yang kuambil hari ini adalah bukti kecilnya: aku tidak sembuh, tapi aku berjalan.

Kadang aku masih mendengar langkahmu di belakangku.

Bukan nyata, tentu saja. Hanya gema dari kenangan yang menolak padam.

Aku tidak lagi menoleh.

Aku biarkan ia mengikuti, sejauh yang ia mau.

Karena mungkin, sebagian dari diriku juga masih ingin diikuti—meski hanya oleh bayangan.

Saat matahari mulai condong ke barat, aku berhenti di tepi danau.

Permukaannya beriak pelan, memantulkan langit yang oranye.

Aku menatap pantulanku di air: seseorang yang sudah jauh berjalan dari tempat awal, tapi masih membawa arah yang sama.

Aku tersenyum kecil.

Mungkin ini arti sebenarnya dari menerima bukan melupakan, tapi memahami bahwa jejak yang tertinggal tidak harus dihapus.

Beberapa memang ada untuk diingat, sebagai bukti bahwa kita pernah berani melangkah, meski tahu kita bisa hilang di tengah jalan.

Hujan turun pelan saat aku pulang.

Jejak di tanah mulai memudar.

Tapi anehnya, aku justru merasa ringan.

Mungkin karena untuk pertama kalinya, aku sadar:

tidak semua yang hilang harus ditemukan.

Beberapa hanya perlu dibiarkan tinggal, dalam bentuk jejak yang diam-diam, masih menuntunku pulang.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Pearl
Erisa Vindia
Flash
Jejak
lidia afrianti
Novel
The Innocent of Us
Lenny
Novel
Lucathea
Jesica Ginting
Skrip Film
BIDUAN
Joni Nantono
Novel
Pengantin Sang Jendral
Serenade18
Novel
Bronze
Menikahi Pria yang Phobia Lawan Jenis
Yuli Yastri
Novel
Bahagia Usai Ditalak
Pena_Receh01
Novel
Bronze
Geometri Cinta Catatan Rosalina Filsufarkeolog
Resti Telasih
Novel
Invisible Love
Natsume Risa
Novel
monokrom (air mata terakhir)
nonaabubu
Novel
Bronze
Love After Darknes
El khiyori
Skrip Film
Our Precious Time
Novitasari
Novel
MY BOSS MY HUSBAND
Anna nurfadillah
Novel
Marry a badboy
Lili
Rekomendasi
Flash
Jejak
lidia afrianti
Flash
Bronze
Lemon Tea
lidia afrianti
Flash
Jika kita berubah
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
Strange Thoughts
lidia afrianti
Flash
Aku berhenti bicara sekarang
lidia afrianti
Flash
Tumbuhan Pemakan Rahasia
lidia afrianti
Flash
Bronze
Sandiwara
lidia afrianti
Flash
Kesempatan Kedua
lidia afrianti
Flash
Bronze
Hilang di Kota Virtual
lidia afrianti
Flash
Bronze
Alasan Menjadikanmu Rumah
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
Jejak Yang Tak Terhapuskan
lidia afrianti
Flash
Bayang
lidia afrianti
Flash
Ramai
lidia afrianti
Flash
Bronze
Jeda Yang Tak Pernah Usai
lidia afrianti
Flash
Ternyata Kita Pembohong
lidia afrianti