Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Self Improvement
Mawar yang Tak Menyadari Durinya
0
Suka
117
Dibaca
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Sekuntum mawar tumbuh di taman yang gersang. Merah menyala, menegakkan keindahan seperti mahkota yang tak tersentuh. Duri-durinya berkilat halus. Tajam, tetapi tak pernah ia sadari. Ia berdiri paling tinggi di antara rerumputan. Merasa dirinya gerbang cahaya, tempat sinar meniti jalan sebelum menyentuh bumi.

“Aku adalah sang penguasa. Setiap kelopakku adalah kebenaran,” katanya setiap pagi, saat embun masih menunduk di ujung daun. “Tanah memberiku tempat. Matahari memberiku cahaya. Tanpaku, tak akan ada kehangatan yang sampai pada kalian.”

Rumput-rumput di sekitarnya hanya diam. Mereka tahu keindahan mawar memang nyata. Akan tetapi, durinya merekah lebih cepat daripada kelopaknya. Setiap kali angin datang membawa nasihat, mawar berdesir angkuh.

“Jangan ajari aku tentang hidup!” hardiknya. “Aku sudah mekar sempurna.”

Ketika angin pergi, mawar diam-diam mengumpulkan daun-daun kering. Ia takut layu. Ia takut kehilangan tatapan kumbang, tepuk kagum kupu-kupu, dan mata manusia yang memujanya. Maka dari itu, ia mulai menebarkan aroma yang lain. Bukan wangi, melainkan tipu daya.

Ia berkata pada bunga-bunga di ujung bahwa matahari lebih sayang padanya, bahwa rumput-rumput iri, bahwa embun yang singgah di kelopaknya adalah tanda cinta langit. Ia mengukir cerita palsu, mengadu semua rasa semu agar yang lain terus rendah diri.

Bunga-bunga itu memilih pergi. Mawar tersenyum puas sambil membusungkan batang.

“Lihat,” ujarnya, “mereka pergi karena tak sanggup menandingi kecantikanku. Mereka menanggung malu karena tak berhasil menyingkirkanku.”

Lalu, datanglah hujan yang lama. Deras, dingin, dan jujur.

Air menembus tanah, mengurai akar yang mulai busuk. Genangan kecil menyatu, membentuk cermin yang bening.

Burung-burung tak lagi menoleh. Angin menerpa tanpa menyapa.

Mawar kesal. Ia merasa diabaikan. Ia menuduh penghuni taman berkonspirasi untuk membencinya.

Ia lantas melihat pantulan dirinya. Kelopak yang dulu bekilau, kini berwarna pucat. Aroma wangi yang memikat berubah menjadi getir yang menyengat.

Namun, bahkan dalam sepi, ia tak mau mengakui kesalahannya. Ia menatap rumput yang kembali hijau dengan sorot mendendam.

“Kalian pasti sengaja menyerap semua kesegaranku, kemudian membuat fitnah tentangku,” cercanya. “Taman ini tidak adil. Semuanya dengki padaku. Semuanya tak tahu berterima kasih.”

Ketika hujan reda, mawar menepuk-nepuk tanah. Ia mencoba membangun fondasi yang lebih kuat. Ia berikrar tak akan lagi membagi sinar pada yang lain.

Ia tetap percaya diri bahwa dirinya gerbang cahaya. Padahal, ia telah merampas tempat yang bukan miliknya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Self Improvement
Flash
Mawar yang Tak Menyadari Durinya
Jasma Ryadi
Flash
Bronze
Pengecut yang disukai Tuhan
K. Istiana
Flash
Discount Friend
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
Keluarga Ku Harta Karun Ku
Bang Jay
Flash
Di Balik Mata Pisces: "Ketika Mimpi Bertemu Realita"
Alya Nazira
Cerpen
Melintasi Dimensi
Kirana
Flash
Gadis Lentera
Alya Nazira
Cerpen
Asap dan Kopi
Penulis N
Cerpen
Bronze
Memahami
Daud Farma
Skrip Film
Segunting Ranting
Alya Nazira
Flash
Langkah Kecil, Perubahan Besar
Penulis N
Flash
Musim Hazelnut
lidia afrianti
Novel
Berdiri Di Ambang Dunia
Asep Saepuloh
Cerpen
Hadiah Dari Nirwana
Sucayono
Cerpen
Bronze
Mushola Kecil Di Tengah Komplek
T. Filla
Rekomendasi
Flash
Mawar yang Tak Menyadari Durinya
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Unfinished Business
Jasma Ryadi
Flash
Bu, Mengapa Orang-Orang Mati?
Jasma Ryadi
Flash
Jejak
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Satu Kali Lagi
Jasma Ryadi
Flash
Sisa Rindu
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Firasat Mimpi
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Sore Hari Setelah Ibu Tiada
Jasma Ryadi
Flash
Rumah Tanpa Isinya
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Bukan Babi Ngepet
Jasma Ryadi
Flash
Sandekala
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Ketika Kata-Kata Kembali
Jasma Ryadi
Flash
Mereka Bilang Aku Setan
Jasma Ryadi
Flash
Bagaimana Jika Aku Menjadi Umbi-Umbian?
Jasma Ryadi
Flash
Gema yang Redup
Jasma Ryadi