Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Raut
0
Suka
2
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Aku selalu memperhatikan wajah orang.

Bukan karena aku suka menatap, tapi karena dari sana, aku bisa tahu apa yang tidak mereka katakan.

Ada orang yang tersenyum, tapi matanya seperti sedang berlari.

Ada pula yang tertawa, tapi dagunya bergetar pelan, menahan sesuatu yang ingin tumpah.

Dan ada juga yang diam, tapi di setiap garis di pipinya, ada kisah yang belum sempat selesai.

Kau dulu sering bilang aku terlalu peka.

“Tidak semua hal harus kamu baca dari wajah orang,” katamu.

Tapi aku tidak bisa berhenti.

Karena waktu itu, aku belajar bahwa raut adalah tempat di mana manusia paling jujur dan paling rapuh.

Aku ingat raut wajahmu di hari terakhir.

Bukan marah, bukan sedih, tapi seperti seseorang yang baru saja menyerahkan sesuatu yang berharga tanpa tahu apakah akan dikembalikan.

Matamu tampak tenang, tapi aku tahu itu tenang yang dibuat-buat.

Seperti laut yang memantulkan cahaya sore indah, tapi menyembunyikan pusaran di dalamnya.

Aku tidak menahanmu waktu itu.

Bukan karena aku rela, tapi karena aku takut membaca raut wajahku sendiri di matamu.

Takut melihat bayangan seseorang yang terlalu berharap.

Sekarang, setiap kali bercermin, aku mencari raut itu.

Kadang ada, kadang hilang.

Wajahku berubah seiring waktu, tapi mataku tetap sama menyimpan seseorang yang tak lagi menatap balik.

Orang bilang waktu bisa menghapus segalanya.

Tapi tidak untuk raut.

Ia tinggal di sana, diam di bawah kulit, seperti rahasia yang menolak mati.

Hari ini aku melihat seseorang yang mirip denganmu di stasiun.

Bukan dari pakaian atau suara, tapi dari cara ia menatap jendela datar, tapi dalam.

Raut yang sama, seolah menyimpan seluruh percakapan yang tidak pernah selesai.

Aku tidak memanggil.

Aku hanya menatap, membiarkan waktu lewat di antara kami.

Ada yang aneh dari manusia, ya?

Kita lupa suara, lupa sentuhan, tapi tidak pernah benar-benar lupa raut seseorang yang pernah kita cintai.

Wajah mereka terus muncul di cermin, di mimpi, di orang asing yang tak tahu apa-apa tentang kita.

Malam ini, aku menatap pantulan wajahku di jendela.

Di luar, lampu kota berpendar lembut.

Dan untuk pertama kalinya, aku melihat raut yang berbeda lebih tenang, tapi tidak lagi kosong.

Mungkin bukan karena aku sudah melupakanmu, tapi karena aku mulai belajar menerima bahwa tidak semua wajah yang hilang perlu ditemukan kembali.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Skrip Film
19 DETIK + 1
Ahmad jimi
Flash
Ramai
lidia afrianti
Flash
Raut
lidia afrianti
Flash
Jejak
lidia afrianti
Novel
Gold
ME(N)U
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Karena Kau Tampak Seperti Dia
Anisa Rahayu
Cerpen
Bronze
Waktu yang Tepat
Leni Juliany
Cerpen
Bronze
Minuman Menyegarkan
Dewi Fortuna
Novel
Gold
Young Marriage
Mizan Publishing
Novel
Don't Disturb My Little Family (Jangan Ganggu Keluarga Kecilku)
Wina Faathimah
Novel
When I Look At You
Awan Senja
Novel
Bronze
Jebakan Cinta sang CEO
Shanum Belle
Novel
MAHAJANA (sebuah novel filsafat)
Lutva Nanda Bayu Setyawan
Novel
Martabak Manis Dua Rasa
Rio Nhana
Novel
Ta'aruf? Siapa Takut!
Indriastori_
Rekomendasi
Flash
Ramai
lidia afrianti
Flash
Raut
lidia afrianti
Flash
Jejak
lidia afrianti
Flash
Bronze
Sandiwara
lidia afrianti
Flash
Bronze
Juni Tanpa Ju
lidia afrianti
Flash
Cerita 14 Mei 2013
lidia afrianti
Flash
Musim Hujan Terakhir
lidia afrianti
Flash
Seisi Semesta Sana
lidia afrianti
Flash
Bronze
Luapan Luka Luna
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
Without You
lidia afrianti
Flash
Bayang
lidia afrianti
Flash
SELF
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
A letter: Unbreakable Love From Seoul
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
The Soundless Tide
lidia afrianti
Flash
Ibu, sebenarnya. . .
lidia afrianti