Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Self Improvement
Mawar yang Tak Menyadari Durinya
0
Suka
334
Dibaca

Sekuntum mawar tumbuh di taman yang gersang. Merah menyala, menegakkan keindahan seperti mahkota permata. Duri-durinya berkilat halus. Tajam, tetapi tak pernah ia sadari. Ia berdiri paling tinggi di antara rerumputan. Merasa dirinya gerbang cahaya, tempat sinar meniti jalan sebelum menyentuh bumi.

“Aku adalah sang penguasa. Setiap kelopakku adalah kebenaran,” katanya setiap pagi, saat embun masih menunduk di ujung daun. “Tanah memberiku tempat. Matahari memberiku cahaya. Tanpaku, tak akan ada kehangatan yang sampai pada kalian.”

Rumput-rumput di sekitarnya hanya diam. Mereka tahu keindahan mawar memang nyata. Akan tetapi, durinya merekah lebih cepat daripada kelopaknya. Setiap kali angin datang membawa nasihat, mawar berdesir angkuh.

“Jangan ajari aku tentang hidup!” hardiknya. “Aku sudah mekar sempurna.”

Ketika angin pergi, mawar diam-diam mengumpulkan daun-daun kering. Ia takut layu. Ia takut kehilangan tatapan kumbang, tepuk kagum kupu-kupu, dan mata manusia yang memujanya. Maka dari itu, ia mulai menebarkan aroma yang lain. Bukan wangi, melainkan tipu daya.

Ia berkata pada bunga-bunga di ujung bahwa matahari lebih sayang padanya, bahwa rumput-rumput iri, bahwa embun yang singgah di kelopaknya adalah tanda cinta langit. Ia mengukir cerita palsu, mengadu semua rasa semu agar yang lain terus rendah diri.

Bunga-bunga itu memilih pergi. Mawar tersenyum puas sambil membusungkan batang.

“Lihat,” ujarnya, “mereka pergi karena tak sanggup menandingi kecantikanku. Mereka menanggung malu karena tak berhasil menyingkirkanku.”

Lalu, datanglah hujan yang lama. Deras, dingin, dan jujur.

Air menembus tanah, mengurai akar yang mulai busuk. Genangan kecil menyatu, membentuk cermin yang bening.

Burung-burung tak lagi menoleh. Angin menerpa tanpa menyapa.

Mawar kesal. Ia merasa diabaikan. Ia menuduh penghuni taman berkonspirasi untuk membencinya.

Ia lantas melihat pantulan dirinya. Kelopak yang dulu bekilau, kini berwarna pucat. Aroma wangi yang memikat berubah menjadi getir yang menyengat.

Namun, bahkan dalam sepi, ia tak mau mengakui kesalahannya. Ia menatap rumput yang kembali hijau dengan sorot mendendam.

“Kalian pasti sengaja menyerap semua kesegaranku, kemudian membuat fitnah tentangku,” cercanya. “Taman ini tidak adil. Semuanya dengki padaku. Semuanya tak tahu berterima kasih.”

Ketika hujan reda, mawar menepuk-nepuk tanah. Ia mencoba membangun fondasi yang lebih kuat. Ia berikrar tak akan lagi membagi sinar pada yang lain.

Ia tetap percaya diri bahwa dirinya gerbang cahaya. Padahal, ia telah merampas tempat yang bukan miliknya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Self Improvement
Flash
Mawar yang Tak Menyadari Durinya
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Takdir Mati
Titin Widyawati
Novel
Yang tersembunyi dalam luka
Asep Saepuloh
Flash
Sebuah Jalan
Titin Widyawati
Flash
Bronze
Sang Penulis
AndikaP
Flash
Bronze
Nostalgia
SIONE
Flash
Menikmati Takdir
Husein AM.
Flash
Mengeja Angka
Chie Kudo
Flash
Aku Hampir Menyerah
Awan ElBiru
Flash
Senyap dalam Kepala
Ika nurpitasari
Flash
A PIECE OF LIFE ABOUT ME
Kimijuliaaa
Cerpen
Yang Dia Pilih Saat Dunia Ditawarkan
Siti Sulha Darmaini
Flash
Tuhan, Botol & Babi Hutan
Alysya Zivana Pranindya
Cerpen
Aku untuk Diriku Part 1
Dyah
Novel
Bronze
JANDA & THE TABLE
glowedy
Rekomendasi
Flash
Akar di Kepala Ibu
Jasma Ryadi
Flash
Mawar yang Tak Menyadari Durinya
Jasma Ryadi
Flash
Bulan ke-10
Jasma Ryadi
Flash
Tiga Ketukan Sunyi
Jasma Ryadi
Flash
Teras
Jasma Ryadi
Flash
Mengapa Harus Ada Cinta dalam Pernikahan
Jasma Ryadi
Novel
Mereka di Sini
Jasma Ryadi
Flash
Sisa Siang
Jasma Ryadi
Flash
Sosok yang Lain
Jasma Ryadi
Flash
Republik Kucing
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Laut yang Tak Menjawab
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Bukan Babi Ngepet
Jasma Ryadi
Flash
Aroma Pukul Tiga Pagi
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Mereka yang Masih di Dalam
Jasma Ryadi
Flash
Di Tepi Jurang
Jasma Ryadi