Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Di sebuah negeri yang abadi diliputi musim dingin, berdiri megah Istana Kristal yang berkilauan ditutupi es dan salju. Di sanalah bertahta Ratu Aurora, penguasa negeri Winteria yang berhati dingin dan wajah secantik pahatan es. Kutukan membayangi dirinya: tak seorang pun mampu mencairkan hatinya yang beku, dan Winteria akan selamanya terperangkap dalam cengkeraman musim dingin abadi.
Namun, takdir punya rencana lain. Dari desa terpencil di kaki gunung, datanglah seorang pemuda bernama Kai. Ia bukan pahlawan gagah berani, bukan pula penyihir sakti. Kai hanyalah seorang pembuat musik yang memainkan seruling dari kayu birch. Musiknya sederhana, namun mampu menyentuh hati siapapun yang mendengarkannya.
Kai mendengar tentang ratu yang berhati beku dan memutuskan untuk menghadapinya. Bukan untuk memohon kekayaan atau kekuasaan, melainkan untuk mempersembahkan musiknya. Ia percaya, bahkan hati sekeras es pun bisa luluh oleh melodi yang tulus.
Perjalanan menuju Istana Kristal penuh rintangan. Badai salju mengamuk, serigala es mengintai, dan jalanan licin penuh jebakan. Namun, Kai tak menyerah. Ia terus melangkah, dengan serulingnya sebagai satu-satunya senjata.
Akhirnya, ia tiba di hadapan Ratu Aurora. Ratu menatapnya dengan dingin, tak tertarik dengan kehadiran pemuda desa itu. Namun, Kai tak gentar. Ia mengangkat serulingnya dan mulai memainkan sebuah melodi.
Bukan melodi megah dan penuh orkestrasi, melainkan melodi sederhana tentang bunga-bunga yang bermekaran di musim semi, tentang burung-burung yang bernyanyi di pagi hari, dan tentang kehangatan mentari yang menyinari bumi. Musik itu menggambarkan harapan, kebahagiaan, dan cinta.
Awalnya, Ratu Aurora hanya mendengarkan dengan acuh tak acuh. Namun, perlahan, sesuatu mulai berubah. Ia merasakan getaran aneh di dadanya, sesuatu yang sudah lama hilang. Ia merasakan kehangatan, harapan, dan… kerinduan.
Musik Kai terus mengalun, semakin lama semakin intens. Ratu Aurora mulai melihat gambaran-gambaran di benaknya: taman bunga yang penuh warna, tawa anak-anak yang riang, dan pelukan hangat seorang ibu. Ia melihat keindahan yang selama ini tersembunyi di balik es dan salju.
Air mata mulai menetes di pipi Ratu Aurora. Es di hatinya perlahan mencair, digantikan oleh perasaan yang baru dan asing. Ia merasakan cinta, kasih sayang, dan kerinduan akan kebahagiaan.
Ketika Kai mengakhiri melodi, Ratu Aurora tidak lagi berhati dingin. Ia menatap Kai dengan mata yang penuh kelembutan.
"Siapa kamu?" tanyanya dengan suara yang bergetar.
"Saya hanya seorang pembuat musik, Ratu," jawab Kai dengan rendah hati. "Saya hanya ingin mempersembahkan musik saya untuk Anda."
Ratu Aurora tersenyum. "Musikmu telah menyentuh hatiku, Kai. Kau telah mencairkan es yang selama ini membelengguku."
Sejak saat itu, Kai tinggal di Istana Kristal bersama Ratu Aurora. Ia terus memainkan musiknya, menghangatkan hati sang ratu dan seluruh negeri Winteria. Musim dingin abadi perlahan menghilang, digantikan oleh musim semi yang penuh harapan. Dan Ratu Aurora, yang dulu dikenal sebagai ratu berhati dingin, kini dikenal sebagai ratu yang penuh cinta dan kasih sayang. Simfoni bunga es telah berakhir, digantikan oleh simfoni cinta yang abadi.