Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Undangan pernikahan itu tiba — selembar kertas sederhana yang membawa begitu banyak rindu.
Aku selalu menanti momen seperti ini.
Sebab jika bukan karena pernikahan, entahlah… mungkin kami takkan pernah sempat berkumpul lagi.
Waktu telah menceraikan kami pada kesibukan masing-masing,
membiarkan jarak tumbuh di antara tawa yang dulu akrab terdengar.
Namun hari ini, semua terasa berbeda.
Kami kembali bertemu — dengan senyum yang sama, hanya wajah yang kian dewasa.
Tangan-tangan bersalaman, pelukan singkat menyalurkan rindu yang menahun.
Cerita lama mengalir tanpa jeda,
kenangan yang lama tertimbun perlahan terkuak,
seolah waktu berbaik hati memutar ulang masa yang telah pergi.
Waktu seolah berputar, membawa kami kembali ke masa lalu—masa yang penuh keseruan dan keceriaan. Masa-masa indah berseragam putih abu-abu. Kelas yang selalu berisik, tawa yang tak pernah berhenti, bahkan kenakalan yang tak terhitung banyaknya.
Itu adalah masa terbaik dengan kelas paling unik. Kelas yang sering membuat guru stres karena isinya manusia-manusia “gila”. Banyak hal konyol yang kami lakukan bersama, banyak suka dan duka yang kami lalui, bahkan kegiatan tak bermutu pun dijalani dengan bangga—hingga banyak yang hanya bisa geleng-geleng kepala.
Rasanya hangat sekali ketika mengenang masa-masa itu. Perjalanan kami memang terlalu singkat, tapi justru karena itulah kebersamaan ini terasa semakin erat.
Kini kami duduk di meja pesta, berbagi cerita di antara denting gelas dan alunan musik pelan.
Rasanya hangat, menenangkan —
seperti pulang ke rumah setelah perjalanan panjang.
Perjalanan yang terlalu singkat,
namun justru membuat persaudaraan ini terasa semakin lekat.
Di balik semua perubahan,
kami tetaplah orang-orang yang sama —
hanya versi yang lebih tenang, lebih bijak,
namun dengan hati yang masih tertambat pada masa lalu yang indah itu.