Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Surat dari masa lalu
0
Suka
5
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Debu beterbangan saat aku membuka peti tua itu. Peti yang sudah lama tersimpan di loteng rumah nenek, penuh dengan kenangan yang terlupakan. Aroma kayu lapuk dan kertas kuno menyeruak, membawa serta nostalgia yang menghangatkan hati.

Namaku Kirana, seorang guru muda yang baru saja mewarisi rumah nenek di desa. Rumah itu menyimpan banyak cerita, namun aku belum sempat menjelajahinya lebih jauh. Hingga suatu sore yang hujan, rasa penasaran mendorongku untuk membuka peti tua itu.

Di antara tumpukan foto-foto hitam putih, kain-kain batik usang, dan pernak-pernik antik, aku menemukan sebuah kotak kayu kecil yang terkunci. Dengan sedikit paksaan, aku berhasil membukanya. Di dalamnya, terdapat sebuah surat.

Surat itu ditulis tangan di atas kertas berwarna krem yang sudah menguning. Tulisannya rapi, namun sedikit pudar. Aku membaca nama pengirimnya: "Arya." Dan nama penerimanya: "Nenek Ratih."

Hatiku berdebar. Siapa Arya? Mengapa nenek menyimpan surat ini rapat-rapat? Rasa penasaran semakin membuncah, aku mulai membaca surat itu dengan seksama.

Ratihku yang tercinta,

Semoga surat ini menemukanmu dalam keadaan sehat dan bahagia. Maafkan aku karena baru bisa menulis surat setelah sekian lama. Aku tahu, kamu pasti marah dan kecewa padaku.

Aku tahu, keputusanku untuk pergi ke Jakarta tanpa memberitahumu terlebih dahulu adalah kesalahan besar. Aku tahu, aku telah melanggar janji kita untuk selalu bersama.

Tapi, Ratih, percayalah, aku melakukan ini demi kebaikan kita berdua. Aku ingin mencari pekerjaan yang lebih baik di Jakarta, agar bisa membahagiakanmu dan membangun masa depan yang lebih cerah untuk kita.

Aku tahu, hidup di desa ini memang tenang dan damai. Tapi, aku merasa tertekan dengan keterbatasan yang ada. Aku ingin mencoba hal-hal baru, meraih mimpi-mimpi yang lebih tinggi. Aku ingin menjadi seseorang yang bisa kamu banggakan.

Aku berjanji, Ratih, aku akan segera kembali ke desa setelah aku berhasil di Jakarta. Aku akan melamarmu, dan kita akan menikah. Kita akan membangun rumah tangga yang bahagia dan harmonis.

Aku mohon, Ratih, jangan lupakan aku. Jangan biarkan jarak memisahkan cinta kita. Ingatlah selalu janji kita, dan percayalah bahwa aku akan selalu mencintaimu.

Dengan cinta yang abadi,

Arya

Aku terdiam sejenak setelah membaca surat itu. Hatiku terasa teriris. Aku membayangkan nenek Ratih muda yang membaca surat itu dengan air mata berlinang. Ia pasti merasa sedih, marah, dan kecewa pada Arya.

Aku bertanya-tanya, apa yang terjadi selanjutnya? Apakah Arya berhasil di Jakarta? Apakah ia kembali ke desa dan menikahi nenek Ratih? Atau apakah cinta mereka kandas di tengah jalan?

Aku mencoba mencari tahu tentang Arya dari tetangga-tetangga di desa. Mereka bercerita bahwa Arya adalah seorang pemuda yang tampan, cerdas, dan ambisius. Ia adalah kekasih nenek Ratih sejak kecil, dan mereka berdua sangat saling mencintai.

Namun, setelah Arya pergi ke Jakarta, ia tidak pernah kembali ke desa. Nenek Ratih menunggu Arya dengan setia, namun ia tidak pernah mendapatkan kabar darinya. Akhirnya, nenek Ratih menikah dengan kakekku, seorang pria yang baik dan sederhana.

Aku merasa sedih dengan akhir cerita cinta nenek Ratih dan Arya. Aku membayangkan betapa sakitnya hati nenek Ratih saat harus menerima kenyataan bahwa Arya tidak akan pernah kembali.

Aku memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang Arya di Jakarta. Aku ingin mengetahui apa yang terjadi padanya, dan mengapa ia tidak pernah kembali ke desa.

Aku menghubungi beberapa teman dan kenalanku yang tinggal di Jakarta. Aku meminta mereka untuk mencari informasi tentang Arya di arsip-arsip pemerintah, perpustakaan, dan database online.

Setelah beberapa hari, aku mendapatkan kabar. Salah seorang temanku menemukan informasi tentang seorang pria bernama Arya yang meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas di Jakarta pada tahun 1970-an.

Hatiku hancur mendengar kabar itu. Aku menyadari bahwa Arya tidak pernah kembali ke desa karena ia telah meninggal dunia. Nenek Ratih tidak pernah tahu apa yang terjadi pada kekasihnya, dan ia harus hidup dengan pertanyaan yang tak terjawab sepanjang hidupnya.

Aku kembali ke rumah nenek dan memegang surat dari Arya. Aku meneteskan air mata di atas surat itu, sebagai bentuk simpati dan penghormatanku kepada nenek Ratih dan Arya.

Aku memutuskan untuk menyimpan surat itu dengan baik, sebagai pengingat akan cinta yang hilang dan sebagai pelajaran berharga tentang kehidupan. Aku menyadari bahwa cinta sejati memang ada, namun takdir kadang kala berkata lain.

Aku juga menyadari bahwa kita harus menghargai setiap momen yang kita miliki dengan orang-orang yang kita cintai. Kita tidak pernah tahu kapan waktu kita akan habis, dan kita tidak ingin menyesal di kemudian hari karena tidak mengungkapkan perasaan kita.

Aku keluar dari rumah nenek dan menatap langit senja yang indah. Aku tersenyum. Aku tahu, nenek Ratih dan Arya kini telah bahagia di alam sana. Cinta mereka akan abadi, melampaui batas waktu dan ruang.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Their Encounter
Giulian
Flash
Surat dari masa lalu
Lukitokarya
Novel
Bronze
Assalamu'alaikum Cinta
Bazigha
Flash
Maaf Cinta
Queeniavv
Flash
Tsun Tsun Dere Dere
Keita Puspa
Novel
Gold
Gustira
Mizan Publishing
Flash
Bronze
Cinta Pertama
Sulistiyo Suparno
Novel
11/13
Egitya Melati
Skrip Film
Tak Terucap, Tapi Ada
Shavrilla
Cerpen
Bronze
Terbungkus dalam Sunyi: Mencintai Dalam Diam
Vincentius Atrayu Januar Dewanto
Cerpen
Untuk Kamu Di Masa Depan
Nathaniel Deandre Devin Subagia
Novel
Gold
Menikah Untuk Bahagia
Noura Publishing
Cerpen
Bronze
Perempuan Lain dalam Selarut Teh
Autami Anita
Novel
Buku Harian Fajar
Ahmad Redho Nugraha
Novel
Hai, Kancil!
andra fedya
Rekomendasi
Flash
Surat dari masa lalu
Lukitokarya
Cerpen
Senandung Patah Hati di Kedai Kopi Senja
Lukitokarya
Cerpen
Sebuah Catatan Galau
Lukitokarya
Cerpen
Lukisan Senja di Balik Jendela
Lukitokarya
Cerpen
Harmoni di Balik Pagar
Lukitokarya
Cerpen
Lentera di Ujung Lorong
Lukitokarya