Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku berhenti menyalakan berita.
Sekarang yang kudengar hanyalah bunyi api. Kecil, rakus, memakan kanvas satu per satu. Cat yang dulu kupilih dengan hati-hati meleleh, menetes seperti ingatan yang menolak padam. Bau terbakar memenuhi ruangan; campuran antara minyak, arang, dan sesuatu yang terasa terlalu mirip dengan daging.
Aku menatap abu itu lama-lama.
Di sana, semua wajah yang pernah kucoba lukis lenyap. Semua bentuk tubuh yang kuciptakan untuk disebut aku pun hilang.
Dan entah dari dorongan apa, tanganku bergerak lagi.
Kujadikan abu itu cat baru.
Jari-jari hitamku menari di atas dinding kosong, menggambar sesuatu yang tak bisa kusebut indah atau jelek. Hanya bentuk tanpa identitas—berdenyut samar, seolah bernafas.
Aku sadar, aku sedang melukis diriku lagi.
Tapi kali ini, tanpa wajah. Tanpa nama.
Hanya bayangan yang menempel di dinding seperti sisa asap yang enggan hilang.
Mungkin begini caranya tubuh mencari cara lain untuk bicara. Ketika suara sudah terbakar, ketika nama sendiri terasa asing.
Dan di tengah bau arang yang kental, aku tersenyum kecil.
Karena ternyata, bahkan saat mencoba lenyap, aku tetap meninggalkan sesuatu:
"bekas panas di udara."