Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Self Improvement
Mawar yang Tak Menyadari Durinya
0
Suka
735
Dibaca

Sekuntum mawar tumbuh di taman yang gersang. Merah menyala, menegakkan keindahan seperti mahkota permata. Duri-durinya berkilat halus. Tajam, tetapi tak pernah ia sadari. Ia berdiri paling tinggi di antara rerumputan. Merasa dirinya gerbang cahaya, tempat sinar meniti jalan sebelum menyentuh bumi.

“Aku adalah sang penguasa. Setiap kelopakku adalah kebenaran,” katanya setiap pagi, saat embun masih menunduk di ujung daun. “Tanah memberiku tempat. Matahari memberiku cahaya. Tanpaku, tak akan ada kehangatan yang sampai pada kalian.”

Rumput-rumput di sekitarnya hanya diam. Mereka tahu keindahan mawar memang nyata. Akan tetapi, durinya merekah lebih cepat daripada kelopaknya. Setiap kali angin datang membawa nasihat, mawar berdesir angkuh.

“Jangan ajari aku tentang hidup!” hardiknya. “Aku sudah mekar sempurna.”

Ketika angin pergi, mawar diam-diam mengumpulkan daun-daun kering. Ia takut layu. Ia takut kehilangan tatapan kumbang, tepuk kagum kupu-kupu, dan mata manusia yang memujanya. Maka dari itu, ia mulai menebarkan aroma yang lain. Bukan wangi, melainkan tipu daya.

Ia berkata pada bunga-bunga di ujung bahwa matahari lebih sayang padanya, bahwa rumput-rumput iri, bahwa embun yang singgah di kelopaknya adalah tanda cinta langit. Ia mengukir cerita palsu, mengadu semua rasa semu agar yang lain terus rendah diri.

Bunga-bunga itu memilih pergi. Mawar tersenyum puas sambil membusungkan batang.

“Lihat,” ujarnya, “mereka pergi karena tak sanggup menandingi kecantikanku. Mereka menanggung malu karena tak berhasil menyingkirkanku.”

Lalu, datanglah hujan yang lama. Deras, dingin, dan jujur.

Air menembus tanah, mengurai akar yang mulai busuk. Genangan kecil menyatu, membentuk cermin yang bening.

Burung-burung tak lagi menoleh. Angin menerpa tanpa menyapa.

Mawar kesal. Ia merasa diabaikan. Ia menuduh penghuni taman berkonspirasi untuk membencinya.

Ia lantas melihat pantulan dirinya. Kelopak yang dulu bekilau, kini berwarna pucat. Aroma wangi yang memikat berubah menjadi getir yang menyengat.

Namun, bahkan dalam sepi, ia tak mau mengakui kesalahannya. Ia menatap rumput yang kembali hijau dengan sorot mendendam.

“Kalian pasti sengaja menyerap semua kesegaranku, kemudian membuat fitnah tentangku,” cercanya. “Taman ini tidak adil. Semuanya dengki padaku. Semuanya tak tahu berterima kasih.”

Ketika hujan reda, mawar menepuk-nepuk tanah. Ia mencoba membangun fondasi yang lebih kuat. Ia berikrar tak akan lagi membagi sinar pada yang lain.

Ia tetap percaya diri bahwa dirinya gerbang cahaya. Padahal, ia telah merampas tempat yang bukan miliknya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Self Improvement
Flash
Mawar yang Tak Menyadari Durinya
Jasma Ryadi
Novel
Ketika Langit Tak Lagi Memelukmu
Dyah
Flash
Warna Pertama
INeeTha
Flash
Bronze
Aku Hampir Menyerah
Awan ElBiru
Novel
Bronze
Love is (not) War
Aulia Fitrillia
Flash
Kuasa Uang
Adam Nazar Yasin
Cerpen
Bronze
Gembel di Tanah Asing
Bang Jay
Flash
Kesunyian mawar merah
sk_26
Flash
Bronze
Bukan Sugarcoating
Keita Puspa
Flash
THE UNSUNG MELODY
Flora Darma Xu
Cerpen
Bronze
Mencari Jati Diri
Bang Jay
Flash
Bronze
Pengecut yang disukai Tuhan
K. Istiana
Cerpen
Bronze
Dika & Sang Pengubah Takdir
Shinta Larasati Hardjono
Cerpen
Bronze
FOCUS GROUP DISCUSSION
Ardian Agil Waskito
Flash
Bronze
Larik Takdir
Y. N. Wiranda
Rekomendasi
Flash
Mawar yang Tak Menyadari Durinya
Jasma Ryadi
Flash
Ikan adalah Luka
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Prenuptial Agreement: Antara Luka dan Logika
Jasma Ryadi
Flash
Bulan ke-10
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Data dan Mereka
Jasma Ryadi
Flash
Mengapa Harus Ada Cinta dalam Pernikahan
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Tanganku di Timur, Hatimu di Barat
Jasma Ryadi
Flash
Bagaimana Jika Aku Tidak Menikah?
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Bukan Babi Ngepet
Jasma Ryadi
Flash
Bagaimana Jika Aku Menjadi Umbi-Umbian?
Jasma Ryadi
Flash
Lintang
Jasma Ryadi
Flash
Maaf, Aku Lelah
Jasma Ryadi
Flash
Sisa Siang
Jasma Ryadi
Flash
Aku dan Sebatang Rokok di Tangannya
Jasma Ryadi
Cerpen
Bronze
Giant's Heart
Jasma Ryadi